Kehidupan ini terlalu menyakitkan, cinta yang telah Aluna perjuangkan terpaksa harus ia relakan berakhir tak bahagia bersama Rain.
Lalu bagaimana bisa seorang Aluna yang telah terpuruk dengan keadaan harus terus berjuang agar tetap hidup, bak semua komedi dirinya di paksa melupakan semuanya
"Biarkan aku pergi" Lirih Rain
---
"Rain, maafkan aku, aku terpaksa pergi, dan melanggar janjiku" Lirih Aluna
---
Ibaratkan terjebak di alam mimpi, Aluna kecil terbangun dengan keringat yang sudah melekat di bajunya
"Siapa kakak tadi ya?" ujar si toddler sambil menatap mamanya yang masih tertidur
Apakah ini kesempatan berikutnya bagi Aluna? apakah Rain juga telah lahir di kehidupan berikut nya meskipun keduanya tak lagi saling mengenal maupun memiliki perasaan yang sama, bagaimana kisahnya? yuk saksikan bersama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putriiiiiiiiiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMM
.
.
.
beberapa hari Aluna jalani seperti biasanya, namun kali ini setiap test rain selalu memberi isyarat agar aluna mengikuti jawabannya, sungguh melelahkan bagi rain jika harus menemani Aluna di saat semua siswa sudah pulang
bugh
"apa ini?"
"ini buku yang isinya sudah aku rangkum semua, mulai dari mapel matematika hingga semuanya" jelas rain
"makasih rain!" antusias Aluna
"eits! kamu lupa? jangan memelukku" ujar rain menahan tubuh Aluna dengan telunjuk yang ia letakkan di kening Aluna
"ihhh iya iya, oke! minggir" kesal Aluna
"semuanya silahkan ke depan untuk praktek olahraga, cepat cepat" perintah guru olahraga mereka
Aluna meraih tangan rain dan berjalan ke lapangan, namun semua guru juga sudah masalah apa yang sedang di hadapi rain, namun mereka harus tetap menyembunyikan nya hingga kapan pun
"baik hari ini prakteknya adalah berenang"
"waaaahhh" kagum Aluna melihat kolam yang sangat besar
"baiklah semuanya bersiap, dan rain ikut dengan saya"
"baik pak"
Aluna menatap kepergian rain di saat dirinya tengah bersiap-siap, dengan cepat Aluna bersiaplah siap dan segera menyusul rain
namun tangannya di tahan oleh seseorang, dia bernama Lita, teman sekelasnya yang juga akrab dengannya
"kamu mau nyusul rain?"
"iya"
"jangan,kamu nggak tau seberapa murkanya rain jika seseorang mengikuti nya"
"aman aja lit, aku permisi"
Aluna segera berlari kemudian diam diam mendengar percakapan antara guru nya dan rain
"bagaimana ini rain? kamu belum bisa?"
"maaf Pak"
"saran bapak hentikan sekarang dan segera istirahat"
"maaf saya tidak bisa Pak"
"rain, kamu itu siswa terhebat di sekolah ini, namun hanya ini yang menjatuhkan kamu, tapi akan berubah jika seseorang mau menggantikan kamu untuk mengejar nilai mata pelajaran ini"
"tapi..."
"saya bisa Pak" ujar Aluna tiba-tiba memutuskan pembicaraan mereka
"Aluna?" kaget rain
"iya saya bisa, it's so easy to me, bagaimana pak?"
"baiklah, kalau kamu sanggup, yasudah segera ke depan, kita mulai praktek nya"
Aluna menatap kepergian guru tersebut sedangkan rain seperti ingin menerkam Aluna yang sudah berani diam diam menguping
"kamu tau resiko yang kamu lakukan barusan?"
"aku tau, kenapa?"
"Aluna! aku nggak suka dibantu ak-"
"rain, namanya manusia butuh bantuan, seperti aku butuh kamu, maka kamu juga butuh aku rain!"
"tapi ini berbeda aluna!"
"beda apa nya sih rain? kamu selalu aja protes ini itu! hidup harus gitu rain! di Terima apa adanya!" kesal Aluna meninggalkan rain sendiri
"Aluna"
rain menatap Aluna yang sepertinya sedang marah dengannya, gadis itu enggan menoleh ke arahnya yang berdiri di bagian kursi penonton bersama murid lainnya
"tiga.... dua... satu"
byurr
Aluna berenang dengan cepat menuju ke finish di depannya kemudian berbalik untuk kembali ke starts sebelum nya, hanya kisaran 50 detik Aluna berhasil mengalahkan 5 siswa lainnya
"baiklah! Aluna! keputusan kamu adalah menggantikan rain, tapi nilai rain a-"
"nilai rain harus sejajar dengan nilai saya pak!"
"Aluna ini tidak bisa di lakukan! rain tidak melakukan nya sendiri tetapi di bantu kamu"
"Aluna bi-"
"ini keputusan saya pak!" tegas Aluna
"tapi Aluna kamu-"
"saya akan bersedia"
Aluna tak menggubris rain yang terus ingin berbicara dengannya, yah Aluna memang satu satu nya yang sangat akrab dengan rain di kelas mereka, namun rain masih tetap dengan prinsip nya, yaitu misterius
sama seperti tadi Aluna berhasil mengalahkan banyak siswa hanya dalam hitungan detik, rain menyimpulkan Aluna lemah dalam masalah otak tapi masalah fisik ia sangat hebat
"cepat sekali Aluna" kagum guru mereka
"baik, nilai rain akan sama dengan kamu, tapi hanya kita berdua yang tau, oke?"
"iya Pak"
Aluna langsung meninggalkan kolam, ia menuju ruang ganti kemudian kembali ke kelas tanpa memerhatikan rain yang sejak tadi menunggu nya
"Aluna! alun!!"
"Aluna! dengar dulu"
aluna berhenti kemudian menoleh ke arah rain, pria itu sepertinya kesulitan bernafas hanya karena mengejarnya
"apa?"
"maaf, terimakasih"
"ehm"
"tunggu dulu! belum selesai!!!" panik rain kemudian menahan Aluna
"aku.... aku anggap ini bayarannya, oke?"
"oke"
"kamu masih marah sama aku? maaf" sendu rain
"nggak"
"tapi..."
grep
Aluna terdiam saat rain menarik tubuhnya dan memeluknya, seperti kebiasaan nya yang saat bahagia reflek memeluk rain
"terimakasih Aluna"
"rain? kamu nggak keserupan kan?" kaget Aluna
"iya, keserupan setan bloon"
"oh ya? mana ada setan bloon yang bloon it... aahhh rain kamu meledek aku?" kesal Aluna
"kata siapa? aku nggak meledek kamu"
rain sedikit menunduk untuk melihat wajah Aluna, sungguh cantik dan manis, kulit putih Aluna bisa memperlihatkan dengan jelas rona merah di pipi Aluna bila sedang malu
"Rain?"
"ehm"
"aku suka kamu"
rain seketika mundur, ucapan Aluna barusan membuat nya terkejut, benar-benar terkejut
"Aluna jangan bercanda'
"aku serius"
"a-aluna! kamu jangan main main!!"
"aku kelihatan sedang main main? padahal cuma tegak berdiri"
"Aluna kita baru akrab seminggu ini"
"dan aku sudah jatuh cinta" lanjut Aluna tanpa dosa
"sebenarnya kamu juga suka kan sama aku? bilang aja, iyakan?" goda Aluna
"nggak"
seketika Aluna mengalami patah hati untuk pertama kalinya, rain dengan mentah mentah menolaknya, yahh Aluna juga heran di mana ia mendapatkan keberanian mengungkapkan perasaan nya pada rain, si kulkas
Aluna segera berjalan ke taman yang hanya di ketahui mereka berlima, si trio, dirinya dan rain, ia terus menendang batu tersebut ke arah kolam ikan
"heh! ngapain kamu? mati nanti nemo gua" sinis Tio
"biarin!"
"lo kenapa sih? kok kayak kesel?"
"nggak nih, lagi praktek sedih"
"oh"
brugh
aluna meninju perut tio dengan keras hingga membuat Rio dan lio menjauh, sebenarnya mereka juga ingin menggoda Aluna tapi melihat si adik mendapat bogem maka mereka menciut
"lu kenapa sih?" lirih tio memegang perut nya
"rain menolak ku" lirih Aluna
"ap-a? menolak lo?" kaget Rio mendekat
"iya" sendu Aluna
flashback on
saat itu Aluna sedang serius mengerjakan beberapa tugas di kelas, dan rain bisa melihat itu melalui jendela kaca kelas mereka
"Hai bro" sapa lio
"Hai" ujar rain tanpa menoleh ke mereka bertiga
"lagi liatin siapa?" tanya Rio
"matahari" ujar rain
"matahari? aelah kagak buta lo? matahari pake di liatin segala? ngegoda Allah lu biar nggak cepat mati?" ledek Rio
namun rain tak merespon mereka, tio bisa melihat tatapan tulus rain, dan itu pertama kalinya mata seorang rain menjadi tulus alias deep saat menatap seseorang
"lu... natap si bodoh itu?" tanya tio memastikan
bukannya mendapat jawaban, rain menoleh ke arah tio dan menatapnya tajam, benar-benar tajam seakan tak boleh ada yang menghina Aluna dengan sebutan "bodoh"
"lu suka sama kakak kami?" tanya Rio
"bukan hanya suka, gue cinta sama dia, matahari yang menyinari kegelapan hati gue di saat gue terpuruk"
"lu serius suka sama dia? dia itu jahat tau" jelas Rio
"iya, dia jahat, aku juga jahat, serasi kan?"
"aelah, Bulol amat luh" sinis tio
"tapi aku tau, aku dan aluna akan segera berakhir, jangan biarkan Aluna tau semuanya, biarkan dia menikmati semua kebahagiaan nya bersama gue" ujar rain sambil terus menatap Aluna
"apa?! Aluna..." lirih tio
"Aluna itu gadis ceria, jangan sampai dia sedih karena tau yang sebenarnya, dia juga menyukai ku"
"tau dari mana?" tanya Rio
"ponselnya, memakai wajah ku yang sengaja dia potret diam diam"
"kalian, dramatis banget sih! nangis gue" kekeh Rio menahan air matanya
tentu saja, temannya itu terharu mengetahui seorang berhasil meluluhkan tembok ketidakpercayaan rain pada seseorang, meskipun itu adalah gadis yang tak mereka sukai alias sepupu mereka sendiri
"jika semuanya sudah tiba, tolong jaga Aluna untukku, jangan biarkan senyuman itu menghilang, mata penuh bahagia itu hilang" ujar rain
"rain lo-"
"kalian satu satunya yang bisa Ku percaya, jangan katakan apapun pada Aluna, termasuk aku mencintai nya sejak ia datang ke sekolah ini"
flashback off
"udah lah, berusaha aja terus namanya cowok yahh gitu, iyakan rio?" tanya tio
"masa? yaudah aku coba suka ke kalian ak-"
"JANGAN!!!" serentak ketiganya
"kenapa?"
"lu mau gue mati? hah?" tanya Rio
"sebenarnya iya"
"yaelah! alun! jangan coba-coba!" lirih ketiganya memohon
"yaudah! gue akan berusaha sampai rain mau mengatakan Iya aku juga mencintai mu, byeeee setan"
"iya" sebenarnya mereka ingin membalas Aluna tapi mereka takut dengan rain
....
bersambung