Apa yang akan kalian pilih? antara persahabatan dan nyawa? dimana saat kalian tidak ingin kehilangan teman-teman, tapi kamu juga tidak ingin kehilangan nyawamu. apa yang akan kalian pilih?
permainan ini mengatakan bahwa jika kami menang, mereka akan membebaskan kita. namun aku sendiri juga tidak yakin jika mereka akan melepaskan kami dengan mudah begitu saja. kami harus kehilangan teman-teman, kehilangan harapan, putus asa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bada'ah Hana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAKDIR INI
Kiki tersenyum dan berjalan keluar dari kamar para perempuan. Anak laki-laki itu menuju kamarnya sendiri. Sementara Ela membantu Gita untuk membersihkan tubuh dan makan sebelum beristirahat.
Sementara Kiki, dia khawatir mengenai Gita. Dia ingin sekali mengunjungi Gita disaat sakit seperti ini. Namun, berhubung pintu sudah terkunci, Kiki jadi tidak bisa keluar dari kamarnya. Anak lain juga khawatir dengan kesehatan fisik Gita.
"Apa Gita akan baik-baik saja?" Tanya Kiki.
"Kita doakan saja." Ucap Alex.
Kiki menghela nafas setelah mendengar ucapan temannya ini. Beberapa jam kemudian, setelah makan malam. Kenji dan Alex menyanyikan beberapa lagu untuk menghibur diri. Sementara Zayyan dan Kiki bermain catur yang tersedia di kamar mereka.
Malam ini, Kiki lebih banyak diam daripada sebelumnya. Seolah ada sesuatu yang dia pikirkan.
"Ki." Panggil Zayyan dengan lembut.
"Hm?"
"Kamu baik-baik aja?"
"Aku baik-baik aja kok. Udah giliranku?" Tanya Kiki.
Zayyan mengangguk dan Kiki mulai menjalankan salah satu pion caturnya. Sementara di sisi lain, Kenji dan Alex sangat menikmati lagu mereka di bawah sinar rembulan.
"Yan, apa mati itu sakit?" Tanya Kiki tiba-tiba.
Zayyan terdiam sejenak. Dia tidak yakin haruskah mengatakannya kepada Kiki.
"Entahlah, Ki. Aku belum pernah ngerasain." Jawab Zayyan.
"Apa teman-teman kita juga ngerasa kesakitan ya? Mereka pasti kesakitan saat merasakan kematian." Kata Kiki.
"Ki." Panggil Kenji.
Kedua anak laki-laki itu mendekat dan duduk disebelah Kiki. Alex menghela nafas saat duduk di sebelah Zayyan. Sementara Kenji menatap ke arah Kiki.
"Sakaratul maut itu sakitnya luar biasa." Kata Kenji.
"Orang yang dekat dengan Tuhan, mereka merasakan sakit yang sama saat Sakaratul maut. Bagaimana dengan kita yang masih jauh dari Tuhan?" Tanya Kenji.
"Aku kasihan dengan mereka." Kata Kiki.
"Kita juga, Ki. Andai aja aku bisa ketemu Liana lagi." Ucap Kenji.
Ke tiga temannya sontak mendongak ke arah Kenji. Rasa penasaran mereka mulai muncul. Kiki dan Zayyan bahkan lebih dekat dengan Kenji. Kecuali Alex yang walaupun penasaran, anak laki-laki itu masih terus menatap Kenji dari tempat duduknya.
"Bukan pacar." Kata Kenji.
"Bohong." Ucap Alex dengan cepat.
"Beneran bukan pacar." Kata Kenji lagi.
"Pasti kamu belum menyatakan perasaanmu, kan?" Tanya Alex.
Kenji membuang nafasnya. Dia benar-benar kagum dengan tebakan Alex yang selalu saja benar. Tak hanya itu, Alex bahkan bisa mengerti bagaimana perasaan Kenji juga teman-temannya yang lain.
"Tuh. Kelihatan jelas." Ledek Alex.
Alex seolah membaca apa yang ada dipikiran Kenji saat ini.
"Kamu mudah banget dibaca. Apalagi Zayyan. Gampang banget banget banget!" Ucap Alex yang seperti meledek ke arah teman-temannya.
"Kalau aku?" Tanya Kiki dengan mata berbinar.
"Banget bintang 5." Ledek Alex yang membuat Kiki merasa sangat senang.
Kenji dan Zayyan yang mendengarnya hanya tertawa. Tentu saja itu membuat tawa teman-temannya, berhasil membuat Kiki kebingungan. Kiki mulai cemberut saat tidak mendapatkan penjelasan apapun.
"Jadi, siapa Liana?" Tanya Zayyan.
"Sekretaris kelas. Banyak yang gak suka sama Liana. Padahal, Liana tipikal anak yang pendiam dan gak suka banyak bicara. Tapi, anak lain ngira dia itu culun. Jadi, ya kalian tau." Jawab Kenji.
"Dia pasti mengalami hal yang berat." Ucap Kiki.
"Liana meninggal saya permainan Hide and Seek. Dia yang jadi korban pertama kalinya setelah permainan dimulai." Kata Kenji.
"Sepertinya Liana sudah menjadi suatu yang buruk dikelasmu." Ucap Zayyan.
Kenji hanya bisa tersenyum mengingat sosok Liana yang selalu tersenyum kepadanya. Dari kisah Liana, Kenji berpikir gadis itu tidak memiliki tempat untuk bercerita. Itu membuatnya memendam semuanya sendirian.
Liana selalu berkata kepada Kenji, bahwa sebagai manusia harus bisa bertahan dengan kerasnya dunia. Diusia mereka yang masih sangat muda, dunia tidak seberapa dibandingkan saat mereka sudah dewasa. Tidak ada keluhan yang bisa dikatakan jika mereka sudah mengerti caranya bersyukur dengan mudah.
"Dunia anak sekolah masih gak seberapa, Ken. Diluar sana, dunia jauh lebih kejam." Ucapan Liana selalu berada dipikiran Kenji.
"Kamu harus bisa bertahan untuk Liana, Ken. Liana pasti ingin kamu segera bebas dari permainan ini dengan selamat." Ucap Zayyan.
Kenji kembali tersenyum. Alex menepuk bahu Kenji dengan senyum anehnya.
"Apa?" Tanya Kenji.
"Jadi, dugaanku benar?" Alex bertanya balik.
Kenji terkekeh sebentar sebelum menjawab pertanyaan Alex.
"Yaa begitulah. Aku harap dia tenang di alamnya. Entah kenapa rasanya kangen gini." Jawab Kenji.
"Pasti sulit melupakan seseorang yang kita cinta dalam sekejap." Kata Kiki.
Kiki juga belum bisa merelakan Hannah secepat itu. Baginya, Hannah adalah yang terbaik untuknya. Meskipun terkadang mereka bertengkar karena masalah kecil, mereka akan kembali berbaikan. Mereka bukanlah pasangan, melainkan teman dekat yang selalu ada.
"Kamu gak pernah ngerasain yang sama, Lex?" Tanya Kenji.
"Hm? Sejauh ini sih, belum." Jawab Alex.
"Terdeteksi jomblo dari lahir." Ledek Kiki.
"Kalian juga!" Kata Alex dengan kesal.
"Aku pasti bakal dapet pasangan lebih dulu dibanding kalian." Kata Alex yang membuat ke-tiga temannya tertawa.
"Dih!" Ucap Alex.
"Iya deh. Udah ayo tidur. Kita harus bersiap untuk permainan selanjutnya." Kata Zayyan dengan lembut.
...
"Adzkiya." Panggil seorang pria dengan kemeja berwarna biru muda.
Wanita dengan rambut hitam sepunggung tersebut menoleh dan memandangi pria yang berdiri di depannya cukup lama. Sementara gadis berusia 10 tahun itu, kini masih berbaring dengan wajah yang pucat dan dingin.
"Tidak ada jantung yang cocok dengan Adzkiya. Bahkan aku menggali kuburan para pemain dan mengambil jantung mereka. Tapi, tidak ada satupun yang sesuai dengan tubuh Adzkiya. Sayang, jika jantung yang sesuai dengan putri kita ada, apa dia akan kembali kepada kita?" Tanya Wanita tersebut.
Pria dengan kulit sawo matang dan rambut yang sebagian berwarna putih itu memandangi istrinya. Meskipun dia yakin putrinya akan kembali dengan cara apapun yang bisa ia lakukan. Namun, usahanya selama ini sia-sia.
Bahkan roh putrinya masuk ke dalam boneka buatan istrinya. Dimana boneka itu adalah favorit putrinya. Adzkiya, putrinya yang meninggal dunia karena kanker paru-paru. Orang tuanya belum bisa ikhlas untuk melepaskan kepergian putri mereka.
Mereka pun menemui seorang dukun yang dimana beliau hanya bisa membantu memasukkan arwah gadis tersebut ke dalam boneka rajut. Orang tua gadis kecil tersebut mengelola sebuah hotel, dimana mereka akan mencari siapa yang cocok dengan putri mereka.
Orang tua gadis itu berusaha untuk mengambil beberapa jantung korban yang merupakan tamu mereka. Sebagian besar korban mereka adalah anak-anak dan remaja. Hotel mereka hampir tutup karena kasus pembunuhan yang terjadi. Tetapi, kasus tersebut ditutup karena tidak ada bukti yang kuat.
"Sisa 6 pemain. Apa kamu yakin akan menggunakan mereka lagi? Kita sudah cukup banyak membunuh anak-anak itu." Kata wanita tersebut.
"Sayang, ini demi anak kita! Aku ingin dia kembali pada kita. Aku merindukan suara merdunya. Aku merindukan langkah kecil yang selalu berlari ke arahku, ketika aku pulang ke rumah. Tidak anak semanis Adzkiyaku, putriku." Jawab pria tersebut.
"Bagaimana dengan kehamilanku?" Tanya sang istri.
"Jika anak itu lahir, bisa kita gunakan untuk membuat Adzkiya kembali?"
"Kamu gila!? Dia juga anak kamu!" Tanya sang istri yang mulai tidak mengerti bagaimana pola pikiran suaminya ini.
"Tapi, belum tentu dia akan seperti Adzkiya!" Pria tersebut berteriak ke arah istrinya yang membuat wanita itu terkejut.
Suaminya tidak pernah membentaknya selama ini. Meskipun ada masalah sebesar apapun dalam keluarga mereka, suaminya tidak akan pernah membentaknya sekalipun. Yang ada, sang suami akan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan rumah tangga mereka dengan cara yang baik.
Mereka dikaruniai seorang putri yang manis dan baik. Gadis itu selalu menanti kehadiran sang Ayah didepan pintu rumah mereka atau menunggunya di ruang tamu sembari menonton acara kesayangannya.
Disaat orang tuanya mengalami masalah, Adzkiya akan memeluk kedua orang tuanya. Dengan begitu mereka akan berdamai meskipun tidak mudah. Pelukan hangat dari Adzkiya, membuat kedua orang tuanya sangat menyayanginya.
Tentu saja sebagai seorang Ayah melihat pertumbuhan putrinya dengan baik. Dimana putrinya mendapatkan segalanya, cinta, kasih sayang, pelukan hangat, apapun itu. Dimana keluarga lain tidak memilikinya, mereka memiliki segalanya. Adzkiya mendapatkan segalanya.
Namun, akibat kanker paru-paru yang disebabkan Adzkiya menghirup udara kotor. Seperti asap rokok, asap obat nyamuk bakar, polusi udara, serta yang lainnya. Membuat gadis itu mengalami sesak nafas. Hingga Adzkiya harus dilarikan ke rumah sakit.
Orang tuanya berani membayar mahal pengobatan putri mereka, demi menyelematkan putri semata wayangnya ini. Sayangnya, Adzkiya meninggal dunia setelah tiga hari dilarikan ke rumah sakit.
Selama satu tahun lebih, mereka sebagai orang tua gadis manis ini, belum bisa melupakan putri semata wayangnya. Mereka sangat menyayangi Adzkiya dan berharap di masa depan gadis itu bisa menjadi sosok wanita yang hebat. Keluarga mereka sangat bahagia, sayangnya, kenyataan yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan impian.
Orang tua Adzkiya datang ke salah satu dukun yang dikenal sangat hebat. Awalnya, mereka meminta sang Dukun untuk membantu menghidupkan kembali putrinya. Akan tetapi, Dukun itu justru menolak.
"Kamu benar-benar gila." Ucap sang istri yang tidak percaya dengan ucapan suaminya.
"Ya! Aku gila demi putriku! Aku ingin dia kembali ke pelukanku!" Kata pria tersebut.
"Tapi, gak gini caranya! Kita harus ikhlaskan Adzkiya pergi!"
"Aku gak mau! Gak akan ada anak lain seperti Adzkiya. Aku menjaganya sepenuh jiwaku, kenapa dia masih mengambilnya dariku? Kenapa!?" Kata pria tersebut.
Wajahnya berubah menjadi sedih serta marah. Emosinya bercampur aduk. Dia bahagia istrinya mengandung seorang bayi perempuan. Namun, dia juga marah karena dia gagal menjadi sosok suami yang baik. Dia sedih tidak bisa membuat putri kesayangannya kembali.
Tetapi, pria tersebut tetap berusaha untuk membuat putrinya kembali. Dengan bangganya menunjukkan bahwa dia adalah seorang dokter ahli bedah. Dimana dia biasa selalu sukses menyelematkan nyawa seseorang, namun dia gagal menyelamatkan anaknya sendiri.
Untuk itu, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk bisa membuat putrinya kembali apapun itu caranya. Seolah pria tersebut tidak peduli lagi bagaimana perasaan istrinya. Pertama kalinya, pria ini bahagia saat mendengar kabar bahwa para siswa dari salah satu sekolah negeri Jawa Timur hadir mendatangi hotelnya.
Pria tersebut berpikir, apa yang tepat untuk menjadikan mereka semua adalah kelinci percobaannya. Untuk itulah, dia mulai menciptakan sebuah permainan dengan menggunakan boneka sebagai alat. Tak hanya itu, pria tersebut juga menggunakan para roh baik maupun jahat untuk membantunya dalam misi ini.
Yang ia butuhkan adalah jantung anak-anak tersebut. Namun, hingga sisa 6 anak, tak ada yang cocok dengan putrinya. Bahkan, pria tersebut meminta istrinya untuk membantunya membongkar makam anak-anak yang ada di lapangan golf.
Dan tentu saja tidak ada yang dia temukan. Namun, pria tersebut tertarik dengan satu gadis dari 6 pemain ini. Fisik serta penampilan gadis itu mirip dengan putrinya. Pria tersebut berusaha untuk membuat gadis itu bisa berada di dalam genggamannya.
Namun, anak laki-laki yang selalu bersama gadis itu membuat pria tersebut menjadi kesal. Rencananya selalu gagal setiap permainan dibuat. Akan tetapi, dia berusaha untuk menciptakan permainan dimana hanya tersisa satu gadis ini saja. Ataupun, dia hanya perlu membuat gadis itu mati di permainan selanjutnya.
Meskipun, pria tersebut akan berpikir kembali apakah anak laki-laki itu masih terus berada di sebelah gadis itu. Untuk itulah dia kembali membuat rencana yang sesuai dengan apa yang diinginkan olehnya. Pria tersebut berusaha mati-matian untuk mendapatkan jantung gadis itu.
Pria tersebut tidak akan mudah menyerah begitu saja sebelum dia mendapatkan apa yang diinginkan untuk mengembalikan putrinya. Walaupun dengan cara jahat sekalipun, dia akan tetap berusaha untuk putrinya.
"Aku akan malu jika aku sebagai dokter ahli bedah tidak bisa melakukan ini. Demi putriku, aku pasti bisa membuatnya kembali dalam pelukanku." Ucap pria tersebut.
Tatanan rambutnya mulai berantakan, kantong matanya bahkan mulai menghitam, mata pria tersebut berubah menjadi sayu. Akan tetapi, tujuannya menghidupkan kembali putrinya jauh lebih penting.
Pria tersebut memulai rencana permainan terbaru untuk keesokan hari. Tak hanya itu, dia meminta para boneka yang menjadi bawahannya untuk melakukan apa yang pria itu perintahkan.
"Aku harus bisa. Aku harus bisa. Harus!" Ucap pria itu.
Beberapa kali pria tersebut mencoba untuk menjahit kembali jantung yang dia ambil dari tabung. Namun, tetap saja gagal. Putrinya tidak terbangun dari tidurnya. Wajah gadis itu masih sama pucat dengan sebelumnya. Pria itu kembali menghela nafas.
"Mungkin, hanya jantung milik gadis itu yang bisa membuat putriku bisa hidup kembali. Aku harus bisa membuatnya tewas dalam permainan selanjutnya. Harus." Kata pria tersebut.
...
Keesokan paginya ketika para pemain mulai bersiap diri untuk permainan selanjutnya. Selesai mandi, mereka menyelesaikan sarapan paginya. Beberapa dari mereka membaca aturan permainan terbaru. Mereka akan bermain di dadu ke empat.
Dimana permainan kali ini menggunakan otak. Yang pastinya ini akan jauh lebih berat dari sebelumnya. Aturan permainannya cukup mudah. Para pemain akan masuk ke dalam sebuah ruangan dengan dua pintu bertuliskan "mati" atau "hidup".
"Ini mudah, kan? Jika kita memilih hidup, sudah pasti kita akan selamat." Kata Kiki.
"Bagaimana jika kita memilih hidup, tapi kita mati?" Tanya Alex.
"Jangan mudah terpengaruh dengan hal seperti ini. Nyawamu dipertaruhkan. Meskipun aturannya sangat mudah, belum tentu kita akan selamat dengan mudah." Jawab Zayyan.
"Aku mengerti." Kata Kiki.