Mengisahkan hubungan percintaan antara Amira dengan pengusaha terkenal bernama Romeo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mike Killah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amira tegas kepada Oma dan Tini
Pada waktu keesokannya, Amira bangun awal dan segera pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi untuk seluruh keluarganya. Saat itu, Ibu Romeo, Mak Rita, pun muncul di dapur.
"Amira, kamu buat apa?" tanya Ibu Romeo sambil tersenyum.
"Mak, aku nak buat sarapan," jawab Amira dengan semangat.
"Baiklah, mari kita buat sarapan sama-sama," ajak Ibu Romeo.
Tiba-tiba, Oma datang dan mengintip Amira dan Ibu Romeo dari tepi almari. "Sialan si Rita ini, kenapa perlu akrab dengan gadis miskin si Amira itu?. Aku harus menyusun rencana agar Rita membenci Amira," ujarnya dalam hati dengan niat yang busuk.
Setelah sarapan siap, seluruh keluarga Romeo berkumpul di meja makan. Di sana ada Maya, Ibu Romeo, Oma, ayah Romeo, dan Tini.
Semasa di meja makan, Tini merasa cemburu meliat Romeo menyuapkan Amira nasi goreng.
Tini pun bermonolog di dalam hatinya. "Apa sih yang istimewa dari gadis ini sampai Romeo menikahi gadis ini?" gumamnya di dalam hati.
Amira berbisik kepada Romeo, "Mas, jangan suapkan aku, malu deh sama keluarga kamu."
Romeo tersenyum dan berkata dengan suara perlahan. "Santai aja kali sayang."
Namun, suara Oma yang besar ikut campur membuatkan suasana menjadi tegang, "Hoi Amira, jangan sok manja dengan Romeo. Nak muntah aku lihat!"
Oma pun pergi ke kamarnya, merajuk dan kesel melihat hubungan Romeo dan Amira yang begitu romantis.
Setelah selesai makan, Romeo bersiap-siap untuk pergi ke kantor. "Aku pergi dulu ya, sayang," katanya sambil mencium kening Amira.
"Jaga diri baik-baik, Mas," jawab Amira dengan senyuman.
Setelah Romeo pergi, Maya pun berkata dengan sopan kepada Amira. "Amira, aku bantu cuci piring ya," tawarnya dengan tulus.
"Okay, kak Maya," ujar Amira dengan gembira.
Amira merasa bahagia, karena kakak iparnya, Maya, ternyata menyukai dan mendukungnya di rumah itu walaupun Oma dan Ayah Romeo keliatan tidak menyukainya. Mereka berdua pun mulai membersihkan meja makan dan mencuci piring bersama, sambil bercerita dan tertawa.
"Amira, kamu tahu kan mak aku itu sangat menyayangimu dan kamu jangan mengambil hati terhadap Oma ya," kata Maya.
Amira tersenyum, hatinya terasa hangat. "Aku harap begitu, kak. Aku ingin menjadi bagian dari keluarga ini."
Maya mengangguk. "Kamu sudah menjadi bagian dari keluarga ini, Amira. Jangan khawatir."
.....
Oma pergi ke bilik Tini dengan wajah penuh niat jahat.
"Tini sayang, kamu ingin menikahi Romeo kan?" tanyanya dengan nada menggoda.
Tini menjawab, "Oma, kenapa tanya soalan kayak gini? Mestilah Tini mau menikah sama Romeo. Romeo adalah cintaku sejak kecil lagi."
Oma tersenyum lebar. "Nah, kalau kamu mahu memperjuangkan cinta Romeo, kamu harus membantu Oma untuk menjebak Romeo tidur sama kamu. Lepas tu, kamu dan Romeo nikah deh."
Tini mengangguk dengan penuh semangat. "Apa yang harus aku lakukan, Oma?"
"Oma punya rencana. Malam ini kita akan lakukan rencana ini. Kamu suruh Romeo minum air oren dan kamu campur ubat tidur ini di minuman Romeo nanti," jelas Oma.
Tini pun mengangguk setuju, hatinya berdebar penuh dengan harapan.
Pada waktu malam, Romeo pun tiba di rumah. Semua orang berada di kamar masing-masing, dan Romeo menuju ke kamarnya. Namun, Oma memanggilnya.
"Romeo, duduk sini sebentar, kita perlu berbual," kata Oma dengan suaranya yang penuh kepentingan. Romeo pun duduk di ruang tamu, merasa tidak curiga apa apa terhadap Oma"
Tak lama kemudian, Tini datang ke ruang tamu.
"Eh Tini, mentang mentang kamu di sini, apa kata kamu membuatkan kami dua air minuman," perintah Oma.
Tini pun pergi ke dapur dan mempersiapkan minuman. Dengan cepat, ia menambahkan ubat tidur ke dalam minuman Romeo seperti rencana Oma sore tadi. Setelah itu, Tini kembali dan menyodorkan minuman tersebut kepada Romeo. "Ini air oren segar, Romeo. Silakan minum."
Romeo, yang merasa kehausan, tak ragu ragu untuk meminumnya. "Terima kasih, Tini," ucapnya sambil meminum air tersebut.
Setelah dua jam berlalu, Tini terbangun dari ranjang dan mendapati seseorang berbaring di sebelahnya. Badan orang itu ditutupi selimut. "Yes, akhirnya aku tidur dengan Romeo!" serunya penuh suka cita.
Dengan penuh semangat, Tini membuka selimut tersebut, namun terkejut saat melihat Oma. "Oma! Kenapa Oma tidur dengan aku? Bukannya aku patut tidur dengan Romeo?" Tini berteriak, wajahnya penuh kebingungan.
Oma juga terbangun dengan kaget. "Apa yang terjadi sebenarnya? Tini, aku tidak tahu ini bisa terjadi!. Kepala Oma pusing"
Tiba-tiba, pintu kamar Oma dan Tini terbuka lebar, dan Amira muncul dengan tatapan tajam. "Bagaimana Oma, Tini? Berhasil enggak rancangan kamu dua untuk menjebak Romeo? Tak segampang itu, Oma. Aku tahu rencana busuk kalian berdua untuk mau menjebak Romeo."
Amira flashback tentang bagaimana dia melihat Tini membubuh ubat tidur ke dalam minuman Romeo. Ketika Tini pergi ke tandas, Amira cepat-cepat menukar minuman Romeo dengan minuman lain dan meletakkan ubat tidur di minuman yang bakal diminum oleh Oma dan Tini.
"Jadi, rencana licik kalian sudah terungkap," kata Amira dengan tegas. "Romeo tidak akan pernah jatuh ke dalam perangkap kalian."
Tini dan Oma saling tatap, merasa panik. "Apa yang harus kita lakukan sekarang, Oma?" Tini bertanya dengan nada cemas.
....
Oma pun menatap Amira dengan tatapan tajam. "Ya, memang rencana aku untuk meletak ubat tidur di minuman Romeo," ujarnya tanpa rasa bersalah.
Amira terkejut, tetapi dia berusaha tetap tenang.
Oma pun berkata lagi "Tahu kenapa? Sebab kamu itu tak layak nikah sama cucuku Romeo, dan yang paling layak adalah Tini," lanjut Oma dengan nada angkuh.
Amira menatap Oma dengan tegas. "Ah, Oma sepatutnya dukung kebahagiaan cucu Oma, bukannya menjodoh-jodohkan Romeo dengan perempuan lain."
Tini, yang merasa terancam, segera menyampuk. "Eh, perempuan! Aku ni lebih layak untuk Romeo. Dari kecil aku bersamanya!"
Amira menjawab dengan penuh keyakinan, "Sejauh mana kamu dua nak hancurkan hubungan aku dengan Romeo, aku takkan benarkan sama sekali. Kita lihat saja nanti, Oma."
Oma mendengus kesal. "Beraninya kamu. Dahlah miskin, tapi sombong!"
Amira tidak tinggal diam.
Amira pun menjawab omongan Oma dan berkata "Oma lebih buruk lagi... Oma kaya, tapi kaya dengan kesombongan. Oma ingat kesombongan itu boleh dibawa ke akhirat kah?"
Oma semakin marah dan berkata. "Kamu jangan sok polos kamu dan jangan nak mengajar aku!"
Tanpa segan, Oma berusaha menampar muka Amira, tetapi Amira dengan cepat menyambut tangan Oma.
"Aku hormat Oma sebab Oma orang tua, tapi jangan disebabkan kehormatan itu, Oma boleh seenaknya menampar aku," kata Amira dengan tegas, menatap Oma dengan penuh keberanian.
Bersambung