Alisya gadis yatim piatu yang masih berkuliah di sebuah universitas ternama, karena mendapatkan beasiswa dari kecerdasannya,
Alisya bekerja paruh waktu di sebuah Cafe setelah pulang dari kampusnya.
Dia selalu di bully karena di anggap gadis miskin yang tak layak untuk di jadika teman.
Suatu hari dia di jadikan bahan taruhan oleh pria populer yang ada di kampus tersebut.
Hingga menyebabkan alisya hamil di luar nikah. Namun pria tersebut tidak mau bertanggung jawab.
Erik Putra Dinata, pria berusia 22th yang menghamili Alisya namun tidak mau bertanggung jawab.
Dia anak orang kaya namun memiliki sifat yang sombong dan angkuh.
Arsen Davidson lelaki tampan dan baik hati yang selalu menolong Alisya merupakan seorang CEO dari Global Group namun dia selalu merahasiakan identitasnya.
Penasaran kan siapa yang akan di pilih Alisya?
Yuk simak kelanjutan ceritanya...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Apa kamu sudah mempunyai pacar Son" tanya David. Semua orang fokus dengan pembicaraan mereka.
"Kenapa Daddy tanya begitu" sahut Erik.
"Jawab aja kenapa sih" kesal David.
"Jangan bilang kalian akan menjodohkan ku" cletuk Erik.
"Jawab pertanyaan Daddy Erik" tegas David menatap tajam ke arah putranya.
"Erik tidak punya kekasih Dad" jawab Erik singkat.
"Khemm" Siska mengehentikan pembicaraan mereka, ia menanyakan hal penting kepada putranya itu, tapi kenapa suaminya malah membicarakan hal yang tak penting.
"Erik" panggi Siska sambil beranjak dari tempat duduk nya, lalu dia duduk di sebelah putranya itu.
"Iya mom" jawab Erik sambil menatap ke arah mommy nya.
"Mommy akan menanyakan suatu hal kepadamu, dan mommy berharap kamu mau menjawab nya dengan jujur Sayang" ucap Siska seraya menatap lekat kedua mata putra nya.
"Apa yang ingin momy tanyakan, Erik akan menjawab nya mom" sahut Erik.
"Apa sekitar empat tahun yang lalu kau mempunyai kekasih nak?" tanya Siska lembut.
"Memang apa hubungan nya mom" tanya Erik mengeryit.
"Jawab saja Erik! momy tahu selama ini kau banyak bermain dengan perempuan" tegas Siska.
"Erik lupa mom, memang nya ada apa" sahut Erik.
"Momy dan yang lain nya semalam melihat gadis kecil yang begitu mirip denganmu di restoran itu" ucap Siska dan semua yang ada di situ mengiyakan. Membuat Erik terbelalak, tak mungkin ini pasti hanya kebetulan saja, pikir Erik.
"Apa kau melakukan hal bodoh di luar sana Son" tanya David menatap tajam ke arah Erik.
"Tentu saja tidak Dad. Aku selalu memakai pengaman setiap kali berhubungan dengan perempuan" jawaban Erik membuat semua yang ada di situ menggelengkan kepalanya.
"Lalu apa kau bisa menjelaskan apa yang kami temui semalam" ucap David.
"Dad, mirip bukan berarti ada hubunganya denganku bukan. Aku selalu berhati hati dalam hal ini Dad" sahut Erik.
"Erik, opa mau kamu selidiki tentang gadis kecil itu, opa tidak mau nantinya dia akan menjadi bumerang untuk keluarga kita" tegas Opa.
"Opa, kalau Erik menghamili seseorang pasti orang itu akan meminta pertanggung jawaban kepada Erik bukan, dan pasti akan memintaku untuk menikahi nya, apa lagi keluarga kita kaya sudah pasti orang itu akan datang kemari" ucap Erik.
"Opa berharap seperti itu, tapi opa tetap akan meminta seseorang untuk menyelidikinya" sahut opa tegas.
Saat itu juga Erik memutar kembali memorinya ke kejadian sekitar empat tahun yang lalu. Akankah Alisya kembali kesini? atau gadis itu putriku yang aku tolak dulu?, isi kepala Erik penuh dengan pertanyaan pertanyaan itu, dia harus menyelidiki semuanya sendiri. tanpa sadar Erik menggeleng gelengkan kepalanya.
"Kau kenapa Son?, jangan bilang kau memang pernah menghamili seseorang" tanya David curiga dengan tingkah putra nya.
"Tidak Dad, Erik hanya sedikit pusing" kilah Erik. Erik tidak mau semua keluarga nya tahu dengan kejadian itu.
"Jangan coba-coba kau membohongi opa Erik, jika semua itu terbukti maka kamu harus membereskan itu semua, opa tidak mau keluarga kita malu karena hadir nya anak haram itu" tegas opa Erik.
"Dad tapi bagaimana dengan anak itu, apa kita harus menutupi keberadaan nya" tanya Siska dia merasa kasihan, namun dia tidak mau keluarga nya malu dengan aib yang putranya lakukan.
"Dady tidak mau tahu, jika itu terbukti kalian harus bisa membungkam perempuan itu, supaya tidak mempermalukan keluarga kita, atau kita bisa mengancam nya akan memisahkan dia dari anak nya itu" ucap opa Erik.
"Kenapa opa bicara seperti itu, bagaimana kalau itu semua terjadi dengan Rani, apa kalian terima jika Rani di perlakukan seperti itu" ucap Rani dia merasa tidak terima dengan keputusan keluarga nya, bagaimana pun dia sedang hamil dan akan menjadi seorang ibu. Gilang mengelus lembut bahu istrinya itu, Gilang juga tak menyangka dengan kelakuan keluarga istrinya itu.
"Keputusan opa sudah final, David besok kamu suruh orang untuk mendekati anak itu, suruh dia mengambil sample rambut nya untuk melakukan tes DNA" ucap Opa Erik kemudian beranjak dari ruangan itu.
Semua orang membubarkan diri dengan pikiran nya masing-masing.
*
*
*
Setelah pergi dari Mall Alisya membawa putri nya ke Restoran, dia akn mengecek beberapa berkas keuangan terlebih dahulu. Sedangkan Reva memilih bermain di taman yang ada di restoran seraya di awasi oleh satpam yang ada di situ.
Tiba-tiba ada seseorang pemuda tampan yang menghampiri Reva kemudian duduk di sebelah Reva.
Pria itu adalah Arsen seorang CEO dari perusahaan Global group, Global Group merupakan perusahaan terbesar di Eropa, Arsen datang ke Indonesia untuk memindahkan perusahaan pusat nya kemari sesuai kemauan ibunya.
Arsen ingin makan siang di restoran milik Alisya, namun pandangan nya terusik ketika melihat seorang gadis kecil yang sedang duduk termenung di taman restoran.
"Hai girl, kamu sedang apa di sini" tanya Arsen kepad Reva. Membuat Reva memiringkan kepalanya sambil menatap Arsen.
"Om capa" tanya Reva dengan mata bulatnya yang begitu menggemaskan di mata Arsen, Arsen tersenyum sambil mengelus kepala Reva.
"Nama om Arsen sayang" sahut Arsen lembut.
"Alsen" tanya Reva dengan suara cadelnya, Arsen mengiyakan saja sambil terkekeh, namanya berubah di mulut gadis kecil itu.
"Kenapa kamu sendirian disini? kamu tidak takut di culik?" tanya Arsen.
"Leva ladhi malas belmain om, Leva ladhi cedih" ucap Reva yang merasa nyaman dengan perlakuan lembut Arsen.
"Kenapa kamu bersedih" tanya Arsen penasaran.
"Apa om mempunai papa" tanya Reva sambil menatap sendu ke arah Arsen.
"Om sudah tidak mempunyai papa Sayang, papa om sudah di ambil sama tuhan" terang Arsen.
"Om cedih nda" tanya Reva. Arsen tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Tenapa om nda cedih, apa om nda cayang cama papa om" cecar Reva.
"Karna Allah lebih menyayangi papa om" jawab singkat Arsen.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu" ucap Arsen. Reva tidak menyaut dia menundukkan wajahnya.
"Hai, coba tatap om Sayang"pinta Arsen sambil memegang dagu Reva supaya mentapa ke arah nya. Arsen bisa melihat air mata yang menetes di mata gadis kecil itu.
"Kenapa kamu menangis girl" tanya Arsen, dia bertanya tanya dalam hatinya.
"Leva nda puna papa om, Leva ingin sepelti teman-teman Leva yang bica belmain dengan papa na dan ke cekolah di antar cama papana, cupaya Leva nda di ejek ladhi cama teman Leva hiks.." Arsen yang tak tahan langsung membawa Reva ke dalam pelukan nya.
Ternyata Reva masih mengingat kejadian tadi di sekolah nya.
"Don't cray baby, ada om yang akan selalu jadi teman Reva" ucap Arsen sambil mengelus rambut panjang milik Reva.
"Om tidak tahu apa yang sudah terjadi dengan kamu baby, om akan mencari tahu nanti" batin Arsen.
"Dimana mama kamu baby" tanya Arsen mengurai pelukan nya seraya menghapus air mata Reva.
"Mama ladhi kelja di dalam" sahut Reva yang masih sesegukan.
"Ikut Om masuk kedalam ya, temani om untuk makan siang" pinta Arsen sambil membawa tubuh kecil Reva ke dalam gendongan nya.
Arsen melangkahkan kaki nya masuk ke dalam, dia menghentikan langkah nya sejenak kemudian menatap asisten nya yang bernama Nino.
"Cari tahu tentang diri ya" pinta Arsen kepada Asistenya. Nino yang paham pun mengangguk.
***Bersambung
Happy reading guys🙏
Banyak. like ya, meskipun lagi sakit Author bela-belain untuk up***
sll semangat yah