Hanya Permainan

Hanya Permainan

Permainan

"ELA!!!" Panggil seorang gadis dengan rambut sebahu yang berlari ke arah temannya.

Elaina atau biasa dipanggil dengan Ela, seorang siswi SMA kelas 3 yang kini sedang dalam perjalanan study tour di sekolahnya. Mereka kini harus bermalam di sebuah hotel yang ada di Bali. Setelah 2 hari berada di dalam Bus, akhirnya Ela dan teman-temannya bisa menyentuh kasur. Punggung Ela benar-benar sakit akibat terlalu lama duduk di kursi.

Ada 30 siswa di kelas Ela yang mengikuti study tour ini. Tentu saja, semua harus ikut karena ada pembelajaran di suatu tempat. Terutama di studio yang ada di Surabaya. Tentu saja ini menjadi kesempatan bagus untuk Ela. Setelah perjalanan dari studio Surabaya, Ela dan teman-temannya akan mulai berwisata ke Bali. Yang paling banyak dikunjungi tentu saja Pantai dan wisata pembelanjaan. Tak hanya itu, mereka akan ditugaskan untuk wawancara dengan Bule yang ada di sana.

Dimalam terakhir, mereka akan beristirahat di sebuah Hotel yang bertepatan di Bali. Awal masuk hotel, Ela cukup dibuat merinding dengan hotel tersebut. Ada sebuah kotak kaca yang terletak di lobby hotel. Kotak kaca tersebut berisi sebuah boneka yang memiliki kisaran tinggi 60cm.

Boneka berbentuk anak perempuan dengan rambut hitam di kepang dua. Dress berwarna biru muda yang sangat cantik dengan pita warna putih di bagian kerahnya. Kepang boneka tersebut juga memakai pita dengan warna putih yang serasi dengan dressnya. Dibagian mata, boneka tersebut menggunakan kancing warna coklat yang berukuran cukup besar sebagai mata.

Awalnya Ela tertarik dengan boneka tersebut, tapi lama kelamaan dia merasa aneh dengan boneka tersebut. Seakan boneka tersebut menatapnya. Ada tulisan 'Adzkiya' yang berada di bawah kotak kaca. Ela mengira itu adalah nama boneka tersebut. Tentu sangat sesuai dengan bonekanya yang cantik.

"Ela, ayo ke kamar." Panggil Sena yang sudah siap dengan kuncinya. Ela mengangguk dan membawa tas ranselnya mengikuti Sena.

Sena, gadis yang tadi berlarian masuk ke dalam kamar mereka. Tersenyum melihat Elaina yang sedang menyisir rambutnya. Wajah Sena memerah seperti buah tomat. Beberapa saat yang lalu selepas berdandan, Sena sempat berpamitan kepada Ela untuk menemui orang yang dia suka, Yardan.

"Tau gak tau gak!!!!" Sena tampak sangat bersemangat dengan wajah merahnya itu.

"Apa sih, Sena sayang? Salam dulu kalau mau masuk." Kata Ela yang masih kesulitan menyisir rambutnya.

"Yardan!!!! Dia tadi kasih aku ini!" Kata Sena sembari menunjukkan sebuah gantungan kunci berbentuk boneka beruang dengan warna putih.

Wajah Sena masih memerah dan tentu saja dia pasti sudah menahan salah tingkahnya sampai ke kamar mereka. Yardan sosok ketua kelas yang sangat cerdas dan tegas. Meskipun banyak yang patuh dengannya, ada juga yang tidak suka pada Yardan. Terutama Geng Keiji yang beranggotakan lima orang yaitu, Agam, Andra, Nendra, Evano dan Khandra.

Mereka sangat sulit diatur oleh Yardan. Ada pula Geng Cicipi yang beranggotakan empat orang yaitu, Dahlia, Namira, Yora dan Irene. Sementara anak lainnya masih patuh kepada Yardan. Bukan rasa takut, melainkan rasa hormat kepada Yardan.

Dan Sena adalah orang yang sangat menyukai Yardan. Bukan sekedar cinta, tapi Elaina bisa menjelaskan bahwa perasaan Sena kepada Yardan adalah obsesi. Namun, Ela tidak bisa mengatakan itu kepada temannya sendiri.

"Cantik banget." Kata Ela.

"Iya, kan?! Tapi, nih kayak mirip punya kamu gak sih?" Tanya Sena yang tiba-tiba melihat gantungan kunci yang hampir mirip dengan miliknya.

"Oh, itu dari mantan." Jawab Ela dengan santai.

"Kamu masih simpen?"

"Sayang kalau dibuang. Bagus tau." Jawab Ela seadanya.

"Hilih bilang aja belum move on!" Kata Sena yang kemudian menggoda Ela.

Gadis dengan rambut sepunggung itu tidak menanggapi, dia masih sibuk merapikan rambutnya. Bahkan dia mulai lelah. Sena dengan senang hati mau membantu Ela untuk merapikan rambutnya. Dengan lembut, Sena merapikan rambut Ela yang cukup panjang ini.

"Pelan-pelan loh." Kata Ela.

"Don't worry, Ela. Aku tuh sayang sama kamu, gak mungkin aku mau sakitin kamu." Jawab Sena sembari tersenyum lebar.

Sena hari ini terlihat sangat bahagia. Awal study tour, gadis ini terlihat sangat bahagia. Namun, ketika berada di dalam Bus dalam waktu lama, Sena mulai merasa bosan dan kesal. Bahkan dia tidak bersemangat saat sampai di sebuah tempat wisata yang sangat ditunggu-tunggu oleh Sena. Namun, saat Sena mendapatkan pesan dari Yardan, ekspresi wajahnya berubah. Sena kembali bersemangat.

....

"Zayyan, main game yuk." Ajak Gavin kepada laki-laki yang masih sibuk dengan bukunya.

"Duh males buka hp nih." Kata Zayyan sembari menutup bukunya.

"Aelah, Yan. Bentaran doang."

"Kan bentar lagi juga jam tidur." Jawab Zayyan.

Gavin memajukan bibirnya seolah dia sangat kesal kepada sahabatnya ini. Zayyan hanya bisa tersenyum melihat kelakuan Gavin. Mereka sangat dekat semenjak SMP. Bahkan hingga sekarang mereka masih berteman baik.

"Iya udah, tapi bentar aja ya." Ucap Zayyan yang seketika membuat mata Gavin berbinar penuh semangat.

Gavin mengangguk-anggukkan kepalanya dan segera mengambil ponselnya yang ada di atas tempat tidur. Dengan cepat, Gavin membuka gamenya dan segera mengundang Zayyan untuk bermain.

....

"DUH!" Ucap Jihan saat Geng Cicipi menjambak rambutnya di toilet Hotel.

"Sakit ya? Aduuh maaf ya!" Kata Namira sembari mengarahkan kepala Jihan ke dinding toilet.

Kepala Jihan mulai berdarah. Dengan cepat Namira melepas genggamannya dari rambut Jihan. Mereka berempat tertawa melihat Jihan yang menahan rasa sakit di kepalanya. Yora begitu puas saat melihat Jihan yang kesakitan sembari memegangi kepalanya. Sejak masuk SMA, Yora sudah sangat membenci Jihan. Dengan alasan, Jihan lebih unggul di akademi daripada Yora. Sehingga Yora yang tiba-tiba menjadi rangking ke dua, mulai sangat membenci Jihan.

Karena gadis itu, orang tua Yora mulai kesal dengan putrinya yang nilainya mulai menurun. Mati-matian Yora belajar untuk menaikkan rangking dan nilainya. Tetap saja dia kalah dengan Jihan. Yora mulai membully Jihan hingga gadis itu kesakitan.

"Hey!" Seorang gadis dengan hijab dan rok panjang mulai masuk ke toilet, Zahra. Dengan cepat dia menghampiri Jihan yang mulai kesakitan.

"Apa kalian gak ada kerjaan lain?! Balik sana ke kamar kalian!" Kata Zahra dengan sangat kesal.

"Kalau gak mau?" Ledek Irene.

Zahra berdiri dan menghadap Irene. Dengan sedikit mengangkat roknya, dengan cepat Zahra menendang perut Irene hingga gadis itu terjatuh ke lantai. Kepala Irene terbentur ke tembok toilet.

"ARRRGH!!!" Ucap Irene. Teman-temannya yang lain membantu Irene untuk berdiri.

"Main kasar ya!?" Kata Dahlia.

"Ngaca dong! Gak guna kalian bawa kaca kesana kemari tapi gak ngaca kelakuan sendiri kayak gimana. Beraninya keroyokan doang." Ucap Zahra sembari tersenyum lebar ke arah empat gadis didepannya.

"Udah sana balik ke kamar." Ucap Zahra lagi.

Geng Cicipi pun mulai berjalan keluar dari toilet. Namira membantu Irene berjalan. Setelah mereka pergi, Zahra mulai menoleh ke arah Jihan. Gadis dengan hoodie biru muda dan celana hitam panjang itu berusaha menahan rasa sakit kepalanya. Zahra menghela nafas sejenak. Lalu, membantu Jihan berdiri.

"Kita ke ruang kesehatan sekarang." Kata Zahra yang mendapatkan anggukan dari Jihan.

"Aku khawatir kamu gak balik-balik ke kamar. Kata kamu tadi mau ke minimarket sebentar, tapi 30 menit kamu gak balik-balik. Dan bener aja firasatku. Kamu dipanggil Geng Cicipi. Nama kok Cicipi. Cicipi apanya? Jelek banget dah nama Geng mereka." Zahra mulai mengomel.

Jihan yang mendengar ocehan Zahra yang tiada henti saat membicarakan orang-orang yang membullynya, hanya bisa tersenyum. Jihan beruntung memiliki teman seperti Zahra. Selalu mengingatkan dalam kebaikan bahkan membantunya dari gangguan Geng Cicipi.

"Ngomel mulu." Ledek Jihan sembari terkekeh.

"Apa?! Udah dibantuin juga."

"Iya iya maaf, Zahra. Jangan ngambek gitu dong."

"Han!" Kata Zahra yang mulai mengkhawatirkan keadaan Jihan.

"Iya iya."

...

"Duh mainnya bully ya?" Kata Andrian kepada Geng Keiji.

Mada yang berada di sebelah Andrian hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan Geng Keiji yang semakin hari, semakin membangkang. Zidan, yang merupakan teman sekelas Geng Keiji mengalami luka ringan di bagian wajahnya.

Tentu saja luka tersebut dia dapatkan dari pukulan Geng Keiji. Agam terkekeh melihat reaksi Andrian. Sementara Andra, Evano, Nendra dan Khandra hanya menyeringai ke arah Zidan dan kedua temannya yang baru datang.

"Mau jadi pahlawan lagi?" Tanya Agam.

"Tch. Kalian gak ada kapok-kapoknya ya?" Kata Mada.

"Kalian tuh kayak belain cewek yang lagi dikeroyok sama preman tau gak. Emang Zidan nih cewek? Gak, kan? Harusnya dia bisa kali lawan kita berlima." Ucap Nendra.

"Kalian beraninya keroyokan. Mana bisa disebut cowok. Banci yang ada." Ledek Mada.

Geng Keiji terkekeh sejenak. Hingga salah satu diantara mereka mulai melawan Mada dan Andrian. Saling pukul memukul. Mada melawan Khandra, Evano dan Nendra. Sementara Andrian melawan Andra dan Agam.

"Tuh, kan? Keroyokan mainmu. Gak seru ah." Kata Mada sembari menendang perut Khandra dan menghajar wajah Evano.

Dia juga harus fokus ke arah Nendra yang selalu siap untuk melangkahkan kakinya ke arah wajah Mada. Dengan sigap, Mada menghindar dari pukulan Nendra dengan menjadikan Evano sebagai tamengnya. Jadi, yang dipikul oleh Nendra bukanlah Mada melainkan Evano.

Zidan yang gugup dan takut, mulai berlari menjauh untuk memanggil Yardan. Walaupun dengan wajah yang penuh dengan luka, Yardan mengerti keadaan yang dia alami.

"Yardan!!" Panggil Zidan saat bertemu dengan Yardan di lorong.

"Zidan?! Wajah kamu kenapa?"

"Andrian sama Mada... berantem sama.. Geng Keiji!!" Ucapnya sembari terengah-engah.

"Lagi!? Astaghfirullah!"

Yardan berlari menuju ruang olahraga dimana Andrian dan Mada bertengkar dengan anggota Geng Keiji. Berulang kali Geng Keiji melakukan kekerasan fisik, Yardan melaporkannya kepada pihak sekolah. Namun, hingga saat ini, mereka bahkan tidak berhenti untuk melakukan kekerasan fisik dan bullying.

Sesampainya disana, Yardan berusaha melerai mereka. Untung saja Geng Keiji kali ini mau mengalah. Mereka langsung pergi begitu saja saat Yardan melerai mereka. Tatapan Geng Keiji tetap pada Zidan. Mereka seolah memiliki dendam kepada Zidan.

"Dasar mereka." Ucap Yardan sembari menghela nafas lega.

"Maaf, Pak Ketua." Kata Mada yang meringis kesakitan.

"Kalian gak apa-apa?" Tanya Yardan kepada mereka bertiga.

"Kalau kita mah gak apa-apa." Jawab Mada yang disambut dengan anggukan Andrian.

Yardan menoleh ke arah Zidan yang hampir babak belur. Luka yang didapatkannya memang ringan. Namun, banyak sekali goresan diwajahnya. Yardan menghela nafas. Dirinya cukup lelah menghadapi Geng Keiji. Mereka lebih sudah diatur daripada Geng Cicipi.

"Mada, Andrian. Tolong bawa Zidan ke ruang kesehatan ya. Habis itu antar dia ke kamarnya. Kamu satu kamar sama siapa, Dan?" Tanya Yardan.

"Sama aku, Pak Ketua." Jawab Andrian.

"Bagus deh. Mada, balik sana ke kamarmu."

"Pak Ketua kan satu kamar sama saya." Jawab Mada.

"Gak usah formal begitu. Dah ayo balik ke kamar. Kita istirahat." Ucap Yardan yang mendapat anggukan dari ketika temannya ini.

....

"Sialan!!! Kalah lagi!" Ucap seorang anak laki-laki dengan kaos biru tua, Darren.

"Huuu mampus!!! Lihat nih! Jakpot, bro!!!" Kata Rainer.

Theo dan Thomi masih serius dengan permainan judi online mereka. Mereka berempat tidak berada di dalam kamar mereka masing-masing. Namun, mereka berada di atap hotel. Tentu saja Yardan akan mencari mereka dengan alasan jam tidur.

"Gak mungkin Yardan mau nyari kita ke atap. Mana bisa dia naik tangga ke sini." Ucap Thomi.

"Bener. Lagian ya, dia tuh cuman menang di otaknya. Fisiknya mah aduuuh masih kalah kekar sama Mada." Lanjut Theo.

Mereka berempat tertawa bersama-sama. Mereka berempat lebih senang bermain judi online. Terkadang, mereka menjual apapun yang ada di rumah untuk bisa memenangkan permainan. Orang tua mereka tentu saja tidak mengetahui hal ini. Mereka dengan mudahnya mengambil barang pribadi untuk digadaikan. Saat ditanya orang tuanya, kemana barang itu hilang, mereka akan menjawab bahwa hilang dan lupa menaruhnya.

"Jakpot lagi, bro!!!" Kata Theo yang mula bergembira.

....

"Nish, kita mau kemana sih?" Tanya Laila yang ditarik oleh Danish menuju tempat yang sunyi.

"Udah ikut aja, sayang." Kata Danish sembari tersenyum nakal.

Saat berada disebuah ruangan yang cukup gelap dan jauh dari teman-temannya. Danish mulai menutup pintu ruangan tersebut. Laki-laki itu mulai menatap sang kekasih dengan tatapan penuh harapan.

"Duh, jangan disini." Ucap Laila.

"Kan gak ada yang lihat."

"Iya, tapi disini serem tau."

"Asal sama aku, ngapain takut. Ya, kan?" Kata Danish dengan senyum nakalnya.

...

Ela merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Terlihat Sena sedang mendadani gantungan bonekanya dengan sebuah pita berwarna merah. Gadis itu sangat bersemangat semenjak mendapatkan hadiah dari seseorang yang dia suka.

"Ela, kamu sama Zayyan gimana? Makin deket gak?" Tanyanya.

"Ngapain ngomongin Zayyan?"

"Gak apa-apa kok. Siapa tau jadi pacar." Ucap Sena.

"Aku gak mau pacaran, Sen."

"Kenapa? Takut bakal dijadiin objek doang kayak mantan kamu? Zayyan gak kayak gitu kok."

"Tau darimana Zayyan gak bakalan begitu?" Tanya Ela.

"Ela sayang, gak semua cowok tuh sama." Jawab Sena.

Ela menghela nafas saat mendengar jawaban dari sahabatnya ini. Ela mencoba membuka ponselnya untuk bermain game atau sekedar menonton video di internet. Namun, beberapa saat kemudian, ponsel Ela tiba-tiba mati. Kemudian muncul sebuah tampilan lainnya.

"Apa nih?" Tanya Ela yang mulai penasaran.

Ada sebuah tulisan mengatakan 'kamu adalah Hider'. Ela cukup bingung apa maksud dari ini. Sena juga mendapatkan pesan yang sama. Beberapa saat kemudian, ada tampilan lainnya. Dengan penasaran, Ela membacanya dengan seksama.

"Perhatian!! Perhatian!! Perhatian!!" Terdengar suara dari ruang pemberitahuan hotel melalui sebuah mikrofon.

"Apa lagi nih?" Tanya Zayyan yang berada di kamarnya.

"Permainan hide and seek. Terdiri dari Hider dan Seeker. Dimana Hider diberi waktu hingga pukul 12 malam untuk bersembunyi. Disaat jam sudah melewati pukul 12 malam, maka Hider akan tertidur hingga menjelang pagi. Tugas sebagai Hider hanyalah bersembunyi di malam hari. Dan di pagi hari, Hider harus mencari siapa yang menjadi Seeker.

Tugas sebagai Seeker, adalah mencari Hider dengan sebuah boneka yang akan kalian dapatkan sesuai dengan pesan yang kalian dapat. Seeker harus mengeliminasi 1 Hider dalam waktu samalam. Saat pagi hari tiba, Hider harus mencari siapa yang menjadi Seeker. Batas waktu pemilihan hingga jam 10 malam. Pastikan kalian tidak menyebarkan data diri kalian. Hanya ada satu polisi diantara kalian. Hanya polisi yang tau siapa diantara kalian yang Hider dan Seeker."

"Ini aturan dari game Hide and Seek. Permainan dimulai. Kalian diberi waktu hingga jam 12 malam untuk bersembunyi. Sekali lagi. PERMAINAN DIMULAI."

Ela dan Sena sama bingungnya. Begitu juga dengan siswa lainnya. Ke empat siswa yang tadi di atap segera turun mencari persembunyian. Mau tak mau Ela dan teman-temannya mencari tempat persembunyian. Meskipun dalam keadaan percaya tak percaya, mereka tetap mengikuti permainan ini.

Yardan mengirim pesan kepada teman-temannya apakah mereka sudah bersembunyi di tempat yang tepat. Hanya ada 28 siswa yang menjawab. Danish dan Laila tidak membalas pesannya.

"Duh mereka gimana nih?" Kata Yardan dengan pelan.

"Udah biarin aja, Dan. Mereka paling gak bawa hp pas lagi sembunyi." Ucap Mada.

Yardan mengangguk, dengan segera mereka berdua mencari tempat persembunyian yang bagus. Jam mulai menunjukkan pukul setengah 12 malam. Setengah jam lagi, para boneka yang dimiliki oleh pafa Seeker akan keluar untuk mencari para Hider.

Ela yang berada di balkon bersama Sena mulai merasa sangat gugup. Sena menggenggam erat tangan Ela. Jam menunjukkan pukul 11.55 malam. Mereka bisa mendengar suara dari kamar mereka. Suara seorang anak kecil yang memainkan sebuah lagu seram.

"Hehehe Ding dong! Apa kalian disini? Tidak ada. Hehehe dimana ya kalian sembunyi?" Ucap suara tersebut.

Ela berusaha menenangkan Sena. Gadis itu memeluk Ela dengan sangat erat. Hingga jam mulai menunjukkan pukul 12 malam. Keduanya mulai tertidur. Suara yang tadinya begitu menyeramkan, kini mulai menghilang.

...

Keesokan paginya, Ela dan Sena terbangun dari tidur mereka. Suara dari mikrofon di ruang pengumuman mulai berbunyi kembali.

"Danish Wijaya, tereleminasi. Danish Wijaya seorang Hider. Laila Permata, tereleminasi. Laila Permata seorang Hider. Voting dimulai."

Suara itu kembali hilang setelah pengumuman tersebut. Ela dan Sena turun dari palkon untuk menemui Yardan dan yang lainnya. Yardan meminta mereka bertemu di lapangan basket yang berada di sebelah hotel. Sesampainya disana, hanya ada 28 anak. Dan benar, dua siswa sudah tereleminasi.

"Kita harus cari mereka." Kata Yardan dengan tegas.

"Segera kirim pesan jika salah satu diantara kalian menemukan mereka." Ucapnya lagi.

Yardan segera membubarkan kelasnya untuk mencari Danish dan Laila. Mereka mencari di kamar hotel lainnya, toilet, ruangan kesehatan, lobby dan ruangan lainnya. Tak ada yang berhasil menemukan mereka. Sudah satu jam mereka mencari keberadaan Danish dan Laila. Semalam, Olivia selaku teman sekamar Laila mengatakan bahwa gadis itu pergi dengan Danish. Entah kemana mereka pergi, Laila bahkan tidak memberitahu Olivia tentang kepergian gadis itu.

"Pasangan yang nyusahin." Kata Thomi.

Beberapa saat kemudian, seseorang mengirim pesan kepada mereka melalui grub kelas.

"Aku dan Andrian ketemu mereka. Mereka ada di gudang sebelah toilet yang udah lama gak dipakai. Kalian cepet ke sini!" Pesan dari Mada.

"Kita ke sana, Sen." Kata Ela yang mendapat anggukan dari sahabatnya.

Begitu juga dengan Yardan yang segera menyusul kedua temannya ini. Anak lain pun ikut serta dalam hal tersebut. Gudang yang sudah lama tak dipakai. Hanya beberapa kasur yang rusak dan seprei yang berantakan. Ada beberapa furniture yang sudah mulai rusak. Ela bisa melihat siapa dua mayat yang berada di kasur tersebut.

Dua mayat tanpa sehelai pakaian menutup tubuh mereka. Dengan keadaan kaki dan tangan yang terpisah dari tubuh mereka. Zayyan meminta Ela dan Sena untuk tidak melihatnya. Zayyan bisa mengerti bahwa Ela sangat takut dengan hal yang seperti ini.

"Astaghfirullah. Innalilahi wa innalilahi Raji'un." Kata Zahra yang segera diikuti teman-temannya.

"Laila...." Olivia mulai meneteskan air matanya. Abila berusaha menenangkan Olivia. Namun, gadis itu masih dalam kesedihannya.

Kematian mereka sangat mengenaskan. Darah mulai berhenti dari tubuh mereka. Namun, tentu saja darah tersebut masih terasa hangat. Yardan dan teman-temannya mengambil beberapa lembar seprei dan membawa kedua mayat tersebut ke tempat lain.

"Kita harus kubur mereka." Kata Ela yang merasa kasihan dengan keduanya.

Mereka meninggal dalam keadaan zina sebelum bertaubat. Sena mengambil catatan yang tertempel diatas kasur di dekat dua mayat tersebut. Sena memberikan catatan tersebut kepada Ela. Catatan yang bertuliskan :

'Jauhi Zina. Percintaan sebelum halal (menikah) itu adalah zina. Jauhi Zina selagi kalian masih diberi kesempatan hidup.'

"Catatan?" Tanya Zayyan yang tiba-tiba dibelakang Ela.

"Mereka melakukan hubungan suami istri sebelum menikah. Dan ini yang mereka dapatkan. Mereka belum sempat bertaubat." Ucap Ela.

Zayyan mengangguk.

"Kita doakan yang terbaik untuk mereka. Ayo susul yang lainnya. Kita harus kubur mereka di belakang hotel."

"Gimana kalau orang tua mereka nyariin ? Apa kita harus kubur mereka?" Tanya Sena.

"Kamu mau lihat mereka dalam keadaan kayak gini? Gak ada tempat lain." Jawab Andrian.

"Ada tempat di deket lapangan golf kok. Kita bisa kubur mereka di sana." Ucap Gavin untuk menenangkan teman-temannya.

"Iya udah. Ayo kita kubur di sana." Ucap Yardan yang disambut anggukan teman-temannya.

Dua anak laki-laki lainnya mengambil cangkul. Beberapa anak laki-laki lainnya membawa dua mayat tersebut yang sudah dibungkus dengan seprai warna putih. Nendra dan Darren menggali lubang untuk ke dua temannya. Kesedihan masih tersisa pada mereka.

Zayyan memimpin doa bersama untuk kedua temannya yang sudah meninggal dunia. Olivia masih meneteskan air matanya. Gadis itu masih belum rela teman dekatnya pergi meninggalkannya begitu cepat. Walaupun Evano mengatakan bahwa tidak ada gunanya membela pezina.

"Evano, gak boleh ngomong kayak gitu. Mereka pasti nyesel lakuin hal kayak gini." Kata Zahra dengan lembut.

"Tetep aja." Evano tetap kukuh pada ucapannya.

"Udah, jangan berantem. Kita berkumpul setelah ini di lapangan. Pastikan kalian semua datang." Kata Yardan lagi.

"Iya."

Ela masih menggenggam catatan yang dia dapatkan dari Sena. Kematian kedua temannya ini benar-benar membuat Ela ingin muntah. Aturan kedua setelah kematian pada Hider. Hider diminta untuk mencari siapa yang menjadi Seeker dan membunuh kedua temannya ini. Seeker menggunakan boneka. Ini akan sangat sulit bagi mereka untuk menemukan jejaknya.

Yang bisa Ela tau hanya dari catatan yang dia dapatkan. Tulisan tangan seorang perempuan. Namun, Ela tak tau pasti siapa yang menulis ini. Tulisan tangannya bahkan sangat aneh. Seakan campuran dari latin. Ini bukan tulisan dari salah satu temannya. Ela juga tidak bisa menebak siapa yang menjadi polisi diantara mereka.

Mereka pun berkumpul di lapangan basket sesuai dengan permintaan Yardan. Ela belum menunjukan catatan tersebut kepada Yardan. Dia masih penasaran apa yang akan terjadi jika mereka mulai memilih Voting untuk Seeker. Apa Seeker akan mendapatkan kematian yang serupa?

"Teman-teman, ini permainan hide and seek. Sembunyi dan mencari. Aku mohon kerja sama kalian untuk mencari tau siapa yang menjadi Seeker diantara kita." Ucap Yardan.

"Bisa jadi ini bukan Seeker yang melakukan pembunuhan terhadap dua sejoli ini, kan? Bisa aja itu karena karma." Ucap Evano.

"Gak mungkin, gak ada pisau di gudang. Pasti mereka dibunuh!" Kata Olivia.

"Kamu membela pezina?!" Kata Evano dengan geram.

"Aku curiga kalau ini kamu, Evano."

"Huh!? Aku?! Yang bener aja! Aku ini Hider. Aku bahkan sembunyi bareng Darren semalam. Ya, kan?"

"Bener. Evano semalaman bareng aku." Jawab Darren.

"Kamu tidur! Bisa aja Evano bangun dan nyariin mereka!!" Olivia tetap tidak terima atas kematian sahabatnya.

"Cukup!" Yardan mulai berteriak ke arah mereka.

"Olivia. Yang berduka gak cuman kamu! Kita disini juga sedih dengan kematian mereka yang mengenaskan. Tangan dan kaki dipotong, jantung keluar dari tubuh, ada yang mau mati dalam keadaan seperti itu!?" Kata Yardan kepada teman-temannya.

Mereka hanya terdiam mendengarkan ucapan Yardan. Laki-laki itu kembali menghela nafas. Mulai berpikir apa yang harus dia lakukan untuk mendapatkan siapa Seeker di balik pembunuhan Danish dan Laila.

"Yardan." Panggil Ela sembari berdiri menghampiri Yardan.

"Aku Nemu catatan ini. Aku yakin ini bukan tulisan anak kelas kita." Kata Ela.

Yardan mengambil catatan kecil dari tangan Ela. Membacanya sebentar sebelum menatap ke arah teman-teman sekelasnya.

"Ada yang bawa bolpoin?" Tanyanya.

"Aku bawa." Jawab Jihan sembari mengeluarkan bolpoin dan secarik kertas dari sakunya.

"Ada yang bawa buku tulis?" Tanyanya lagi.

"Aku nemu ini di sana." Ucap Mada yang membawa buku berukuran sedang.

"Aku minta kalian untuk nulis sama persis yang ada di kertas ini. Semuanya!" Kata Yardan.

Bergantian mereka menulis sesuai dengan perintah Yardan. Yang terakhir menulis adalah Yardan dan Mada. Untuk mencocokkannya, Yardan meminta Ela dan Sena yang lebih teliti dalam hal ini. Tak ada yang sama dengan tulisan di catatan tersebut.

"Gak ada yang sama." Ucap Ela.

"Yardan, bukannya tuh catatan kayak bawa-bawa agama ya? Bisa aja Zahra, kan?" Kata Irene sembari menatap ke arah gadis dengan hijab berwarna hitam tersebut.

"Aku!? Ngapain juga aku bawa-bawa agama dalam hal ini?!" Kata Zahra yang mulai kesal dengan ucapan Irene.

"Bisa jadi, kan? Kalau bukan kamu mah gak usah semarah itu dong. Santai aja kali." Kata Irene.

"Udah! Kalian semua kembali ke kamar. Kecuali Ela, Sena, Zayyan, Mada, Gavin dan Andrian. Kalian tetap disini." Ucap Yardan.

"Ayo, Ra." Ajak Jihan. Zahra menurut.

Anak-anak lain mulai meninggalkan lapangan kecuali yang disebutkan oleh Yardan. Tersisa tujuh anak yang masih disana. Ela, Sena, Zayyan, Gavin, Mada, Andrian serta Yardan. Sena dan Gavin membantu meneliti kembali tulisan yang sama dengan catatan tersebut. Sementara Ela, Zayyan, Mada, Andrian dan Yardan kembali ke tempat dimana kedua temannya meninggal dunia.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁

𝐒𝐨𝐨 𝐉𝐢-𝐞𝐧 ❁

Yang semangat buatnya/Smile/

2024-08-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!