"Perkenalkan, dia yang akan menjadi suamimu dalam misi kali ini."
"Sebentar, aku tidak setuju!"
"Dan aku, tidak menerima penolakan!"
"Bersiaplah, Miss Catty. Aku tidak menoleransi kesalahan sekecil apapun."
Catherine Abellia, bergabung dengan organisasi Intel, Black Omega Agency, untuk mencari tau tentang kasus kematian ayahnya yang janggal. Berusaha mati-matian menjadi lulusan terbaik di angkatannya agar bisa bergabung dengan pasukan inti. Mencari selangkah demi selangkah. Ia mencintai pekerjaannya dan anggota timnya yang sangat gila.
Namun, ketika dia sudah lebih dekat dengan kebenaran tentang kasus Ayahnya, Catty harus bekerjasama dengan anggota Dewan Tinggi! Oh, really? Dia harus bekerjasama dengan orang yang gila kesempurnaan yang bahkan sudah lama tidak terjun lapangan? Wait, mereka bahkan harus terlibat dalam pernikahan? Ia harus menikahi pria yang memiliki kekasih? Tuhan, ini sangat buruk!
Oke, fine! Atasannya sudah gila!
Ayo, ramaikan lapak ini dengan Vote dan komen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seraphic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Samuel
Pria dengan mata coklat terang itu menatap wajah lembut di hadapannya. Sinar matahari memantulkan bayangan bulu mata lentik di wajah sang gadis. Bulu matanya bergerak, dengan dahi yang dikernyitkan, terganggu dengan sinar matahari yang menembus kelopak matanya.
Sean mengangkat tangannya sigap, mencoba menghalangi sinar yang menyoroti wajah istrinya, mengganggu tidur wanita itu.
Namun, mata gadisnya tetap mengerjap, menampilkan iris abu-abu dengan pola indahnya.
"Selamat pagi," sapa Sean dengan nada lirih.
Hanya saja, bukannya membalas sapaannya, Catty mengerang dengan tangan yang merenggut rambut.
Melihat hal itu, Sean berbalik untuk menekan interkom. Ia memerintah, "Antarkan sup pereda pengar ke kamar."
"Apakah sakit?"
Catty menyipitkan matanya melihat pria yang memberikan pertanyaan bodohnya. Gadis itu sudah meringis kesakitan sejak tadi!
"Rasakan itu, siapa yang memberimu izin mencuri minumanku!"
Mulut Catty menganga lebar, sial, mencuri katanya?
"Wah ... aku tidak tau jika Tuan Rolland begitu pelitnya?" sindir Catty dengan suaranya yang serak.
Catty hanya mendengar pria itu mendengus kasar dan masuk ke kamar mandi, meninggalkannya sendirian.
Tak lama setelahnya, pintu kamar diketuk. Gadis yang masih sibuk memijat dahinya itu berteriak, menyuruh siapapun diluar sana untuk masuk.
"Selamat pagi, Nona!" sapa para pelayan dengan hormat.
Catty mengangguk, membiarkan pelayan membereskan kamar dan menata sarapan untuk majikan mereka. Lalu, keluar setelah pekerjaan mereka selesai.
Gadis dengan rambut hitam tebalnya itu bangkit, menyicipi sup pereda pengar terlebih dulu. Ia tak sanggup untuk menahan sakit kepalanya terlebih lama lagi.
Ting!
Catty menyambar ponselnya, membuka satu pesan masuk yang ternyata dari Janessa.
Janessa :
Aku akan ke kantor dua jam lagi. Apa perlu menjemputmu?
Astaga ... ia hampir lupa harus melapor ke kantor hari ini.
^^^Me :^^^
^^^Tidak perlu. Mari bertemu di sana saja.^^^
Janessa :
Baiklah. Aku akan bersiap-siap sekarang. Dan, banyak yang ingin aku bicarakan.
^^^Me :^^^
^^^Tidak mau mendengarnya!^^^
Membaca pesan dari Janessa, sebenarnya, Catty juga sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan oleh gadis itu.
Meskipun, Catty mengatakan ia tak ingin mendengarnya, sudah pasti Janessa tetap membicarakannya. Sangat sulit menghindari antusias manusia yang sedang jatuh hati!
Tak lama, Sean telah selesai dengan ritual mandi paginya. Gantian Catty yang memasuki kamar mandi, semalam ia tak sempat membersihkan dirinya sebelum tidur. Benar-benar tidak nyaman!
'*'*'*'*'*'*'
'*'*'*'*'*'*'
Lagi-lagi, Catty menghela nafas saat melihat pakaian yang terpajang di depannya. Kenapa ia selalu lupa untuk membeli pakaiannya sendiri? Sangat menyebalkan melihat pakaian feminim yang memenuhi raknya.
Namun, tak ada yang bisa ia lakukan. Terpaksa ia kembali mengenakan pakaian yang ada disana.
Sebelum keluar dari ruang kaca, entah mengapa, kaki Catty terhenti di meja yang ada di tengah-tengah ruangan ini. Ia mendongakkan kepalanya, tak ia lihat satupun cctv yang memantau ruangan ini.
"Ini bukan hal yang buruk, lagipula, Sean sendiri yang memperlihatkannya padaku.''
Katakan saja ia lancang, karena sekarang Catty tengah mencari apa yang Sean tekan kemarin, sehingga mengeluarkan peralatan tersembunyi yang keluar dari meja dan plafon di ruangan ini.
Toh Sean sudah pergi terlebih dulu. Tak ada sosoknya lagi di kamar saat Catty keluar dari kamar mandi.
"Bagaimana cara pria itu mengaktifkannya kemarin?" tanya Catty pada kekosongan di ruangan.
Tangannya meraba-raba seluruh meja, masih tidak mendapatkan hasil apapun. Sudahlah, ia menyerah! Sayang sekali, padahal ia masih ingin melihat apa yang diperlihatkan pria itu kemarin.
Ia keluar dari kamarnya setelah siap dengan dirinya sendiri, menyapa Kim dan para pelayan di mansion yang luar biasa besar ini. Tanpa mempedulikan tatapan mereka yang melihatnya dengan iba. Pikiran semua orang sama, pasti nona mereka tidak ingat dengan kejadian semalam.
'*'*'*'*'*'
'*'*'*'*'*'
Dan, disinilah Catty sekarang. Di kantor Tuan Hanz yang terhormat. Mereka memberikan laporan singkat tentang misi yang mereka jalani kemarin.
"Para petinggi sangat menghargai keberanian kalian berdua," puji Tuan Hanz dengan tulus.
"Tentu saja mereka harus menghargai kami. Tanpa bantuan dari luar, kami hampir gila kemarin!" sentak Janessa setelah mendengus kecil.
Catty mengangguk setuju, meskipun itu bukan misi yang sulit, tetap saja nyawa mereka menjadi taruhan.
Tuan Hanz mengabaikan keluh kesah dua gadis cerewet ini. Dan malah bertanya, "Jadi, apa kalian sempat melihat wajah dua orang yang misterius itu?"
Keduanya serempak menggeleng.
Suara desahan kecewa terdengar dari pria tua itu. Hanya saja, apa yang bisa Catty dan Janessa lakukan? Dua orang kemarin itu benar-benar menutup rapat diri mereka, hingga tak menampilkan celah sedikitpun.
"Sepertinya, kasus ini lebih dalam dari yang kita duga."
"Aku dengar dari Sam kemarin—"
Ucapan Janessa belum selesai, namun, sudah mendapat tatapan menyelidiki dari dua orang beda kelamin dan usia itu.
"Sam?" Alis Catty menukik. "Terdengar cukup akrab."
Bahu atas Catty tiba-tiba di geplak dengan sekuat tenaga oleh manusia di sebelahnya, membuat gadis itu mengaduh.
Namun, sebelum Catty sempat membalas, Tuan Hanz melerai perselisihan, menyuruh Janessa melanjutkan kalimatnya.
Janessa mendengus, ia berdehem sekali dan lanjut berkata, "Katanya petinggi kepolisian juga terlibat dengan sindikat itu. Sejak dulu, petinggi yang satu ini selalu terlibat dalam kasus-kasus besar."
Tuan Hanz mengangguk tanpa mengatakan apapun. Sebenarnya, memang tak ada yang bisa ia katakan. Kepolisian bukanlah ranah mereka untuk ikut campur.
"Hal ini, cukup kalian berdua yang tau. Aku akan menyelidikinya diam-diam."
Dua gadis itu mengangguk dan memberikan penghormatan sebelum keluar dari ruangan.
"Kelihatannya, ada sesuatu antara dirimu dan si cupu?" ejek Catty saat mereka berjalan di koridor.
Janessa memekik kesal, "Berhenti memanggilnya si cupu! Namanya Samuel! Dan dia sama sekali tidak cupu, dia seorang detektif!"
Catty menyeringai sinis, sekali lihat juga tau bahwa Janessa sepertinya menyukai pria itu.
"Biar ku tebak," ujar gadis itu menggoda temannya. "Kalian sudah bertukar nomor, 'kan?"
Janessa meraung keras melihat Catty yang menarik turunkan alis, menggodanya secara terang-terangan.
"Sial, kau menyebalkan, Cat!"
Tangan Janessa sudah melayang, tetapi, Catty sudah terlebih dulu melarikan diri. Hingga menjadikan kantor organisasi itu ring kejar-kejaran antara mereka berdua. Yah, orang-orang disana tak memperlihatkan ekspresi apapun, menandakan jika mereka semua sudah terbiasa.
"Teman-teman, Janessa sedang menyukai seorang pria cupuuu!'' teriak Catty di sepanjang lorong sambil berlari menuju ruangan timnya.
"Diam kau, sialan!" Janessa mengejarnya dengan sekuat tenaga. Mengabaikan tawa semua orang.
Catty bergerak gesit di antara kubikel anggota. Gadis itu ingin berlari keluar lagi.
Tiba-tiba, seorang pria memasuki pintu masuk ruangan tim inti. Berdiri kaku di sana.
"Permisi, aku ingin bertemu dengan agen Jennie."
Seisi ruangan terdiam menatap pria itu, sebelum Catty yang kembali berteriak, "Oh, ini dia pria yang disukai Janessa, teman-teman!"
Hal itu membuat semua orang meneriaki Janessa dengan heboh.
'*'*'*'*'*'*'
'*'*'*'*'*'*'
'*'*'*'*'*'*'
Hallo semuanya?
Aku up nih.
Jgn lupa vote + komen yaa.
Love, seraphic<3
.
penataan bahasanya loh keren