Hidup tak selalu sesuai apa yang kita inginkan.Saat uang dijadikan tolak ukur,saudara pun terasa orang lain.Saat kita berada dibawah tak ada yang mau mengakui saudara tapi saat kita punya segalanya semua sanak saudara datang mendekat. "Kau harus sukses nak,biar bisa membeli mulut-mulut yang sudah menghina kita"kata-kata dari ibu masih terngiang sampai sekarang.
Sandra terlahir dari keluarga miskin dan selalu di hina oleh adik ipar sendiri. Mereka selalu menganggap bahwa orang miskin itu tidak pantas bersanding dengan keluarga mereka.
Nasib siapa yang tau,sekarang boleh di hina karna miskin tapi kita tidak akan pernah tau kedepannya seperti apa. Lalu bagaimana nasib Sandra apakah ia bisa membeli mulut - mulut orang yang menghina keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Malam beranjak berganti pagi. Suasana masih begitu sunyi dan dingin. Suara binatang malam sudah tak terdengar. Diluar sana nampak masih gelap dan sunyi.
Ayam berkokok menandakan pagi telah datang,sayup-sayup terdengar suara azan memanggil hambanya yang tengah terlelap untuk menunaikan kewajiban.
Sandra masih terpaku diatas sajadahnya. Kedua tangannya menengadah pada sang pencipta. Dengan khusuk penuh ketulusan meminta pada Rabb - Nya. Terlihat di sudut matanya mengembun.
Berlinang air mata khusuk dalam lantunan doa-doanya. Teringat dosa ikut membayang. Sandra terisak lirih dengan mata yang masih terpejam. Sagala doa kebaikan dia mohon. Setelah agak lama,tangisnya pun mereda.
Nampak perempuan itu bermaksud menyudahi sholat nya. Sementara ibu sibuk berkutat di dapur mempersiapkan bakul hari ini. Aku tak mau berpangku tangan buru-buru ke dapur membantu apa yang bisa aku kerjakan.
Satu persatu pekerjaan selesai. Aku mulai menata bakulan di depan rumah tempat kami jualan.
"Sandra,kamu mandi gih. Habis itu gantian ma ibu."
"Iya bu,sandra tinggal dulu." Sandra melangkah menuju kamar mandi. Sejuk air membasahi badan yang lengket terkena peluh. Tak butuh lama Sandra selesai dengan ritual mandinya dan bergegas kedepan mengantikan ibunya menjaga dagangan mereka.
"Eh ada si kismin dagang nasi uduk. Ga salah tuh." ledek tante Ita bersama Endang putrinya.
"Iya tante, mari mampir." tawar Sandra masih berusah menghormati adik almarhum ayahnya.
"Apa tante kamu suruh makan masakan ibu kamu?Ga deh yang ada nanti tante sakit perut." cibir tante Ita.
"Kenapa sakit perut tante? ada yang salah dengan masakan ibu." jawab Sandra yang tidak tahan selalu saja di hina.
"Ya iyalah,orang kismin itu identik dengan jorok. Jangan - jangan makan ini banyak kumannya." hina tante Ita.
"Tante kalau ga mau ga usah ngomong kaya gitu. Lebih baik tante pergi dari sini." usir Sandra geram dengan mulut kotor tantenya.
"Eh kismin,aku juga ogah kemari. Dasar kismin belagu." celetuk Endang yang sedari tadi diam.
"Kamu sama saja kaya mama kamu,punya mulut tapi ga pernah di sekolahin." sindir Sandra.
"Apa kamu bilang? Tamatan SMA aja belagu,liat aku bisa melanjutkan ke perguruan tinggi." Endang merasa panas kupingnya mendengar balasan dari Sandra dan menyombongkan diri.
"Percuma sekolah tinggi - tinggi tapi akhlak nol." sarkas Sandra.
"Ada apa ini?" ibu datang menghampiri karna mendengar suara ribut - ribut.
"Ini anakmu mbak,ga ada sopan - sopannya sama orang tua." ujar tante Ita.
"Kalau tante ga mulai, akunya ga bakal bicara seperti itu." balas Sandra ga mau kalah.
"Sudah - sudah ga baik pagi - pagi ribut. Sandra minta maaf!" perintah ibu.
"Aku minta maaf, aku ga salah kok bu. Mereka aja yang mulutnya penuh kotoran." jawab Sandra kesal.
"Nah mbak liat sendiri anaknya seperti apa." tunjuk tante Ita.
"Sandra...Ga boleh kaya gitu. Minta maaf sana." perintah ibu sedikit keras.
"Ogah." Sandra berlari masuk kedalam rumah dengan membanting pintu sedikit keras karan kesal.
"Ta maafin Sandra ya." mohon ibu.
"Lain kali ajarin anaknya sopan." tante Ita ga sadar tabiat dia seperti apa.
"Ngomong - ngomong kamu mau apa kemari?" tanya ibu mengalihkan pembicaraan.
Sebagai permohonan maaf ibu memberikan tiga bungkus nasi uduk untuk tante Ita. Keduanya melenggang begitu saja tanpa mengucapkan terimaksih.
...****************...
Terimaksih buat pembaca setia karya - karya aku. Terimaksih like dan komennya,tanpa kakak2 semua aku bukanlah siapa2 dan tidak akan mungkin sampai di titik ini. 😊😘😍🙏
Tinggalkan jejak dengan memencet tombol like dan komen yang banyak agar Author semangat menulis bab selanjutnya😊😘😍🙏
Sekarang dada Yb Bener mama Nya siapa/Hey//Facepalm/