Demi menjaga nama baiknya sendiri Aylin sampai rela terjerat dosennya yang galak.
"Pak Aland = Sialand." Aylin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TDG Bab 5 - Kamu Ingin Bukti?
Pernikahan bukanlah sesuatu yang Aland inginkan saat ini, wanita juga bukan prioritas utamanya. Fokus Aland sekarang hanyalah tentang pekerjaan, pekerjaan dan pekerjaan.
Ada sebuah mega proyek yang sedang dia tangani dan perkiraan selesai 2 tahun lagi. Proyek tersebut bukan sembarang proyek, melainkan mimpinya selama ini.
Sebelum proyek itu selesai, Aland tidak akan menikah.
Namun sang mama dan seluruh keluarganya selalu menuntut dia untuk segera menikah, keadaan neneknya yang telah renta selalu dijadikan sebagai alasan.
'Sebelum nenek meninggal, nenek ingin sekali melihat mu menikah Al.' Kalimat ini adalah kalimat andalan seluruh keluarganya untuk mengancam.
Demi mengulur perjodohan, Aland menyebar rumor bahwa dia telah memiliki kekasih seorang mahasiswi. Tapi ternyata rumor tersebut tidak mampu menghentikan pergerakan sang mama.
Mama Berta tetap bersikukuh untuk memperkenalkannya dengan calon istri pilihan beliau.
Dan diluar rencana Aland, tiba-tiba Aylin memeluk setelah skripsinya dia acc. Bertepatan pula dengan mama Berta yang datang dan sumpah yang Aylin ucapkan.
Aland tak punya cara lain, sampai akhirnya dia memutuskan untuk menjadikan gadis bar-bar ini sebagai kekasihnya. Lagipula jika Aylin kekasihnya, Aland yakin seluruh keluarganya tidak akan setuju.
Kelak Aland bisa kembali berkilah untuk menolak perjodohan tersebut. 'Wanita pilihanku saja kalian tolak, jadi jangan paksa aku untuk menikah'. jawaban seperti ini sudah Aland siapkan sejak sekarang.
Karena bagaimana pun Aland cukup tahu bahwa kriteria menantu idaman sang mama adalah wanita yang lemah lembut, anggun dan manis. Dan semua kriteria itu tidak ada pada Aylin.
"Apa? Kekasih sungguhan? Bapak jangan bercanda, jangan merenggut masa depanku!" balas Aylin, belum apa-apa dia menyilangkan kedua tangannya di depan dadda, melindungi diri dari serangan mesyum pria tua ini.
"Mamaku sudah tahu bahwa kita adalah pasangan kekasih, jadi mau bagaimana lagi," balas Aland dengan entengnya, dia bahkan kembali duduk di kursi kebesarannya. Membiarkan Aylin tetap berdiri di samping.
Rasanya Aylin ingin sekali memukul kepala pria ini, bagaimana bisa tiba-tiba status mereka berubah jadi pacaran. Tidak, hal seperti ini tidak bisa terjadi.
Otak Aylin yang cerdas mulai berpikir bagaimana caranya terlepas dari situasi yang aneh ini, sampai sebuah cara akhirnya muncul di dalam benaknya.
"Baiklah, aku setuju kita pacaran," ucap Aylin.
Aland sendiri sampai terkejut ketika mendengar jawaban mahasiswinya ini. Padahal dia pikir Aylin akan terus berontak dalam kurun waktu yang cukup lama.
Namun ternyata Aylin dengan mudah menuruti keinginannya tersebut. tapi Aland mendadak dibuat makin terkejut ketika mendengar Aylin kembali bicara ...
"Tapi sekarang juga Aku ingin kita putus," timpal Aylin kemudian, lalu tersenyum miring. Merasa puas setelah dia mengucapkan kalimat tersebut.
Seolah dia sedang memutus semua hubungan di antara mereka berdua.
Seumur hidupnya Aylin tidak akan pernah lagi terhubung dengan pria menyebalkan ini.
Dan mendengar kata putus tersebut, membuat kepala Aland rasanya ingin pecah. Aylin selalu saja berhasil menemukan cara untuk membantahnya.
"Tidak, kita hanya akan putus jika mama ku yang memintanya," balas Aland.
"Hih! Maksudnya apa sih Pak?!"
"Bereskan skripsi mu, segera mendaftar untuk wisuda tahun ini. Lengkapi semua syarat-syaratnya," balas Aland, jadi mengalihkan pembicaraan.
Status mereka sebagai kekasih tak bisa diubah.
Harusnya Aylin begitu bersemangat untuk segera mendaftarkan diri ikut wisuda, tapi sekarang pikirannya sudah terpecah belah dengan status mereka yang baru. Bukannya merasa senang, sekarang Aylin malah merasa makin kesal.
"Pak Aland pasti sedang memanfaatkan aku? Iya kan?" tuntut Aylin, dia belum mau pergi sebelum status diantara mereka jelas. Pura-pura pacaran terasa lebih masuk akal daripada pacaran sungguhan.
Aland terdiam sesaat, sebelum akhirnya dia menoleh dan kembali bersitatap dengan Aylin.
Memanfaatkan? Hal seperti ini tentu tak mungkin dia lakukan. Bagaimanapun Aland memiliki hubunga yang baik dengan keluarga Carter, bahkan Aland berteman baik pula dengan salah satu kakak Aylin, yaitu Nathan Carter.
Dibandingkan memanfaatkan, Aland lebih suka menyebutnya sebagai takdir.
Tentang Aylin yang hendak wisuda dia tak mampu memanipulasinya, karena memang saat ini skripsi Aylin sudah sempurna.
Kebetulan Aylin memberinya tawaran untuk mengabulkan apapun keinginannya, jadi dia minta agar Aylin jadi kekasihnya.
"Aku tidak sedang memanfaatkan mu, aku hanya sedang menagih tawaranmu," balas Aland.
"Ya sudah! kita pacaran dan sekarang aku ingin putus!"
"Tidak mau."
"Bapak jangan egois! Aku ingin putus!" balas Aylin, seolah mereka sudah pacaran puluhan tahun.
"Tidak mau," balas Aland lagi, masih dengan jawaban yang sama.
"Jadi bagaimana caranya agar kita putus?"
"Buat mama ku yang memutuskan kita."
"Bapak seperti sedang mempermainkan hidupku."
"Kalau begitu Jangan membuat mamaku memutuskan hubungan kita, jadi kita bisa pacaran terus."
PLAK! Aylin ingin sekali menampar wajah pria ini, tapi dia hanya mampu melakukannya di dalam hayalan.
"Masih tidak percaya jika aku tidak main-main? Kalau begitu aku akan hubungi Nathan, aku akan katakan padanya bahwa sekarang kita pacaran."
"TIDAK!" cegah Aylin dengan cepat. Bahkan reflek menyentuh tangan pak Aland yang hendak mengambil ponsel di atas meja.
Aylin tidak akan membiarkan satupun keluarganya mengetahui tentang hubungan aneh ini.
Dan Aland bahkan diam saja saat Aylin menahan tangannya, dia justru terkesan tak masalah dengan sentuhan ini. Aland tidak ingin mempermainkan Aylin, karena itulah dia tidak ingin pacaran pura-pura.
Biar saja semuanya berjalan seperti ini, jadi kekasih yang sesungguhnya.
Aylin yang sadar jika telah menyentuh tangan sang dosen langsung dengan cepat menarik tangannya kembali.
Coba memfokuskan semua pikiran dan berpikir dengan tenang. Pak Aland memang semenyebalkan itu, apapun keputusan yang telah diambil oleh pak Aland, dia tak akan mampu merubahnya.
"Sekarang apalagi?" tanya Aland.
"Kita hanya akan bisa putus jika mama pak Aland yang memintanya, seperti itu?"
"Hem."
"Jika mama pak Aland tidak meminta kita untuk putus berarti kita akan pacaran terus?"
"Iya."
"Memangnya pak Aland menyukai aku?"
"Tidak."
PLAK!! sumpah, Aylin ingin sekali menampar pria ini. Tapi tentu saja tak mampu dia lakukan, Aylin hanya mampu mengepalkan tangan kanannya dengan kuat.
"Itu artinya Bapak mempermainkan aku, mana bisa tidak suka tapi diajak pacaran," balas Aylin, awalnya dia sudah tenang, tapi sekarang jadi bicara menggebu-gebu lagi.
"Kenapa tidak bisa? Buktinya sekarang bisa, kita sudah pacaran," jawab Aland.
"Bapak Gayy ya?" tanya Aylin lagi saking kesalnya. Sampai pertanyaan tak senonnoh itu dia lontarkan.
"Tidak, kamu ingin bukti?"