Cecil dan Kevin sepasang kekasih. Hubungan mereka terkendala restu dari mamanya Cecil. Namun, karena rasa cintanya yang begitu besar, Cecil pun berani menantang orang tuanya.
Padahal, tanpa Cecil sadari, dia hanya dimanfaatkan Kevin. Gadis itu sampai rela menjual barang-barang berharga miliknya dan bahkan meminjam uang demi menuruti permintaan sang kekasih.
Apakah hubungan yang toxic ini akan bertahan? Sadarkah Cecil jika dia hanya dimanfaatkan Kevin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Empat
"Cecil ...."
mendengar namanya di panggil, Cecil menghentikan langkahnya. Dia membalikan tubuh, ingin melihat siapa yang telah menyebut namanya. Namun, alangkah terkejutnya saat tahu siapa itu.
Kevin berjalan dengan cepat menuju tempat Cecil berdiri. Dia tersenyum, tapi tak dibalas gadis itu. Tapi, dia tak peduli terus saja berjalan mendekati mantan kekasihnya itu.
Cecil melangkah cepat, masuk ke supermarket tersebut. Tapi, tangannya ditahan Kevin. Gadis itu pun terpaksa menghentikan langkahnya. Memandangi Kevin dengan tatapan tajam.
"Ada apa ...?" tanya Cecil dengan nada sedikit ketus.
Bukannya takut, Kevin justru tertawa melihatnya kesal. Sehingga Cecil makin bertambah cemberut.
"Cepat katakan maksudmu, dan jangan macam-macam. Aku akan berteriak jika kamu melakukan hal tak pantas!" ancam Cecil dengan nada ketus.
"Aku hanya ingin bicara berdua denganmu, sebentar saja," pinta Kevin dengan suara pelan. Seperti biasanya, pria itu selalu merayu dengan suara yang lemah lembut agar Cecil percaya. Tapi sepertinya kali ini gadis itu tak bisa dibujuk.
"Maaf, Kevin. Aku tak bisa. Aku sudah bertunangan dengan Athalla dan sebentar lagi kami akan menikah. Aku tak mau nanti ada salah paham. Kalau kamu ingin bicara denganku, kita janjian besok saja dan bertemu bertiga. Aku rasa itu lebih baik," jawab Cecil.
Kevin memandangi wajah Cecil dengan intens, membuat gadis itu sedikit gugup. Dia lalu menundukkan kepalanya. Tak mau menatap muka pria itu.
"Apa hubungan yang kita jalin selama ini tak ada arti bagimu? Begitu mudahnya kau berpaling dan segera akan menikah!" seru Kevin.
Kevin mengira Cecil tak akan bisa berpindah ke lain hati, melihat betapa cintanya gadis itu padanya. Namun, ternyata dengan mudah dia berpaling dan melupakan cintanya. Apakah selama ini dia memang tak pernah cinta denganku? Tanya Kevin dalam hatinya.
"Kenapa tak kau tanya pada dirimu sendiri? Apakah pengorbanan aku selama ini tak berarti bagimu, sehingga kau menipuku. Tapi memang aku yang bodoh, mau percaya dengan mulut manismu," balas Cecil.
Kevin menarik napas mendengar ucapan mantan kekasihnya itu. Sepertinya sedang memikirkan kata yang tepat untuk membujuk Cecil agar percaya lagi dengan ucapannya.
"Cecil, aku tak pernah membohongi kamu. Percayalah, Sayang. Mira itu hanya teman. Kami tak pernah melakukan hal seperti yang kamu tuduhkan. Kamu lihat sendiri, pakaiannya saja ada di kamar tamu. Jelas kami tak ada hubungan apa pun!" seru Kevin.
Cecil tersenyum miris mendengar ucapan Kevin yang masih terus membela dirinya. Hal itu tampak oleh pria itu sehingga dia makin cemberut.
Cecil kembali melangkahkan kakinya. Tak peduli lagi dengan Kevin. Namun, lagi-lagi tangannya di tahan Kevin, sehingga tak bisa melangkah.
"Lepaskan, Kevin. Aku akan berteriak jika kamu terus menahan tanganku!" seru Cecil.
Kevin lalu melepaskan tangan Cecil. Dia menatap wajah gadis itu dengan tatapan sayu.
"Maaf, aku mengaku salah. Aku dulu memang ada hubungan dengan Mira. Tapi semua telah berakhir sejak kita berpacaran. Kemarin itu dia memang hanya menginap saja. Tak ada lagi perasaanku padanya. Kamu boleh percaya atau tidak, terserah kamu. Aku telah berkata jujur," ucap Kevin.
"Sudah bicaranya ...?" tanya Cecil.
"Satu lagi yang ingin aku katakan, kamu jangan tertipu dengan sikap baik dan manis Athalla. Dia tak sebaik yang kamu pikirkan. Aku harap kamu tak akan menyesal karena memilih dia jadi pendampingmu. Aku rasa kamu terlalu cepat mengambil keputusan menikah," lanjut Kevin.
Cecil tertawa kecil mendengar ucapan mantan kekasihnya itu. Dia yakin Kevin mengatakan semua itu agar dia ragu. Namun, gadis itu sudah yakin betul untuk menikah dengan Athalla.
"Jika Athalla saja kamu katakan tidak baik, bagaimana denganmu? Sebutan apa yang pantas untuk pria seperti kamu?" tanya Cecil dengan penuh penekanan.
"Cecil, aku sadar bukan pria yang baik, tapi Athalla juga tak sebaik yang ada dalam pikiranmu!" seru Kevin.
Kembali Cecil tertawa mendengar ucapan pria itu. Dia lalu mengatakan sesuatu dengan ucapan yang penuh penekanan dan tegas.
"Siapa kamu ...? Kenapa bisa membaca pikiran ku? Dari mana kamu tau isi pikiranku? Bagaimana kamu yakin Athalla tak sebaik yang terlihat? Apa kamu mengenalnya lebih dari yang aku tau? Apa dia saudaramu?" Cecil memberikan banyak pertanyaan pada Kevin.
Cecil sepertinya tak bisa terima dengan ucapan Kevin. Dia yakin Athalla pria yang baik. Pasti mantan kekasihnya itu sengaja berkata begitu agar dia ragu untuk menikah.
"Apa Athalla tak mengatakan padamu tentang hubungan aku dan dia? Kenapa aku bisa mengenalnya?"
Bukannya menjawab pertanyaan Cecil, Kevin balik mengajukan pertanyaan. Membuat dahi gadis itu berkerut mendengar pertanyaan mantan kekasihnya.
"Apa maksud kamu?" tanya Cecil.
"Kau menuduhku pembohong tapi kau tak tau bagaimana dia telah membohongi kamu?" tanya Kevin.
Kevin sengaja membuat pertanyaan agar Cecil penasaran dan bertanya terus. Dia ingin gadis itu bicara empat mata dengan dirinya.
"Katakan saja jika memang ada yang dia bohongi!" seru Cecil.
"Kamu harus tau, aku dan Athalla adalah adek kakak. Dia tak pernah mengatakan ini'kan?" tanya Kevin.
Cecil terkejut mendengar kenyataan itu. Dia tak menyangka jika Kevin dan Athalla adalah adek kakak. Kenapa Athalla tak pernah mengatakan itu? Tanya Cecil dalam hatinya.
tp gmn kl emg dh sifat dy begitu..
ya tergantung qt aja sbgai istri yg menyikapinya...
ya qt jg hrs ekstra lbh sabar mnghdapinya...