Novan dan Diana menjalin hubungan sekitar empat tahun lama nya sejak mereka sekolah SMA, sudah banyak yang Novan berikan pada gadis cantik berdarah minang itu.
namun suatu hari Novan melihat Diana malah bersama pria lain yang menggunakan mobil mewah, sejak saat itu juga hubungan mereka renggang, tak lama Diana sakit dan selalu menjerit jerit karena gigi yah semula bagus itu mengeluarkan banyak nanah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Kerumah sakit
Tetangga sudah pada dengar dengan suara nya Diana yang terus menangis kesakitan tanpa henti seolah akan lepas semua gigi yang ada dalam rongga mulut, satu saja rasa nya sudah mau pingsan apa lagi bila semua nya sakit karena memang sakit gigi memang semua nya berdenyut nyeri dan Diana sudah gulung gulung sampai ruangan depan.
Banyak yang sudah mendengar dan mereka mulai bergerombol untuk melihat apa yang sedang terjadi, jerit pekik Diana membuat yang lain jadi heboh juga ingin tahu apa yang sudah terjadi, ada yang bilang kapok dan ada juga yang kasihan karena gigi memang luar biasa sakit nya bila sudah berdenyut.
Pak Bujang juga sudah mulai pusing karena semalaman anak nya terus menangis kesakitan, dia ingin pergi kedokter untuk memeriksakan apa memang sudah parah sekali sakit nya, pipi Diana bengkak dengan mata nya juga bengkak karena banyak menangis selama satu malam. karena tidak punya mobil, maka dia ingin minta tolong pada Novan.
Mengira Novan akan mau dan dia juga tidak tahu bahwa anak nya dan Novan sudah putus, maka nya dia nekat datang untuk minta tolong pada pemuda itu, banyak sekali orang yang bergerombol untuk melihat apa yang sudah menimpa Diana itu, karena suara nya menjerit kencang tiada henti.
"Assalamualaikum, Pak Hasan." Pak Bujang mengetuk pintu.
"Walaikum sallam, ada apa ya?" Pak Hasan menyambut menantu nya.
"Ini saya mau minta tolong pinjam mobil, rencana mau membawa Diana berobat." ujar Pak Bujang pelan.
"Loh Diana sakit apa, parah ya sakit nya?" Pak Hasan nampak kaget mendengar Diana yang sakit tiba tiba.
"Sakit gigi, mungkin saja gigi nya berlubang sehingga sakit sekali." jelas Pak Bujang dengan raut cemas.
"Oh cuma sakit gigi, saya kira sakit apa." Pak Hasan nampak meremehkan sakit gigi karena dia tidak tahu separah apa sakit Diana.
"Memang cuma sakit gigi, tapi sangat parah sehingga tidak tidur semalaman." Pak Bujang mengusap wajah nya kasar.
Pak Hasan memberikan kunci mobil karena dia memang tidak pelit, maka nya Bujang pun berani meminjam nya, terlebih memang mereka cukup dekat sebagai tetangga dan banyak juga yang sudah Hasan berikan pada keluarga Bujang ini karena Novan yang sangat tergila gila pada Diana si gadis minang.
"Saya pinjam dulu ya, Pak." pamit Bujang menghidup kan mobil.
"Isi bensin jangan lupa!" Norma berteriak sambil berangkat kerja.
"Ah jangan di pikiri ucapan anak saya, maklum lagi ngambek jadi asal saja bicara nya." Hasan jadi sungkan, bagai mana pun dia tidak enak pada Bujang yang meminjam mobil nya.
Bujang hanya tersenyum karena paham kenapa Norma bersikap begitu pada nya, karena Diana lah yang sudah kurang ajar dengan banyak memakan harta Novan, walau sebenar nya Novan juga mau memberi. namun orang orang banyak menilai Diana yang matre, Bujang juga mengatakan bahwa memang anak nya yang sudah banyak tingkah.
"Kenapa, Pak?" Bu Romlah keluar menegur suami nya.
"Bujang minjam mobil, Norma malah bilang jangan lupa isi bensin." jawab Hasan.
"Lah ya bener, kan kalau minjam ya isi bensin lah." Romlah setuju dengan anak nya.
"Tapi ya jangan ngomong gitu juga lah." Hasan tetap tidak enak karena merasa Norma tidak sopan pada orang tua.
"Nanti biar Ibu bilangi, Norma kadang memang suka kesal dengan Diana. maka nya kalau ngomong suka sembarangan, wajar lah anak masih muda." Bu Romlah berkata demikian.
"Yang bagus kalau ngomong, takut nya Norma malah salah tanggap." Ujar Pak Hasan karena takut istri nya malah asal ceplos saja.
Bu Romlah mengangguk dan dia memang bertekad akan membicarakan dengan anak nya, walau Diana adalah orang matre dan kurang sopan, tapi ya dengan orang tua harus sopan. Pak Bujang sama sekali tidak salah karena dia sudah berusaha untuk menasehati anak nya, namun dasar Diana nya saja yang suka makan uang kekasih nya.
...****************...
Deni membawa mobil dengan kecepatan tinggi karena Diana sudah kalang kabut mengamuk dalam mobil, walau sudah di pegang oleh Ayah nya tapi tetap saja Diana masih tantrum. sampai pintu mobil juga di tendangi dengan kasar, Pak Bujang takut bila sampai pintu nya lepas maka akan mengganti pula, mau uang dari mana nanti.
Ini saja berobat kerumah sakit hasil dari mengorek tabungan milik istri nya, dia juga tidak kerja yang memiliki gaji tinggi. Pak Bujang hanya buruh di sawah milik orang juga, maka tak punya uang banyak, kerja keras sampai jungkir balik pun tidak menghasil kan uang banyak.
"Saakiiiit, aku tidak kuat! aaaaahhkkk, sakiiit." jerit Diana.
"Sabar, Nak! istigfar, ini kita akan berobat ya." bujuk Pak Bujang.
"Tidak kuat aku, aaaahkkk sakit sekali." Diana sampai membenturkan kepala nya.
"Cepat lah, Den!" Pak Bujang panik juga dengan keadaan Diana.
"Jalan lagi ramai, Yah! bagai mana aku mau cepat." Deni memang tidak bisa mau ngebut, karena jalan sangat ramai.
Kehebohan terus terjadi di dalam mobil karena Diana tidak mau berhenti berteriak, Bu Hasnah saja sampai tidak bisa berkata kata lagi karena sangking bingung nya dengan keadaan Diana yang sangat parah. sejak tadi dia gemetar tidak karuan, karena cemas nya yang semakin menjadi.
"Aku tidak kuat lagiiiii, sakiiiit!" pekik Diana meronta ronta.
"Sebut nama tuhan mu, jangan hanya berteriak saja bisa nya!" bentak Deni.
"Aaaaghhhhhkkk, sakit sekali." Diana berontak sampai rambut pun berantakan karena dia tidak mau diam.
Duaaaak, Duaaak.
"Diana!"
"Bagai mana ini, Ya allah." Pak Bujang mulai ragu dengan sakit Diana.
Kening Diana sampai memar karena di hantam kan berulang kali kearah kaca jendela mobil, tidak sanggup menahan rasa sakit yang kian menjadi saja, bukan nya kurang karena sudah minum obat dari apotik. namun kian jadi saja, sama sekali tidak ada sedikit pun kurang nya tetap cenat cenut.
"Tolong jangan terlalu panik gitu lah, Yah! Diana ini cuma sakit gigi saja, dasar dia nya saja yang lebay." kesal Deni dengan ulah adik nya.
"Bukan nya Ayah membela Diana, tapi ini memang kelihatan nya sangat parah." lirih Pak Bujang.
"Ibu justru takut kalau ini adalah gejala kanker pula." ujar Bu Hasnah.
"Ibu terlalu berpikir jauh, kita sudah sampai sekarang." Deni memarkirkan mobil nya.
Pak Bujang turun dan menggendong putri nya dan menuju masuk, Deni kesal sekali karena orang tua nya sangat berlebihan, sebab dia sering sakit gigi dan tidak selebay ini juga, dasar Diana nya saja yang membuat orang cemas tidak karuan.