Zanaya sangat tergila-gila pada Revan sejak dari mereka duduk di bangku sekolah, bahkan dia menyuruh orang tuanya menjodohkan keduanya, siapa sangka itu menjadi petaka untuk dirinya sendiri.
Dengan kedua bola matanya sendiri, dia melihat sang suami menodongkan pistol ke arahnya yang dalam keadaan hamil besar, disampingnya seorang gadis bergelayut manja tersenyum menyeringai ke arahnya.
"Ada pesan terakhir zanaya?" Tanyanya dingin.
Zanaya mendongak menatap suaminya dengan penuh dendam dan benci.
"Jika ada kehidupan kedua, aku tak akan mencintai bajingan sepertimu. Dendamku ini yang akan bertindak!" Ucapan zanaya penuh penekanan.
Dor! Dor! Dor!
Tiga tembakan melesat ke arah wanita cantik itu tepat di kepalanya, membuatnya terjatuh ke dasar Danau.
Saat membuka mata, dirinya kembali ke masa lalu, masa dimana dia begitu bodoh karena tergila-gila pada Revan
Tapi setelah mengalami reinkarnasinya, ada takdir lain yang akan menantinya. Apakah itu, silahkan baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sihir atau Elemen?
Setelah Zanaya dan Kakek Gerald menyelesaikan makan malamnya tanpa pembicaraan. Zanaya kini di ajak masuk ke ruang kerja sang kakek.
Disana tersusun buku-buku yang sangat rapi di tempat rak buku, sofa yang terlihat elegan serta kertas-kertas bertumpuk yang berada di atas meja sang kakek. Kakeknya pasti sangat sibuk pikirnya.
Tapi bukan itu yang menjadi perhatian Zanaya, dia melihat sebuah lukisan yang sudah tua, Lukisan seseorang yang mirip kakeknya tapi dalam versi sangat muda, dengan memakai baju kebesaran seorang jenderal perang zaman kuno yang terlihat gagah.
Zanaya masih melihat lukisan itu, dalam hati bertanya-tanya kenapa lukisan ini mirip sang kakek, atau dia memang sang kakek yang cosplay memakai baju jenderal zaman kuno.
"Ya, semua yang kamu pikirkan benar," tebak sang kakek tentang pikiran Zanaya.
"Jadi, waktu muda dulu kakek cosplay pakai baju jenderal zaman kuno?" tebak Zanaya yang hanya dibalas senyuman oleh sang kakek.
"Bukan!" Kakek menggeleng cepat.
"Lalu?" Zanaya semakin mengerutkan keningnya bingung, ada satu dipikirkan gadis cantik tersebut tapi dia langsung menepisnya, tidak mungkin! Pikirnya.
Sang kakek menghela nafas panjang kemudian berjalan menuju lukisan itu membuat Zanaya sedikit bergeser memberikan sang kakek jalan.
Terlihat kakek Gerald menggeser lukisan tersebut, tiba-tiba sebuah pintu dari tembok bergeser, membuat Zanaya takjub ternyata ada sebuah ruang rahasia di ruang kerja sang kakek.
Kakek Gerald melangkah masuk diikuti Zanaya yang berada dibelakangnya, saat menginjak area dalam tiba-tiba sebuah obor menyala disepanjang jalan.
Bagaimana mungkin ini terjadi, hey ini bukan lampu yang memiliki saklar atau alat teknologi canggih yang otomatis menyala sendiri, ingat! Ini obor yang jika dinyalakan secara harus cara manual.
Sibuk dengan pikirannya sendiri Zanaya tidak menyadari jika lorong yang mereka telusuri sudah berada di sebuah ruangan yang besar. Tapi yang mencolok disana adalah sebuah peti harta karun yang besar.
"Kakek punya penyimpanan harta karun," gumam Zanaya saat mendengar kakek Gerald berdehem menyadarkan dirinya dari lamunan, ternyata dia berada di sebuah ruangan.
Kakek Gerald melangkah ke arah peti harta Karun itu. "Kemari lah!" perintah kakek Gerald melambaikan tangannya untuk Zanaya mendekat.
Zanaya segera melangkah ke arah sang kakek, sebab dia juga penasaran, "Buka!" Zanaya menatap kakeknya sejenak, kemudian kakek Gerald mengangguk
Zanaya pikir peti harta Karun ini pakai kunci ternyata tidak, bagaimana bisa sang kakek harta begini hanya dibiarkan begitu saja.
Pelan-pelan Zanaya membuka peti itu karena sangat berat, tapi dia masih mampu membukanya sendiri, saat peti terbuka bukan harta Karun seperti yang ada dipikiran Zanaya.
"Ini?" Zanaya bingung didalam peti terdapat sebuah pedang yang berada dalam sarungnya, pakaian kuno seperti tunggu! Zanaya mengecek warna dan beberapa aksesoris yang ada di aku itu beserta zirahnya.
"Kakek bisa menjelaskan ini?" Zanaya mulai menyusun puzzle yang ada dimulai dari dia bereinkarnasi, lukisan dan pakaian jenderal zaman kuno beserta perlengkapan nya yang lain.
"Coba bagaimana kesimpulan yang kamu dapat?" tanya kakek tenang menarik tangan Zanaya duduk di sofa terdapat meja kayu yang ada di ruangan tersebut, hanya satu dipikiran Zanaya yang coba dia tepis barusan.
Mata Zanaya membulat sempurna, dari semua pemikiran yang ada, hanya ini yang klop. Tiba-tiba Zanaya berdiri menggebrak meja.
"Tidak mungkin, this is impossible Kek!"
"Apa yang mustahil Zay, sedangkan kamu juga mengalami nya?" tanya kakek serius.
'Benar' pikirnya.
Zanaya menghela nafasnya, kembali duduk di sofa berhadapan dengan sang kakek.
"Tolong jelaskan pada Zanaya kek! Apakah ini berhubungan dengan reinkarnasi yang Zanaya alami?" Kakek Gerald menatap sang cucu dalam-dalam.
"Kakek berasal dari zaman kultivator, bukan berpindah Jiwa tapi kakek benar-benar datang dengan membawa fisik," Zanaya terdiam, ini benar-benar sulit dipercaya. Dia kira hanya ada di novel-novel ternyata dia sendiri mengalami nya, jika seandainya orang lain mengatakan itu mungkin Zanaya akan menganggap nya terkena bunga tidur (mimpi).
Tapi kasus sang kakek beda lagi, jika Zanaya pernah membaca novel time travel dimana orang berpindah Jiwa dari masa lalu ke masa modern ataupun sebaliknya, tapi kakeknya ini agak lain.
"Mengapa kakek bisa kesini?" tanya Zanaya, pasti ada penyebabnya bukan. Apakah kakeknya membuka portal atau ada hal lain.
"Entahlah kakek juga tidak tahu pasti, sebab saat itu kakek berada di medan pertempuran melawan hewan sihir, tapi saat itu kakek terluka melawan hewan sihir terakhir dan saat kakek ingin membunuh hewan sihir tersebut sebuah cahaya meledak hingga kakek menutup mata dan kakek berada di zaman tepatnya di sebuah hutan," jelas kakek menghela nafasnya yang entah sudah ke berapa kalinya.
Zanaya mencerna semua yang diceritakan sang kakek, kemudian dia berkata.
"Berarti di zaman kakek orang-orang bisa menggunakan sihir?" tanya Zanaya membuat sang kakek mengangguk.
Dengan mata berbinar menatap sang kakek "Di zaman kakek, kakek bisa menggunakan sihir apa? Apakah bisa mengubah orang jadi sesuatu seperti, jadi benda atau hewan oh, atau bisa terbang?" tebak Zanaya berbinar menunggu jawaban sang kakek.
"Bukan sihir seperti itu, kamu nih kebanyakan nonton film Harry Potter," Kakek terkekeh membuat Zanaya cemberut.
"Lalu sihir apa kek?" Zanaya mendadak lesu ternyata tidak seperti dipikirannya.
Kakek Gerald tidak menjawab hanya saja dia melakukan sesuatu yang membuat Zanaya terkejut sekaligus takjub.
"Daebak, kakek bisa menggunakan elemen api?" Zanaya bangun dari duduknya dengan mulut menganga lebar, melihat sang kakek menjentikkan jarinya tiba-tiba keluar api kecil seperti korek api.
"Benar,di zaman kakek para kultivator menggunakan sihir atau elemen seperti kakek," jawab sang kakek membuat Zanaya mengangguk.
"Jadi elemen kakek cuman api?" tanya Zanaya penasaran.
"Kakek memiliki dua elemen, api dan angin," jawab kakek memperlihatkan kedua elemennya secara bersamaan di tangan kiri api dan di tangan kanan angin yang berbentuk tornado kecil yang berputar-putar"
Zanaya sampai speechless melihatnya, berulang kali dia mengucek matanya sendiri membuat sang kakek terkekeh.
"Kek biasanya kan kalau orang tuanya memiliki kemampuan seperti itu, berarti anaknya juga bisa tapi kenapa papa tidak bisa?" tanya Zanaya heran.
"Kenapa papamu tidak bisa karena darahnya sudah tidak murni, karena dari nenek kalian hanya manusia biasa," jelas sang kakek membuat Zanaya mengerti.
"Tapi berbeda dengan dirimu, kamu mempunyai itu," Tunjuknya pada Zanaya.
"Aku kok bisa kek? Darah papa kan sudah tidak murni lagi ditambah dengan darah mama, pasti sudah hilang," jawab Zanaya lugas mengemukakan pendapatnya.
"Bukan seperti itu nak, memang kalau dengan campuran papa dan mama mu sudah hilang, tapi bukankah darah kakek masih menurun padamu?"
"Itulah kenapa kamu bisa bereinkarnasi atau bisa dikatakan mengulang waktu," sambung sang kakek membuat Zanaya terdiam.
"Jadi faktor itu yang membuat Zay bereinkarnasi?"
"Itu salah satunya," jawab kakek Gerald semakin membuat Zanaya pusing.
"Jadi faktor lainnya apa kek?" tanya Zanaya penasaran.
"Dulu kakek sampai ke zaman ini membawa semua yang melekat di diri kakek termasuk ruang dimensi kakek, ruang dimensi itu bisa menyimpan benda yang hidup ataupun mati ..." jedah kakek.
"Lalu apa hubungannya ruang dimensi kakek dengan Zay bereinkarnasi?"
"Karena ruang dimensi itulah yang membuat pemiliknya bereinkarnasi setelah menjalani kehidupan yang menderita, hanya cara itu bisa mengaktifkannya, sekarang ruang dimensi itu telah berpindah kepada pemilik barunya yaitu kamu," ungkap sang kakek.
"Seandainya kamu hidup bahagia dan mati dalam keadaan tenang dan lapang, ruang dimensi itu tidak akan aktif. Dendam mu itu yang membawa mu kembali mengulang waktu," sambung kakek Gerald..
"Jadi aku pemilik barunya?"
"Benar, sebelum berpindah pemilik, penjaga ruang dimensi mengatakan bahwa tuan selanjutnya adalah cucuku yang mewarisi seluruh darahku, itu sebabnya kamu juga bisa menggunakan elemen," jawab kakek Gerald.
"Jika Zay bisa menggunakan elemen kenapa ini tidak ada yang muncul?" tanya Zanaya dengan mengerutkan keningnya bingung sambil memperagakan seperti yang dilakukan sang kakek saat memunculkan elemennya dengan menjentikkan jarinya namun tidak terjadi apa-apa.
"Bukan tidak ada, tapi belum aktif sebelum kamu masuk di ruang dimensi itu nak," Kakek Gerald menjawab kebingungan Zanaya.