Almira Sadika, terpaksa harus memenuhi permintaan kakak perempuannya untuk menjadi madunya, istri kedua untuk suaminya karena satu alasan yang tak bisa Almira untuk menolaknya.
Bagaimana perjalanan kisah Rumah tangga yang akan dijalani Almira kedepannya? Yuk, ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Semenjak hari dimana pengakuan Almira serta Sebastian, keduanya menjalani kehidupan rumah tangga dengan lebih hidup dan lebih berwarna.
Sebastian yang kini tak takut lagi untuk akan kehilangan Almira, karena merasa antara dirinya dan Almira telah mengikat satu sama lain.
Sementara Almira, Almira kini menjalani hari-harinya seakan tanpa beban dan tak perlu takut lagi untuk akan menghadapi dunia. Untuk apa takut menghadapi dunia? Jika dunianya saja sudah berada dalam genggaman, pikir Almira.
Ya, malam itu, malam dimana Almira mendapat sebuah surat yang dikategorikan surat cinta, di malam itu juga keduanya menyatakan perasaan masing-masing. Perasaan yang selama ini keduanya pendam hanya karena pemikiran masing-masing yang belum tentu benar adanya.
Ketika mengingat hal tersebut, membuat hati dan perasaan Almira kembali berbunga-bunga. Seolah pernyataan itu baru semalam didengarnya, padahal sudah berminggu-minggu yang lalu. Mengingatnya, membuat Almira kian semakin merindukan suaminya itu, suami yang telah beberapa hari ini meninggalkan dirinya untuk perjalanan bisnis.
Almira dengan gelisah menunggu sang suami sembari terus menatap ponselnya yang menggelap.
"Mengapa belum sampai juga? Bukankah jarak dari sana kesini katanya hanya membutuhkan waktu dua sampai tiga jam saja??" gumam Almira yang tampak gelisah dengan tatapan yang tak beralih dari ponsel yang berada dalam genggamannya. "Tapi mengapa sampai detik ini belum ada tanda-tanda akan sampai, bahkan acara sebentar lagi akan dimulai," lanjutnya.
Karena ya, hari ini adalah hari dimana acara baby shower akan diselenggarakan. Acara yang Almira serta Sebastian rencanakan dulu. Dan Sebastian berjanji akan sampai di rumah sebelum acara tersebut di mulai. Akan tetapi, sudah lebih dari tiga jam menunggu, Almira belum juga mendapatkan tanda-tanda suaminya itu akan tiba. Jangankan datang dan menjemputnya untuk menghadiri acara, kabar saja pun tidak.
Almira yang saat ini tengah berada dalam kamarnya untuk menunggu sang suami menjemputnya (karena itu adalah salah satu janji Sebastian) tiba-tiba mendengar kericuhan di luar sana yang sesekali terdengar jeritan histeris yang jika di dengarkan baik-baik, itu adalah suara ibu mertuanya, mama Siska. Membuat Almira yang penasaran pun beranjak untuk menuju ke arah dimana asal keributan.
Sesampainya di ruang acara, terlihat mama Siska yang tengah menangis histeris dengan papa Steven yang terlihat seperti tengah menenangkannya.
"Mama," ucap Almira lirih kemudian bergegas menghampiri keduanya. "Pa... Mama kenapa?" tanyanya kala telah sampai di dekat kedua mertuanya.
"Dasar wanita pembawa sial!!! Dasar jalang!!"
Belum juga papa Steven menjawab pertanyaan dari Almira, mama Siska bangkit sembari mengumpat kasar. Tak lupa juga sebuah tamparan yang dikhususkan untuk Almira.
"Mama!" sentak papa Steven dan segera meraih pergelangan tangan mama Siska yang siap untuk kembali melayangkan tamparannya pada Almira.
Almira yang tak tahu apa-apa hanya menatap mama Siska bergantian dengan papa Steven seraya memegangi pipinya yang terasa panas, bekas dari tamparan mama Siska beberapa saat lalu.
"Tidak apa, Kau istirahatlah di kamarmu," ujar papa Steven yang mengerti akan arti tatapan Almira.
"Apa Papa bilang?!" Mama Siska menoleh ke arah sang suami dengan tatapan tak percaya. "Papa menyuruh wanita pembawa sial ini untuk beristirahat, sementara putra kita tak ada yang mengetahui bagaimana keadaannya saat ini!" seru mama Siska dengan lantang.
"Maksud Mama apa?" tanya Almira yang tak mengerti akan situasi saat ini.
"Kau masih bertanya, Wanita Sialan?!!" bentak mama Siska dengan air mata yang sesekali mengalir di pipinya. "Ayo, ikut aku!" lanjutnya seraya berjalan meninggalkan Almira yang masih terdiam di tempat bersama papa Steven yang menatapnya dengan tatapan yang entah seperti apa, sulit diartikan.
Merasa tak ada yang mengikuti, mama Siska kembali berbalik, yang seketika membuat emosinya semakin menjadi.
Mama Siska kembali menghampiri Almira dengan sedikit berlari. "Saya berkata, ikuti saya, Bodoh!!" bentaknya lagi sembari menarik rambut Almira dengan kasar saking kesalnya dan kembali berjalan kearah yang menjadi niat awalnya.
"Mama!" teriak papa Steven reflek ketika melihat kejadian tak terduga itu yang kemudian menyusul istrinya yang masih saja menarik rambut menantunya itu.
"Akh, Mama! Sakit..." ringis Almira sembari mencoba untuk melepaskan jeratan tangan mama Siska dari rambutnya yang terasa perih di kepala.
"Sakit Kau bilang, hah?!" tukas mama Siska sembari melepas rambut Almira kasar tepat ketika ketiganya berada di ruang televisi sampai membuat Almira terhuyung, beruntung tak sampai tersungkur karena papa Steven yang dengan sigap menangkap tubuh Almira. "Lalu bagaimana rasa sakit yang saya alami saat ini, hah?! Lihatlah!" lanjutnya sembari menyalakan televisi tersebut dan mengubah acak channel nya. Hingga pada salah satu siaran yang menyiarkan sebuah kecelakan pesawat yang menewaskan hampir seluruh penumpang, sementara yang selamat hanya dapat di hitung oleh jari saja, itupun dengan luka berat.
Deg!
"A-apa ini Ma?" Almira yang tetap berpositif tingking menanyakan hal tersebut walau hati dan pikirannya saat ini mulai kacau.
"Kau masih bertanya, Bodoh?!" ujar mama Siska dengan nada tinggi. Almira tak menjawab maupun memberi respon, dirinya hanya menunggu apa sekiranya kelanjutan yang akan mama Siska ucapkan. "Anakku, yang biasanya dijadwalkan di penerbangan kedua... Gara-gara Kau!" tunjuk mama Siska tepat di depan muka Almira. "Gara-gara baby shower sialan ini, dia menukar tiketnya dengan penumpang lain yang pesawatnya lepas landas di penerbangan pertama. Dan apa Kau tau apa artinya itu, Wanita pembawa sial?! Itu artinya Sebastian ada dalam pesawat yang mengalami kecelakaan itu!!!!" teriak mama Siska di akhir kalimatnya tepat di depan muka Almira yang termangu mendengar satu persatu kalimat yang di ucapkan mama Siska.
Dari mana mama Siska bisa tahu bahwa Sebastian ada di pesawat itu??? Itu di karenakan sebelum Sebastian menaiki pesawat dan lepas landas, Sebastian terlebih dahulu menghubungi mama Siska dan memberitahukan jika dirinya akan datang lebih awal karena akan menumpangi pesawat di penerbangan pertama dan Sebastian meminta agar mama Siska merahasiakannya dari Almira. Niat hati ingin memberi kejutan menggembirakan, yang didapat Almira justru kebalikan.
Tubuh Almira perlahan luruh ke lantai dengan kepala yang terus menggeleng menyangkal akan semua apa yang di dengarnya baru saja adalah salah.
Sementara mama Siska kembali menangis histeris di pelukan papa Steven usai memaki Almira. Sedangkan para tamu yang tadinya mulai pesat, kini tak ada lagi. Yang tersisa hanya derai air mata ketiganya. Mama Siska dengan tangisan histerisnya, dan Almira dengan tangisan dalam diam namun terlihat begitu memilukan bagi siapa saja yang melihatnya. Sedangkan papa Steven yang sedari tadi berusaha untuk tak meneteskan air mata, akhirnya hancur juga pertahanannya, mengingat jika anak semata wayangnya, ahli waris satu-satunya tak tahu bagaimana keadaannya.
"Kenapa menangis, hem?"
"Kak Tian!"