Di dunia yang dikendalikan oleh faksi-faksi politik korup, seorang mantan prajurit elit yang dipenjara karena pengkhianatan berusaha balas dendam terhadap kekaisaran yang telah menghancurkan hidupnya. Bersama dengan para pemberontak yang tersembunyi di bawah tanah kota, ia harus mengungkap konspirasi besar yang melibatkan para bangsawan dan militer. Keadilan tidak lagi menjadi hak istimewa para penguasa, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan dengan darah dan api.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Ares berdiri terpaku di depan altar batu di tengah Perpustakaan Tersembunyi, gulungan kuno yang ia sentuh masih bergetar dengan energi sihir. Di sekelilingnya, bayangan dan cahaya tampak saling berselisih, seolah-olah ruangan itu merespons pengungkapan besar yang baru saja ia alami. Setiap helai kata dari gulungan itu mengungkap lapisan baru rahasia kelam kekaisaran Valyria—rahasia yang lebih besar dan lebih gelap daripada yang bisa dia bayangkan sebelumnya.
Liora, yang berdiri tak jauh dari Ares, memandangnya dengan cemas. "Apa yang kau temukan?" tanyanya dengan suara rendah, meskipun ia bisa merasakan ada sesuatu yang salah.
Ares menatap gulungan itu dengan ekspresi penuh konflik. "Valyria... kekaisaran ini dibangun di atas fondasi kegelapan. Para kaisar pertama tidak hanya menggunakan sihir biasa. Mereka melakukan perjanjian dengan kekuatan yang lebih besar, kekuatan yang lebih tua dari yang kita sadari. Dan sekarang, artefak ini adalah kunci untuk membuka kembali kekuatan itu."
Liora melangkah maju, alisnya mengerut. "Apa yang kau maksud? Kekuatan yang lebih tua?"
Ares menarik napas dalam-dalam, berusaha merangkai pikiran yang berkecamuk di dalam dirinya. "Artefak yang aku temukan di Kuil Bayangan bukan hanya bagian dari sihir gelap. Ini adalah salah satu dari empat kunci kuno yang tersebar di seluruh Valyria. Setiap kunci memiliki kemampuan untuk membuka pintu menuju dunia bayangan, dunia di mana kekuatan kegelapan yang mengendalikan Valyria berasal."
Liora terdiam sejenak, mencoba memproses apa yang baru saja ia dengar. "Jadi, para kaisar pertama... mereka tidak hanya menggunakan sihir, tetapi mereka terikat pada kekuatan dari dimensi lain?"
Ares mengangguk pelan, matanya penuh kebingungan dan kesedihan. "Ya. Mereka menggunakan kegelapan untuk memperkuat kekaisaran mereka, tetapi juga untuk mengendalikan rakyat mereka. Mereka memanfaatkan kekuatan itu untuk menciptakan ketakutan dan ketaatan. Dan selama berabad-abad, bayangan itu tetap tersembunyi, sampai Ragnar mencoba menguasainya lagi."
"Apa yang terjadi jika semua kunci ditemukan?" tanya Liora, suaranya penuh ketegangan.
Ares menggenggam artefak di tangannya, merasa beratnya keputusan yang harus ia ambil. "Jika keempat kunci disatukan, portal ke dunia bayangan akan terbuka sepenuhnya. Kegelapan yang tersembunyi akan dilepaskan ke Valyria, dan itu bisa menghancurkan kita semua."
Suasana di dalam ruangan menjadi semakin berat, seolah-olah perpustakaan kuno itu sendiri merasakan bahaya yang akan datang. Para pemberontak yang lain, yang diam-diam mendengarkan, mulai saling berbisik dengan cemas.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" salah satu prajurit bertanya dengan nada khawatir. "Kita tidak bisa membiarkan kegelapan itu dilepaskan."
Ares menggeleng pelan, matanya masih tertuju pada artefak. "Kita harus menghancurkan kunci ini sebelum seseorang bisa menggunakannya. Jika kita menghancurkan kunci-kunci itu, kita bisa menutup akses menuju dunia bayangan selamanya."
Liora mengangguk, meskipun dia tahu tugas ini tidak akan mudah. "Lalu kita harus menemukan kunci-kunci lainnya sebelum terlambat."
Namun, sebelum mereka bisa merencanakan langkah selanjutnya, suara gemuruh keras mengguncang perpustakaan. Dinding-dinding di sekitar mereka mulai bergetar, dan debu-debu jatuh dari langit-langit batu.
"Ada apa ini?" teriak salah satu prajurit, mencoba menyeimbangkan diri.
Ares segera meraih pedangnya, bersiap menghadapi ancaman baru. "Kita tidak sendirian di sini."
Dari bayang-bayang di ujung ruangan, sekelompok sosok berjubah hitam muncul, mata mereka menyala merah darah. Mereka tampak seperti bayangan hidup, serupa dengan yang mereka hadapi di medan pertempuran sebelumnya, tetapi kekuatan mereka terasa jauh lebih besar.
"Siapa mereka?" tanya Liora dengan suara penuh kewaspadaan.
Ares mempersempit matanya, memandangi sosok-sosok itu dengan penuh kecurigaan. "Mereka adalah penjaga bayangan. Mereka dikirim untuk melindungi rahasia kekaisaran ini. Mereka tahu kita telah menemukan kunci."
Salah satu sosok berjubah hitam melangkah maju, suaranya rendah dan bergema di dalam ruangan. "Ares Arvenius," katanya, suaranya penuh kebencian. "Kau telah mencampuri urusan yang bukan milikmu. Kekaisaran ini adalah milik bayangan, dan kau tidak akan pernah bisa menghancurkan warisan kami."
Ares menghunus pedangnya, siap untuk bertarung. "Aku tidak akan membiarkan kekaisaran ini jatuh ke tangan kegelapan lagi."
Tanpa peringatan, para penjaga bayangan itu melancarkan serangan. Bayangan pekat melesat ke arah Ares dan kelompoknya, seperti tombak gelap yang mencoba menembus pertahanan mereka. Ares dengan cepat menangkis serangan itu, tetapi setiap kali pedangnya mengenai bayangan, mereka hanya menghilang dan muncul kembali dari kegelapan.
"Kita tidak bisa melawan mereka dengan cara biasa!" seru Liora, sambil berusaha menghindari serangan.
Ares tahu bahwa Liora benar. Penjaga bayangan ini adalah manifestasi langsung dari kekuatan dunia gelap, dan mereka tidak bisa dihancurkan dengan senjata biasa. Namun, Ares masih memiliki sesuatu yang bisa dia gunakan—artefak yang ada di tangannya.
Ares mengangkat artefak itu tinggi-tinggi, membiarkan energi gelap dan cahaya yang selama ini ia kendalikan berputar di sekelilingnya. "Kita harus menggunakan kekuatan yang sama untuk melawan mereka," gumamnya, suaranya penuh dengan tekad.
Dengan satu gerakan tegas, Ares melepaskan gelombang energi yang menggabungkan kekuatan bayangan dan cahaya. Gelombang itu menghantam penjaga bayangan dengan kekuatan yang luar biasa, memaksa mereka mundur untuk pertama kalinya. Cahaya dan bayangan bergabung menjadi satu, menciptakan kekuatan baru yang mampu menembus kegelapan para penjaga.
Penjaga bayangan itu berteriak kesakitan, tubuh mereka bergetar sebelum akhirnya lenyap ke dalam udara tipis, meninggalkan ruangan yang kini kembali sunyi.
Ares menurunkan artefak itu, napasnya terengah-engah. Dia berhasil menghentikan mereka, tetapi kekuatan yang dia gunakan semakin sulit dikendalikan. Keseimbangan yang dia ciptakan mulai menghilang, dan dia tahu bahwa jika dia terus menggunakan kekuatan ini, dia mungkin akan kehilangan dirinya sendiri.
Liora mendekat, menatap Ares dengan kekhawatiran yang mendalam. "Ares, kau tidak bisa terus begini. Setiap kali kau menggunakan kekuatan itu, kau semakin terperangkap."
Ares memandangnya dengan mata yang dipenuhi kelelahan. "Aku tahu. Tapi kita tidak punya pilihan lain sekarang."
Liora meletakkan tangan di bahunya. "Kita akan menemukan cara untuk menghancurkan kunci ini. Tapi kau harus berhati-hati. Kegelapan ini akan mengambil alih jika kau tidak segera berhenti."
Ares mengangguk pelan, meskipun di dalam hatinya ia tahu bahwa pertempuran besar belum berakhir. Artefak itu masih berdenyut dengan energi gelap, dan selama itu, bayangan Valyria belum benar-benar hilang.
---
cerita othor keren nih...