Karena pekerjaannya, Alin terpaksa menghilang, meninggalkan sebentar pria yang dicintai.
Anjar, cukup stres memikirkan kemana perginya sang pujaan hati, ditambah seorang wanita terus mengejarnya akibat rencana perjodohan keluarga.
Apakah keduanya bisa bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertempuran di atas kapal
"Kita akan menyerang kelompok mereka malam ini. Kau siapkan saja beberapa tim yang perlu kita bawa. Mateo akan pergi lebih dulu, dengan tim 1 akan mengawasi pergerakan lawan. Pastikan tidak ada bala bantuan dari lawan datang. Tim 2 dipimipin Saras akan masuk sebagai pengintai di dalam, membaur lah dengan pasukan lawan agar mereka tidak curiga, sekaligus sabotase sistem keamanan mereka. Tim 3 aku serahkan padamu, Ramses. Kau bawa pasukan penyerang, pastikan mereka mati tanpa sisa. Aku akan membaur dengan kalian, entah di tim yang mana, ada sesuatu yang harus aku pastikan."
Alin memimpin rapat darurat dengan cepat, dalam kurun waktu 2 bulan mereka berhasil mendapatkan informasi musuh. Beberapa antek-antek musuh sudah ditumbangkan lebih dulu, meminimalisir serangan dadakan yang tidak seberapa namun cukup mengganggu konsentrasi mereka.
"Mulai bergerak setelah matahari tenggelam, aku akan menunggu kalian di pelabuhan pinggir kota." ujar Alin lalu pergi meninggalkan markas.
Wanita itu mengendarai motor dengan kecepatan tinggi menuju pelabuhan pinggir kota. Udara siang yang panas tidak menghalangi rencananya, pikiran terus berfokus pada rencana yang sudah dia susun jauh hari dengan matang.
Malam nanti dia dan rekan lainnya akan bergerak, menyudahi perseteruan yang terus memakan korban jiwa. Keserakahan membuat banyak orang lupa diri, melupakan jasa orang lain demi tercapainya tujuan pribadi.
Usianya sudah sangat matang untuk menikah, namun untuk mewujudkan hal itu tentu harus menyelesaikan semua tugasnya. Kali ini dia akan menyelesaikan semua, setelah itu berniat menjalani kehidupan normal bersama Anjar.
***
Selepas matahari terbenam, gemerlap lampu pelabuhan mulai tampak di kejauhan, memantulkan bayangan di permukaan air yang tenang. Tapi sebentar lagi ketenangan itu akan terusik dengan pergerakan orang-orang yang ingin membasmi hama busuk.
Alin duduk dengan santai di pinggir perahu nelayan, matanya terlihat awas memperhatikan sekitar. Tim yang sudah dia bagi tadi mulai menjalankan rencana. Hiruk pikuk suara musik terdengar keras dari sebuah kapal yang bersandar tidak jauh dari tempat Alin berada. Kapal pesiar itu adalah markas penjahat jalanan yang akan mereka habisi.
Pukul 8 malam, tim 2 melaporkan jika mereka berhasil masuk dan berbaur dengan orang-orang di dalam. Dengan segera Alin mulai berjalan mendekati kapal. Dia menyamar sebagai koki, berjalan santai menuju dapur dan mulai bergabung dengan kru yang bertugas.
Tidak terlalu sulit bagi Alin berbaur dengan mereka dan disini dia akan mulai beraksi. Dapur kapal pesiar merupakan jantung dari pelayanan makanan. Dirancang untuk mendukung operasional kapal dengan memenuhi kebutuhan penumpang.
Tanpa ada yang tahu, Alin mencampurkan serbuk putih ke makanan serta minuman yang akan di hidangkan. Setelah memastikan semua berjalan aman, Alin pun pergi ke ruang lain.
Sebuah ruangan penyimpanan senjata, didepan pintu Saras menunggunya. Wanita itu menyamar sebagai petugas kebersihan.
"Pintu ini sudah aku kunci, kemungkinan besar mereka tidak akan bisa membukanya." ujar Saras dengan wajah santai. Dia ahli dalam meretas dan kebetulan ruangan di depan mereka menggunakan sistem keamanan.
"Sebentar lagi kekacauan akan terjadi, tujuan kita lantai atas tempat para ketua berkumpul. Orang-orang yang sudah memakan ataupun minum dari hidangan terbaru akan mati tanpa harus bertempur. Kita tidak perlu membuang-buang waktu dan tenaga." kata Alin sambil melihat jam ditangannya.
Tidak menunggu lama benar saja keributan terjadi, banyak orang yang meninggal setelah mereka mengkonsumsi makanan serta minuman. Bahkan mereka yang baru saja menggunakan air di kapal tiba-tiba merasakan panas di tubuhnya.
Saras menatap Alin penuh tanda tanya, yang ditatap tersenyum kecil. "Aku meminta Ramses menebarkan bubuk gatal di sistem air mereka."
"Kau merencanakan ini dengan matang, Alin. Aku kira kita hanya akan menggunakan kekerasan saja." Kata Saras mengagumi cara kerja rekannya ini.
"Jumlah mereka sangat banyak, kapal ini memang markas utama tapi mereka juga melakukan perjalanan ke tempat tertentu. Sehingga mereka para ketua membawa masing-masing anggota kelompok mereka. Sedangkan orang-orang kita tidak sampai setengahnya. Aku sengaja tidak mau menggunakan seluruh anggota kita. Cukup mencari cara supaya kita seimbang saja."
Ledakan terdengar sangat kencang, beberapa orang yang berdiri di pinggir kapal langsung terlempar ke luar.
"Sepertinya Mateo melakukan dengan baik. Ayo bergerak!" Alin berlari ke dek atas bersama Saras sembari melepaskan pakaian luar mereka.
Tiba di dek atas, terlihat beberapa orang menatap mereka waspada.
"Ternyata kau Alin. Berani sekali kau mengganggu acara ku." teriak seorang pria botak dengan wajah emosinya.
"Halo pak tua, lama tidak berjumpa. Aku sangat menyayangkan pertemuan kita harus dengan cara seperti ini. Seru bukan?" kata Alin dengan wajah santainya.
"Kau tidak pernah berubah, masih kurang aja denganku. Apa tujuan hah?"
Alin berjalan mendekat dengan tatapan sulit di artikan. Saras pun mengikutinya dengan santai.
"Aku menginginkan kematian mu." jawab Alin dengan lantang serta dengan gerakan cepat wanita itu berhasil menembakkan peluru ke dada pria itu.
DOR
"Sial kau... Alinn" Pak tua itu terperosok ke lantai, darah membasahi tangannya.
"Serang merekaaa." ujar seseorang memberikan intruksi.
Pertempuran tidak ter elakkan, Saras dengan gesit melesat menyerang pria yang telah memberikan intruksi.
Alin sendiri mengahadapi serangan dari anak buah lawan. Kini wanita itu tidak menggunakan pistol namun sebuah tongkat kayu yang telah di siapkan di belakang tubuhnya.
Di tempat lain Ramses berhasil membunuh ketua kelompok yang juga kaki tangan pria tua itu.
"Kau yang mengurus penculikan anak di Kota X. Menjual mereka pada pasar bebas. Aku membenci perbuatan mu. Matilah kau." teriak Ramses menembakkan peluru pada pria di depannya.
DOR
"Kau,,, kau membunuh ku." pria itu akhirnya tewas ditempat.
Kembali pada Alin dan Saras di dek atas. Malam ini angin terasa lebih kencang membuat ombak menghantam lambung kapal dengan keras. Suasana menyenangkan beberapa waktu lalu kini berubah mencengkeram.
Alin menerjang siapapun yang menyerangnya, mengayunkan pukul dengan cepat dan telat sehingga lawan nya menjadi kewalahan. Mendapatkan kesempatan menebas beberapa musuh dengan senjata di sampingnya yang mungkin milik musuh nya juga.
Suara pukulan semakin ramai saat Tim 2 dan 3 datang bergabung. Ramses pun ikut di dalamnya. Pria itu dengan cepat menangkis serangan yang datang dan membalasnya dengan sekali tendangan.
Darah sudah memenuhi ruangan, malam ini mereka benar-benar membabat habis hama ini.
"Kapal ini berencana bergerak tengah malam menuju arah utara. Mereka berniat menjual senjata ilegal dan perdagangan budak. Untuk budak yang dikurung sudah aku bebaskan dan gudang senjata akan kita ledakkan setelah ini." kata Ramses membuat Alin senang.