Cecil dan Kevin sepasang kekasih. Hubungan mereka terkendala restu dari mamanya Cecil. Namun, karena rasa cintanya yang begitu besar, Cecil pun berani menantang orang tuanya.
Padahal, tanpa Cecil sadari, dia hanya dimanfaatkan Kevin. Gadis itu sampai rela menjual barang-barang berharga miliknya dan bahkan meminjam uang demi menuruti permintaan sang kekasih.
Apakah hubungan yang toxic ini akan bertahan? Sadarkah Cecil jika dia hanya dimanfaatkan Kevin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Delapan
Setelah mendapatkan pinjaman dari Athalla, Cecil langsung pulang. Dia bisa bernapas lega, karena sang mama tak akan lagi curiga dan bertanya kemana uangnya pergi.
Cecil melangkah pasti menuju pintu utama rumahnya. Setelah pintu di buka, gadis itu berjalan langsung ke ruang keluarga. Dia yakin sang mama ada di sana.
Seperti dugaannya, Mama Nicky sedang duduk di sofa sambil menonton televisi. Cecil lalu ikutan duduk di samping mamanya itu.
"Uang kuliah sudah aku transfer balik ke rekening Mama," ucap Cecil.
Pandangan mama Nicky yang awalnya tertuju ke televisi, beralih ke Cecil. Dia tersenyum miring menanggapi ucapan putrinya itu.
Nicky lalu merubah duduknya dan memandangi Cecil dengan tatapan tajam. Wanita itu tampak menarik napas dalam sebelum bicara.
"Uang siapa yang kamu pinjam buat menggantinya?" tanya Mama Nicky dengan penuh penekanan.
"Aku nggak pinjam uang siapa-siapa, bukankah sudah aku katakan jika aku belum sempat membayarnya," jawab Cecil.
"Bukankah terakhir kamu bilang kalau uangnya sudah habis buat bayar hutang. Kamu akan mencari pengganti secepatnya. Apa kamu meminjam lagi?" Kembali mama bertanya.
Cecil menarik napas dalam. Dia baru ingat dengan ucapannya kemarin. Dia sendiri yang mengatakan jika uang itu digunakan untuk bayar hutang.
"Hanya dua juta aku pakai buat bayar hutang. Selebihnya emang masih ada di rekeningku. Yang pasti uang sudah aku kembalikan, Mama nggak perlu tau dari mana aku dapat uangnya!" seru Cecil.
"Apa itu uang dari penjualan motor?" tanya Mama Nicky.
Mendengar pertanyaan Mama Nicky, kembali Cecil menarik napas dalam. Baru selesai satu masalah, sudah datang masalah berikutnya. Dia harus menjawab apa jika mama bertanya mengenai motor itu. Jawaban apa yang harus diberikan.
"Sumpah, Ma. Itu bukan uang motor," jawab Cecil.
"Bukankah motor kamu jual delapan belas juta. Siapa tau uang itu yang kamu beri lagi ke mama," balas Mama Nicky.
Cecil tampak terkejut mendengar ucapan mamanya. Kenapa wanita yang telah melahirkan dirinya itu bisa tau jika dia menjual motor dengan harga segitu? Apakah Pak Udin yang mengatakan pada mama? Tanya Cecil dalam hatinya. Membayangkan itu, dia jadi kesal.
Padahal tadi Cecil sudah mewanti-wanti agar Udin mau menyimpan rahasia ini. Dia tak mau mamanya jadi ribut karena masalah motor ini.
Apa lagi nanti sang mama menyalahkan Kevin, dia makin tak terima. Memang sebenarnya uang dipakai pria itu. Tapi bagi Cecil itu bukan kesalahan kekasihnya, bukan Kevin yang meminta, dia saja yang ingin memberinya.
"Kenapa Mama selalu masalahkan uang? Apa mama sudah kekurangan uang banget?" tanya Cecil dengan suara agak tinggi.
"Bukan soal uang. Ini soal kejujuran. Kamu sudah sering bohongi mama mengenai uang dan mama tau semua uang itu untuk Kevin. Cinta boleh, bodoh jangan, Cecil. Apa yang kamu dapat dari pria seperti itu? Yang ada kamu banyak berkorban. Belum menikah saja kamu sudah begini, apa lagi nanti setelah kalian menikah!" seru Mama Nicky dengan suara tinggi karena mulai terbawa emosi.
Cecil kembali tak bisa terima karena sang mama menyalahkan Kevin. Dia berdiri dari duduknya. Memandangi wanita yang telah melahirkan dirinya itu dengan tatapan tajam.
"Kenapa Mama tak sekalian menghitung semua uang yang dikeluarkan untuk membesarkan aku? Mama menyesal membesarkan aku?" tanya Cecil.
"Apa Mama ada menyinggung soal itu? Mama tau semua uang mu selama ini habis hanya untuk Kevin. Dengan bermodalkan ucapan manis kamu terperdaya dengan rayuan gombalnya hingga mau memberikan apa saja yang diinginkan. Menyewa apartemen, membelikan ponsel bahkan biaya hidupnya. Kamu itu orang tuanya atau kekasihnya?" tanya Mama Nicky dengan suara tak kalah kerasnya.
Cecil tampak menarik napas dalam mendengar ucapan mamanya. Walau dia membenarkan semuanya, tapi hati kecilnya juga berbisik jika semua itu bukan salah Kevin. Pria itu tak pernah meminta. Hanya dirinya saja yang ingin memberikannya.
"Aku muak, bosan dan jenuh. Setiap saat hanya itu yang Mama bahas. Aku pulang ke rumah untuk istirahat, tapi yang aku dapat mama selalu saja mengajak bertengkar. Bagaimana aku bisa betah di rumah?" tanya Cecil.
"Kalau kamu tak betah di rumah ini, silakan cari rumah lain yang bisa memberikan ketenangan. Mama hanya ingin membuka hatimu yang telah tertutup dengan cinta buta mu itu. Tapi kau sepertinya sudah tak bisa di omongi. Bagimu Kevin tak pernah salah, dan tak boleh di salahkan. Sekarang terserah apa yang mau kamu lakukan. Jika bagimu lebih penting Kevin, silakan ikuti dia!" seru Mama Nicky.
Mama Nicky berharap dengan memberikan pilihan antara Kevin dan dirinya, Cecil akan berpikir. Dia yakin putrinya tak akan mau meninggalkan rumah ini.
"Baiklah, jika itu mau mama. Aku pergi, dan jangan pernah mencariku!" seru Cecil.
Mama Nicky terkejut mendengar ucapan putrinya. Ternyata Cecil memang benar-benar telah dibutakan hatinya, sehingga lebih memilih Kevin dari ibunya sendiri.
Cecil berjalan menuju kamarnya. Dia lalu mengambil koper dan memasukan bajunya beberapa helai. Dan perlengkapan lainnya. Setelah menyusunnya, dia langsung berjalan keluar kamar.
Saat dia menuruni tangga, Mama Nicky menatapnya dengan tajam. Gadis itu tak mengeluarkan air mata sedikitpun, tanda keras hatinya. Dengan langkah pasti Cecil menuruni tangga.
"Ingat, Cecil. Sekali kamu melangkah pergi meninggalkan rumah ini, jangan pernah kembali lagi!" seru Mama Nicky, saat Cecil melewatinya.
Cecil membalikan tubuhnya. Tersenyum memandang ke arah sang mama.
"Baiklah, Ma. Mungkin Mama telah bosan membesarkan Cecil. Aku tak akan kembali. Selamat tinggal!" balas Cecil.
Setelah mengucapkan itu, dia segera melangkah kembali. Meninggalkan rumah tempat dirinya dibesarkan.
tp gmn kl emg dh sifat dy begitu..
ya tergantung qt aja sbgai istri yg menyikapinya...
ya qt jg hrs ekstra lbh sabar mnghdapinya...