Seorang dokter militer yang tangguh dan cerdas, secara tidak terduga terlempar ke masa lalu, dia masuk ke tubuh nona tertua dari kediaman perdana menteri yang terkenal bodoh dan berperangai buruk.
Perdana menteri yang mengetahui bahwa jenderal Li Chen di curigai berkhianat dan akan segera di asingkan menjadi kalut, dia sangat menyayangi putri keduanya yang berharga, sehingga bertekad mengirim nona tertua untuk menikahi sang jenderal.
Di hari pernikahannya, Jiang Jiyun melihat seluruh properti keluarganya di sita, status bangsawan mereka di cabut dan mereka di asingkan ke hutan.
Dalam kebingungan dan kesedihan, Jiyun bertekad untuk membela suaminya dan membongkar konspirasi di balik fitnah tersebut.
Menggunakan pengetahuan medis dan keterampilan strategisnya, Jiyun merancang rencana untuk menyelamatkan Li Chen dan membersihkan nama mereka.
Akankah Jiyun berhasil mengubah nasib mereka dan mengalahkan musuh yang bersembunyi dalam bayang-bayang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEMBUKA JAHITAN
Pada malam harinya, lagi lagi mereka harus menginap di hutan. Su Yuan mulai mengumpulkan ranting, dia menyalakan api, kemudian meminjam panci milik petugas untuk membuat bubur.
Sementara Jiang Jiyun masih sangat santai, gadis itu telah merendam kacang hijau, dia berniat untuk membuat bubur kacang hijau dan roti kosong.
"Kakak ipar! Makanan enak apa yang ingin anda buat malam ini?'' tanya Li Yue sambil duduk.
Jiang Jiyun tersenyum tipis, "Mari menyiapkan bahan untuk adonan roti."
Li Shuang dan Wu Jia mendekat, keduanya terlihat menggulung lengan baju mereka dan berjongkok di depan perapian. Jiang Jiyun memasang panci, dia menuangkan air bersih sambil mempersiapkan jahe yang sudah di geprek dan daun pandan, dia mendapatkan benda-benda tersebut dari ruang angkasa.
Setelah melihat air yang mendidih, Jiang Jiyun menuangkan semua kacang hijau, dia juga melemparkan beberapa keping gula merah tanpa di ketahui oleh siapa-siapa. Saat itu, harga gula merah sangatlah mahal, orang-orang akan sangat hemat dalam menggunakannya.
"Kakak ipar, ini?'' tanya Li Shuang, dia telah selesai membuat adonan roti.
"Biarkan adonannya mengembang, untuk sementara waktu, kita akan menutupnya menggunakan kain bersih!" jawab Jiang Jiyun, dia mengajari ibu mertua serta adik-adik iparnya cara membuat roti yang enak.
Lima belas menit kemudian, adonan semakin mengembang, Jiang Jiyun memukulnya, dia membagi adonan tersebut menjadi beberapa bagian dan di bentuk sesuai keinginan.
"Baiklah! Kita akan membakar rotinya." ucap Jiang Jiyun sambil mengeluarkan oven tanah liat yang berhasil di buatnya, dia segera melapisi loyang menggunakan minyak, kemudian memasukkannya ke dalam oven.
Tiga puluh menit kemudian, tercium aroma manis dan gurih, roti milik mereka telah selesai di panggang, begitu juga dengan bubur kacangnya.
Keluarga Li cabang kedua dan cabang ketiga yang sejak tadi sedang makan bubur segera menyimpan mangkuk dan sendok milik mereka, matanya menatap makanan yang mengepul sambil terus menelan ludah. Entah kenapa setiap kali Jiang Jiyun memasak, bau harum akan selalu tercium, sehingga siapapun pasti ingin sekali memakannya.
"Kakak ipar, baunya sangat harum." ucap Li Yu, anak laki-laki berusia 10 tahun itu terus saja mengendus-endus seperti seekor anjing pelacak.
"Duduklah! Masing-masing memiliki dua roti dan semangkuk bubur, kita akan menyimpan sisanya untuk sarapan besok." ucap Jiang Jiyun, dia membagi semua makanan dengan sangat adil.
"Sangat harum!"
"Kakak ipar, roti ini sungguh lezat, bahkan jauh lebih enak di bandingkan dengan mantou!" puji Li Yue.
Li Shuang mulai menggigit roti, mata gadis berusia 15 tahun itu langsung melotot, "Kakak ipar, roti ini sangat lezat, anda harus lebih sering mengajariku cara memasak, aku juga ingin membuatkan makanan enak untuk ibu dan saudara-saudariku."
Jiang Jiyun mengangguk, "Tidak masalah, kakak ipar pasti akan membuatmu terampil, hanya saja memasak juga membutuhkan konsentrasi dan keahlian, jika anda salah memberikan takaran, kemungkinan roti akan menjadi bantat dan keras."
Li Shuang mengangguk, "Aku akan mempelajarinya dengan baik, kakak ipar, anda bisa membimbingku!"
Semua anggota keluarga makan dengan sangat lahap, bahkan tidak menyisakan apa pun di mangkuk, wajah mereka sumringah dan di penuhi dengan binar kebahagiaan.
Setelah makan, semua anggota keluarga kembali beristirahat, mereka tidur di atas tanah beralaskan kain tipis dan juga tikar.
Jiang Jiyun berjalan ke arah Li Chen, dia melihat pemuda itu tersenyum ke arahnya. Dahi Jiang Jiyun di penuhi garis-garis hitam, dia langsung bergidik beberapa kali.
'Ada apa dengannya? Dia tidak pernah tersenyum semanis ini padaku, mungkinkah efek salah meminum obat atau terlalu banyak memakan gula? Baiklah, sepertinya aku harus lebih berhati-hati lagi, jangan menambahkan sesuatu yang manis pada makanan.'
Jiang Jiyun berpikir di dalam hati, namun dia tetap berjalan mendekat. "Aku akan membuka jahitanmu!"
Li Chen menggelengkan kepalanya, "Jangan di sini, orang lain mungkin akan berpikiran yang tidak-tidak! Lebih baik mencari tempat yang lebih jauh."
Jiang Jiyun mengangguk, dia juga merasa sangat aneh dengan sikap anggota keluarganya beberapa hari terakhir. "Baiklah! Aku akan mengambil peralatan ku dulu!"
Li Chen mengambil tongkat, dia segera berdiri. Sementara Jiang Jiyun telah membawa kotak p3k miliknya. "Ayo!"
Keduanya berjalan beriringan, hingga akhirnya sampai di belakang batu besar. Li Chen berbaring, sementara Jiang Jiyun membuka celana panjang suaminya itu sambil memperhatikan bekas lukanya.
"Cukup baik! Lukamu sudah sembuh!" ucap Jiang Jiyun, dia mengambil gunting untuk memotong benang, kemudian menariknya dengan sangat hati-hati.
"Terima kasih, Jiang Jiyun!" ucap Li Chen, jika bukan karena perawatan gadis itu, kemungkinan besar dia telah berada di dalam bahaya.
Jiang Jiyun mengangguk, dia kembali membereskan peralatan medis miliknya, kemudian mengeluarkan beberapa pil. "Minumlah! Kau harus merawat lukamu dengan sangat baik!"
Li Chen menerima pil itu, dia segera menelannya, kemudian mengambil manisan howtown untuk menghilangkan rasa pahit di lidahnya.
"Ayo kembali!" ajak Jiang Jiyun, dia membantu Li Chen untuk berdiri. Saat keduanya kembali, semua orang terlihat tidur dengan sangat lelap. Jiang Jiyun akhirnya bisa bernafas dengan lega.
"Syukurlah mereka tidak melihatnya, jika tidak, entah bagaimana cara untuk menjelaskan nya." ucap Jiang Jiyun sambil berbaring, dia tidur di samping Qian Qian dan Li Yue.
Li Chen tersenyum tipis mendengar gerutuan gadis itu, dia tahu pasti bahwa kejadian saat Jiang Jiyun melakukan operasi terhadap kakinya tidak diketahui oleh siapapun.
Hanya saja saat menjelang pagi, udara di luar sangat dingin, akibat hujan yang mengguyur sepanjang malam. Jiang Jiyun yang kedinginan masuk ke dalam selimutnya, sambil memeluk Li Chen. Gadis itu bahkan menyimpan kepalanya di dada Li Chen dan berhasil terlihat oleh semua orang, sebelum keduanya benar-benar menyadarinya.
Li Chen menggelengkan kepala, dia kembali tidur dengan tenang, sementara Li Jiang dan paman kedua mulai membuka mata, keduanya saling berpandangan sebelum akhirnya berdiri, mereka berjalan dengan mengendap-endap dan segera melarikan diri.
Keesokan harinya, Jiang Jiyun menyiapkan sarapan, dia duduk dengan tenang sambil menyuapkan roti ke mulutnya. Bubur kacang hijau yang semalam juga masih tersisa banyak, dan telah selesai di panaskan.
"Ibu! Ayo sarapan!" ucap Jiang Jiyun, dia menyimpan semangkuk bubur kacang hijau dan 2 buah roti di depan Wu Jia.
Wu Jia mengangguk, "Kamu juga makan!"
"Umm!" jawab Jiang Jiyun dengan semangat, dia kembali menyimpan mangkuk bubur dan roti di depan Li Chen.
"Makanlah!" ucap Jiang Jiyun, Li Chen mengangguk sambil melirik adik-adiknya yang terlihat menatap wajah pemuda itu dengan dahi yang berkerut.
'Apa lagi sekarang? Jangan sampai mereka berpikir aku melakukan sesuatu dengan Jiang Jiyun di belakang batu besar!'
Hanya dalam waktu sepuluh menit, mereka telah menghabiskan semua makanan, Li Yue dan Li Shuang pergi ke sungai untuk mencuci panci dan semua perlengkapan makan.
Cetar!
Terdengar suara cambuk yang menghantam tanah, di sertai suara dengusan dan teriakan dari salah seorang petugas. "Katakan! Kemana kedua pria dari keluargamu itu pergi! Mereka tidak berniat untuk melarikan diri bukan?"
Tubuh nyonya tua Li bergetar, dia tidak menyangka jika anak dan cucu laki-lakinya akan meninggalkan dia di hutan, apalagi di keluarga Li cabang kedua saat ini tidak ada satu orang pun yang cakap dan hanya tersisa 3 orang wanita.
"Petugas! Mereka berniat untuk mencari makanan, bisakah anda mengirim seseorang untuk mencarinya? Aku sangat takut jika anak laki-laki dan juga cucu kesayanganku akan tersesat." ucap nyonya tua Li sambil berlutut.
Mata petugas itu langsung berputar, "Ciiih! Sebagai seorang tahanan pengasingan, mereka terlalu berani!"