BERSAMA DENGAN MU

Happy reading

*

*

*

*

*

*

Kediaman Renza dan Kina.

Kina meletakkan secangkir kopi didepan suaminya, Renza tersenyum melihat istri nya menyuguhkan kopi untuk nya.

"Sayang"

"Hm?" Kina duduk disamping Renza yang sedang mengerjakan perkejaan kantornya.

Bertambah umur tidak membuat Renza kehilangan semangat kerjanya, ya meskipun harus dia kerjakan dari rumah.

Dikantor sudah ada anak sulungnya yang bernama Delano Roosevelt, putra yang dulu kehadiran nya tidak disengaja, namun siapa sangka anak itu tumbuh dengan baik hingga sekarang, semua berkat istrinya yang selalu telaten mengurus nya dan mengurus suami.

"Apa kamu punya temen yang punya anak cewek Selisi 5 tahun dengan Cello??"tanya Renza.

Kina menghela nafas, sudah berapa kali Renza menanyakan hal yang sama padanya, uncle dari cello ini sangat bersemangat untuk menjodohkan ponakan tampan nya itu.

"Udah si mas, ntar juga cello Nemu jodohnya sendiri, jangan terlalu memaksakan, nggak baik loh" nasehat kina pada sang suami.

"Dia udah kepala tiga loh sayang, takut aja kalau cello nggak nikah nikah, mas takut dia nggak normal"

"Astaga, mungkin cello belum Nemu yang cocok, kalau udah Nemu pasti bakal dikenalin ke kita kok, jangan risaukan ponakan mu yang tampan itu."

"Aku yakin banyak yang ingin menjadi istri cello, hanya saja ponakan mu itu nurun bapaknya yang anti cewek matre dan murahan."

"Tapi buktinya Egi dulu suka tuh sama Yena yang centil abis sama Egi"ucap renza mengingat bagaimana bar bar nya sang mendiang adik nya dulu kala mengejar cinta Egi.

"Karena Yena hanya berani centil cuma sama Egi doang mas, beda lagi kalau cewek zaman sekarang, apa apa diobral sana sini"

"Iya juga sih, pusing juga mikirin jodoh buat tu bujang satu"Renza menghela nafas.

"Sabar aja, kalau udah waktunya juga pasti nikah"

Renza mengangguk, dia pun menyeruput kopi buatan istrinya itu dengan nikmat, kemudian melanjutkan pekerjaannya kembali.

Tak berselang lama, dua orang pria memasuki rumah keluarga Renza, dari suara nya sih sudah pasti si lano dan Cello.

Dan benar saja, Delano yang baru pulang dari kantor nya mulai memasuki rumah bersama dengan sepupunya.

"Pi" Delano menghampiri orang tuanya di ruang tamu diikuti Cello dibelakangnya.

"Baru pulang?"tanya Renza pada cello yang kini duduk di sofa

"Hmm"

"Lano ke atas dulu"pamit lano pergi ke lantai atas untuk bersih bersih.

"Udah makan cello?"tanya Kina pada ponakan tersayang nya itu yang semakin hari semakin mirip dengan Egi.

"Blm, nanti bisa kok makan di apartemen."jawab cello.

"Makan dulu baru pulang"titah Renza.

Ya, selama ini cello tinggal sendiri di apartemen mewahnya, padahal Renza selalu membujuk nya untuk tinggal bersama, tapi selalu ditolak oleh cello, apalagi nenek kakeknya, tak henti hentinya merengek agar cello ikut mereka, tapi berhubung cello itu keturunan Egi, sudah pasti anak itu akan keras kepala.

"Tinggal disini aja sih, kenapa mesti di apartemen segala, kami keluarga mu loh sayang" kina sedikit sedih, sangat disayangkan jika cello harus hidup sendiri padahal masih punya keluarga.

"Aku hanya ingin mandiri saja, takut merepotkan jika aku ikut tinggal dengan kalian atau kakek nenek"jelas cello.

"Alasan saja, bilang aja kalau kau itu takut ketahuan bawa cewek kerumah kan??"ucap Renza menggoda sang ponakan.

"Mas ih!"

Cello menggeleng-gelengkan kepalanya, uncle nya semakin berumur semakin random saja kelakuannya, untung aunty nya sangat sabar.

"Paman ini kalau ngomong suka ngasal."

"Lagian nggak nikah nikah sampai saat ini, uncle kan curigaan orangnya"

"Ntar juga kalau aku nikah pasti uncle akan tau"

"Siapa tau kamu mau pernikahan tersembunyi kayak dinovel novel gitu."

*

*

*

*

*

*

...To be continued...