NovelToon NovelToon
My Crazy Girl

My Crazy Girl

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:482.5k
Nilai: 4.8
Nama Author: widyaas

Tipe pria idaman Ara adalah om-om kaya dan tampan. Di luar dugaannya, dia tiba-tiba diajak tunangan oleh pria idamannya tersebut. Pria asing yang pernah dia tolong, ternyata malah melamarnya.

"Bertunangan dengan saya. Maka kamu akan mendapatkan semuanya. Semuanya. Apapun yang kamu mau, Arabella..."

"Pak, saya itu mau nyari kerja, bukan nyari jodoh."

"Yes or yes?"

"Pilihan macam apa itu? Yes or yes? Kayak lagu aja!"

"Jadi?"

Apakah yang akan dilakukan Ara selanjutnya? Menerima tawaran menggiurkan itu atau menolaknya?

***

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

"Pasien kehilangan banyak darah dan sekarang sedang kritis."

Dunia Gevan seakan runtuh begitu saja saat mendengar ucapan dokter yang menangani Ara.

"Untungnya stok golongan darah B di rumah sakit ini masih ada. Silakan anda selesaikan administrasinya dulu," lanjut dokter.

Tanpa berkata lagi, Gevan bergegas menuju tempat administrasi dan membayar semua biaya pengobatan Ara.

Saat hendak kembali ke ruang ICU, Gevan berpapasan dengan keluarga Ara. Pria itu hanya menatap mereka dengan datar, lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Tunggu!" cegah Geo.

Gevan menghentikan langkahnya tanpa menoleh ke belakang. Katakan saja dia kurang ajar. Gevan sudah tau alasan dibalik kecelakaan Ara tadi. Nike sudah menyelidikinya.

"Di mana ruang rawat Ara?" tanya Geo langsung.

Gevan mendengus sinis, "Apa peduli kalian? Bukannya kalian tidak peduli dengan Ara?" Tetap formal karena mereka adalah rekan bisnis dulunya.

"Jaga ucapan anda! Katakan sekarang!" sentak Geo tak sabaran.

Tanpa berkata lagi, Gevan kembali melangkahkan kakinya. Namun, Geo, Ayah Gama serta Marvel juga mengikuti langkah Gevan.

Keempat pria itu sampai di depan ruang ICU. Di dalamnya ada Ara yang sedang ditangani oleh dokter.

Gevan masih tak mau membuka suara. Sedangkan ketiga lainnya juga diam sambil menunggu kabar baik.

Huh? Apakah mereka mulai peduli pada Ara?

Selang beberapa menit, Nike datang menghampiri sang Tuan.

"Bagaimana?" tanya Gevan.

"Saya sudah menemukan pelakunya, Tuan," jawab Nike.

"Siapa?" tanya Gevan tanpa basa-basi.

"Nona Sofia. Dia dalang di balik layarnya."

Gevan menggeram, kedua tangannya terkepal erat. Sungguh, dia tak menyangka kalau Sofia akan senekat itu.

"Nanti biar saya yang akan mengurusnya, kamu kerjakan yang lain," ucap Gevan. Nike pun mengangguk patuh. Dia segera pamit undur diri.

Geo, Marvel dan Ayah Gama diam-diam menguping, namun mereka tetap duduk biasa saja menunggu dokter keluar.

Tak lama kemudian dokter keluar dari ruangan ICU.

"Pasien sudah melewati masa kritisnya, namun, pasien dinyatakan koma. Kami tidak tau kapan pasien akan sadar. Yang pasti dalam waktu yang cukup lama," jelas dokter tersebut.

Lagi-lagi dunia Gevan seakan runtuh begitu saja. Pria itu mengusap wajahnya kasar. Dia tidak bisa melihat Ara terbaring lemah seperti itu.

"Apakah saya boleh masuk? Saya ayahnya, Dok," celetuk Ayah Gama.

Dokter mengangguk, "Boleh, Pak. Tapi, maksimal 2 orang, ya. Harus bergantian."

Ayah Gama mengangguk paham. Dia menatap kedua anaknya, lalu mengangguk pelan untuk meyakinkan mereka.

Ayah Gama memakai pakaian khusus lebih dulu sebelum masuk ke dalam ruang ICU.

Gevan menunggu gilirannya. Tentu saja, dia harus masuk dan melihat keadaan kekasihnya sekarang.

Ayah Gama melangkah pelan menuju ranjang yang di atasnya ada Ara yang terbaring lemah. Di sana juga ada 2 dokter yang memantau keadaan Ara.

Ayah Gama menatap wajah pucat Ara yang setengahnya tertutup oleh masker oksigen. Di tubuh putrinya itu terdapat beberapa alat yang menempel. Ia menghela nafas. Ingin berbicara, tapi lidah ya terasa kelu.

"Ayah sudah ada di sini, Ara. Apa kamu senang?"

"Kamu boleh marah sama Ayah, tapi jangan ikut Bunda, ya?"

Tangannya mengelus kepala Ara dengan lembut. Menyalurkan kasih sayang yang selama ini dia simpan.

"Setelah kamu sadar nanti, ayo kita barbeque an. Sesuai permintaan kamu waktu itu," kata Ayah Gama.

Matanya berkaca-kaca, tapi air matanya enggan menetes.

Bohong kalau hatinya tak sakit melihat putrinya seperti ini. Rasa menyesal mulai datang bertubi-tubi.

Mengingat Ara yang selalu ingin bertemu dengannya, membuat Ayah Gama semakin merasa bersalah. Dia selalu menyibukkan diri dengan pekerjaannya sampai mengabaikan putrinya sendiri.

"Maaf, Pak, waktu jenguk sudah habis," celetuk seorang dokter.

Memang menjenguk pasien di ruang ICU itu tidak boleh terlalu lama. Ayah Gama pun menganggukkan kepalanya. Dia mengelus kepala Ara sebentar sebelum keluar dari sana.

Selanjutnya gantian Gevan yang masuk. Pria tampan itu langsung berjalan menghampiri Ara dan menggenggam tangan dingin si gadis.

Tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulut Gevan. Namun, sentuhan di tangan dan elusan di kepala Ara cukup mewakili perasaannya.

Itu adalah bukti bahwa Gevan tak pernah main-main dengan hubungan mereka. Gevan selalu menepati ucapannya. Harapannya sekarang adalah ingin Ara membuka matanya dan kembali menatapnya dengan tatapan kesal dan jahil.

Dan Gevan juga berharap agar Ara tidak akan melupakannya saat gadis itu sadar dari komanya.

Jika Gevan berada di posisi Ara, mungkin dia lebih memilih mengasingkan diri dan tidak akan pernah kembali lagi. Rasa sakit yang dihadapi Ara seolah tiada habisnya. Namun, Ara tetap menghadapi semuanya dengan senyuman. Padahal Ara hanya memakai topeng untuk menutupi kesedihannya yang mendalam.

****

"Mulai sekarang, ayo kita mencoba memperbaiki hubungan dengan Ara. Ayah harap kalian gak keberatan."

Kini Ayah Gama, Marvel dan Geo berada di rumah mereka, rumah yang selama ini ditempati oleh Ara.

"Ayah baru sadar?" tanya Geo sekaligus menyindir.

"Iya. Ayah akui itu, Geo. Itu sebabnya Ayah mengajak kalian untuk berdamai dengan keadaan."

"Maaf, selama ini Ayah menjadi kepala keluarga yang buruk untuk kalian," lanjut Ayah Gama.

"Semuanya udah terlambat," celetuk Marvel.

Geo dan Ayah Gama menatap Marvel bersamaan.

"Andai sedari dulu Ayah menyadarkan kami kalau Ara gak bersalah atas kematian Bunda, pasti gak akan kayak gini jadinya," lanjut Marvel.

Benar. Andai sedari dulu Ayah Gama membuat Marvel dan Geo sadar bahwa Ara bukanlah penyebab kematian Bunda. Tapi, rasa kecewa dan marah sudah menguasai Ayah Gama waktu itu.

"Maafkan Ayah, Nak..." Ayah Gama menepuk pundak Marvel dan Geo secara bergantian. Tatapan matanya jelas menyiratkan penyesalan yang luar biasa.

"Kita harus bisa bersama seutuhnya. Agar Bunda bahagia."

Sekarang saatnya memperbaiki apa yang sudah terjadi. Mereka harus bisa berdamai dengan keadaan. Tidak apa-apa terlambat, daripada tidak sama sekali.

****

Saat ini Gevan sedang berada di rumahnya. Dia akan mengurus Sofia yang terlibat dalam kasus pembunuhan berencana terhadap Ara.

Hari ini juga Gevan akan membuat Mom Bella tak berkutik lagi. Dia akan melihat apakah mommynya akan membela Sofia kali ini.

Gevan meletakkan sebuah map berisi informasi tentang kasus Sofia ke meja kaca di depannya. Di sana ada Dad Vilton dan juga Mom Bella, karena Gevan yang meminta agar kedua orang tuanya untuk berkumpul di ruang keluarga.

"Apa ini, Gevan?" tanya Mom Bella.

"Mommy baca sendiri."

Mom Bella berdecak dan mengambil map itu, lalu membacanya dengan seksama. Seketika matanya terbelalak kaget. Tentu dia tak percaya dengan informasi tersebut.

"Apa ini?!" seru wanita itu.

"Mommy masih gak percaya?" sinis Gevan.

"Iya lah! Kamu dapat informasi palsu ini dari mana, Gevan?!" tanya Mom Bella. Dia melempar map yang tadi dia pegang ke meja di depannya.

Dad Vilton bergerak mengambil alih map tersebut dan membacanya dengan teliti.

"Sebegitu sayangnya Mommy sama dia sampai gak mau percaya sama bukti yang sudah aku lihatkan?" Gevan menggeleng tak percaya. Entah setan mana yang merasuki mommynya ini.

"Nike!" panggil Gevan.

Nike yang tadi menunggu di luar ruang keluarga pun datang dengan laptop di tangannya.

Nike meletakkan laptop itu ke atas meja. Di sana jelas tertera rekaman bukti-bukti kalau Sofia terlibat dalam kasus pembunuhan berencana terhadap Ara.

Mom Bella terdiam melihat rekaman itu. Dia memegang dadanya yang berdenyut sakit. Jadi, selama ini dia salah?

***

LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE

1
Riyani Eva
ihh gak asyik harusnya biar amnesia dulu biar liat effort nya gevan
Riyani Eva
ini yang paling aku suka .../Drool/
Riyani Eva
kalo benci sendirian aja pak gak usah ajak2 dong ,,,,,
Riyani Eva
jadi baler sendiri ihh
Riyani Eva
berasa aku jadi ara /Joyful//Joyful/
Riyani Eva
wes bener2 syukaa poll ama ceritanya
Angga Gati
cakep...menarik ceritanya
Rose 19
🙀🙀Eheeem🙈🙈🙈
Rose 19
suka suka kamu aja Van, kamu yang punya uang kamu yang berkuasa. aku mah apa atuh cuma bubuk kripik dalam toples
Rose 19
skakmat, melongo langsung tuh mulutnya
Rose 19
kamu egois mom, tak kenal maka tak sayang. kenali dulu Ara baru kamu kasih pendapat.
Rahimahhassan Rahimah
Luar biasa
💗AR Althafunisa💗
wkwkwkw... lucu 😂
💗AR Althafunisa💗
Happy ending ❤️❤️❤️
💗AR Althafunisa💗
Happy ending dong...
3sna
lha hebat bener udh sadar lngsung mo duduk,,
3sna
bukannya perasannya dia masih ambigu,tp disini udah mantep
💗AR Althafunisa💗
Aamiin...
💗AR Althafunisa💗
oh... ini yang Gevan bilang soal mengingat. Anak kecil itu...
💗AR Althafunisa💗
Ada juga yg lupa di inget mereka bertiga aka author, jangan malah Gavin yang udah ada buat Ara. Kasihan kan Gavin 😌😌😌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!