Seorang penjual keliling bernama Raka, yang punya jiwa petualang dan tidak takut melanggar aturan, menemukan sebuah alat kuno yang bisa membawanya ke berbagai dimensi. Tidak sengaja, ia bertemu dengan seorang putri dari dimensi sihir bernama Aluna, yang kabur dari kerajaan karena dijodohkan dengan pangeran yang tidak ia cintai.
Raka dan Aluna, dengan kepribadian yang bertolak belakang—Raka yang konyol dan selalu berpikir pendek, sementara Aluna yang cerdas namun sering gugup dalam situasi berbahaya—mulai berpetualang bersama. Mereka mencari cara untuk menghindari pengejaran dari para pemburu dimensi yang ingin menangkap mereka.
Hal tersebut membuat mereka mengalami banyak hal seperti bertemu dengan makhluk makhluk aneh dan kejadian kejadian berbahaya lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjauh dari Prajurit
Raka berlari dengan napas terengah-engah, melirik ke belakang seolah-olah prajurit berkuda bisa melompat keluar dari semak-semak kapan saja. Kakinya terasa berat, dan pelarian ini terasa seperti mimpi buruk yang tidak ada habisnya.
“Apa... mereka... akan menangkap kita?” Raka bertanya di sela-sela napasnya yang tersengal-sengal. “Kalau ketangkap, apa yang akan mereka lakukan? Aduh, aku nggak mau dipenjara di dimensi ini!”
Aluna, yang berada sedikit di depannya, tidak menoleh dan terus berlari dengan fokus. “Mereka tidak akan menangkap kita kalau kau terus bergerak. Tapi percayalah, penjara adalah hal terkecil yang perlu kau khawatirkan.”
Raka semakin panik mendengar jawabannya. “Penjara hal terkecil?! Terus apa yang lebih buruk dari penjara? Dibakar hidup-hidup? Atau... dipaksa menikah dengan pangeran?”
“Fokus saja pada lari, Raka!” sahut Aluna, suaranya terdengar kesal namun tetap tegas. Meski ia sudah terbiasa dengan kejenakaan Raka, situasi genting ini bukanlah waktu yang tepat untuk bercanda.
Raka mencoba fokus, tapi suara kuda yang semakin mendekat dari belakang membuatnya semakin panik. Tanpa sadar, ia mulai menggoyang-goyangkan alat dimensi di tangannya, berharap benda itu akan menyelamatkan mereka.
“Mungkin kalau aku guncang-guncang sedikit, alat ini bakal bekerja lagi...”
Aluna meliriknya sekilas dengan frustrasi. “Berhenti menggoyangkan benda itu! Kau hanya akan merusaknya!”
“Apa lagi yang bisa kulakukan? Ini satu-satunya harapan kita!” sahut Raka dengan nada panik. Sambil terus berlari, ia menekan tombol-tombol alat tersebut secara acak, berharap ada keajaiban yang terjadi.
Namun, tidak ada yang terjadi. Alat itu tetap diam, dan suara kuda dari belakang semakin mendekat.
“Di depan, ada tebing,” kata Aluna tiba-tiba, suaranya berubah lebih tenang namun tegas. Raka hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya, namun saat ia menoleh ke depan, ia melihat tebing curam di ujung jalur mereka.
“Jadi... apa kita akan loncat?!” tanya Raka, setengah bercanda tapi jelas-jelas ketakutan. “Kalau nggak bisa lari, kita bisa terbang, kan?”
“Ini bukan saatnya bercanda, Raka,” balas Aluna dengan nada datar, matanya fokus mencari jalan keluar. “Aku bisa mencoba memperlambat mereka dengan sihir, tapi kita harus cepat.”
“Sihir? Sejak kapan kau bisa sihir?” Raka menatapnya dengan kaget, seolah baru menyadari sesuatu yang penting.
“Aku dari dimensi sihir, tentu saja aku bisa sihir!” Aluna menahan kesabarannya. “Tapi sihirku terbatas. Kita harus cepat atau mereka akan mengejar kita lagi.”
“Cepat ke mana?” Raka melambai ke arah tebing. “Aku nggak ada sayap! Dan alat ini rusak!”
Aluna tidak menghiraukannya. Ia mulai merapal mantra dengan suara pelan, tangannya bergerak dengan anggun di udara. Raka melihat udara di sekitar mereka berubah, menjadi lebih berat dan dingin. Perlahan, kabut mulai naik dari tanah, menyelimuti jalur di belakang mereka.
“Bagaimana kau bisa melakukan itu?” Raka bergumam sambil menatap kagum. Namun Aluna tidak menjawab. “Oke, oke, aku ikut!” lanjutnya sambil berlari mengejar Aluna yang sudah bergerak menuju jalan sempit di samping tebing.
Jalur itu sangat curam dan dipenuhi bebatuan licin. Raka merasa kakinya hampir terpeleset beberapa kali, dan napasnya semakin memburu. “Kita pasti akan jatuh!” teriaknya panik, tangannya mencengkeram alat dimensi semakin erat seolah benda itu bisa menyelamatkannya dari jatuh.
“Kau akan baik-baik saja kalau bisa menjaga keseimbangan,” sahut Aluna tanpa menoleh. Ia bergerak cepat, tubuhnya lincah melewati bebatuan, sementara Raka terlihat seperti bayi yang baru belajar berjalan.
Langkah mereka semakin cepat meskipun jalur di depan semakin sulit. Raka mencoba fokus untuk tidak jatuh, sementara suara kuda dari atas tebing semakin jauh, kabut tebal sihir Aluna berhasil menyembunyikan jejak mereka.
“Aku nggak percaya kita berhasil lolos,” gumam Raka, hampir tidak mempercayai kenyataan. “Tunggu, kita lolos, kan? Mereka nggak bisa lihat kita lagi, kan?”
Aluna berhenti sejenak, menatap ke belakang dengan waspada. “Untuk saat ini, kita aman. Tapi ini hanya sementara. Kita harus terus bergerak sampai benar-benar keluar dari wilayah mereka.”
“Aman sementara? Itu nggak terdengar seperti kabar baik,” kata Raka sambil menelan ludah, tangannya masih memegang alat dimensi yang tampaknya tidak banyak membantu.
“Kita tidak punya pilihan lain,” Aluna menambahkan. “Kita harus menemukan tempat untuk bersembunyi sebelum mereka kembali.”
Raka hanya bisa mengangguk, meski di dalam dirinya masih bergolak antara rasa panik, bingung, dan takut. Di tengah kekacauan perasaan itu, ia mulai merasakan sesuatu yang aneh. Rasa tanggung jawab yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
"Baiklah, baiklah... aku akan ikuti rencanamu untuk sekarang," katanya dengan nada pasrah, meskipun jelas masih ada nada kebingungan dalam suaranya.
Aluna menatapnya sejenak, lalu mengangguk sebelum kembali bergerak menuruni tebing dengan langkah cepat. “Percayalah, ini bukan pertama kalinya aku melarikan diri.”
Raka menghela napas panjang dan mengikuti di belakangnya. “Kalau ini berhasil, aku janji nggak akan menekan tombol sembarangan lagi... mungkin.”
Mereka terus bergerak turun, semakin jauh dari suara kuda yang sebelumnya membuat jantung Raka berdetak kencang.