NovelToon NovelToon
Kaisar Yang Terbakar

Kaisar Yang Terbakar

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Khairatin Khair

Di dunia yang dikendalikan oleh faksi-faksi politik korup, seorang mantan prajurit elit yang dipenjara karena pengkhianatan berusaha balas dendam terhadap kekaisaran yang telah menghancurkan hidupnya. Bersama dengan para pemberontak yang tersembunyi di bawah tanah kota, ia harus mengungkap konspirasi besar yang melibatkan para bangsawan dan militer. Keadilan tidak lagi menjadi hak istimewa para penguasa, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan dengan darah dan api.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3

Ares menyusuri jalanan gelap di Valyria dengan langkah pasti. Pikirannya penuh dengan bayangan dan rencana yang mulai terbentuk. Nama Liora Vex terus berputar di benaknya—sosok misterius yang Mira sebutkan sebagai kunci untuk menjatuhkan Ragnar. Tapi tidak ada orang di Valyria yang benar-benar bisa dipercaya, termasuk pemimpin pemberontak ini.

Udara malam terasa semakin dingin saat dia mendekati distrik selatan kota, tempat di mana kelompok-kelompok pemberontak bawah tanah bersembunyi dari mata-mata kekaisaran. Distrik ini berbeda dari pusat kota yang megah dan gemerlap. Bangunan-bangunan di sini runtuh dan penuh dengan graffiti yang mencerminkan perlawanan rakyat. Ares tahu bahwa setiap langkah yang dia ambil di sini diawasi. Ini adalah wilayah yang berbahaya, bahkan bagi seseorang seperti dia.

Dia melangkah ke sebuah gang sempit, seperti yang diarahkan Mira, menuju pintu yang hampir tersembunyi oleh bayangan. Di sana, di balik dinding-dinding gelap, terletak markas rahasia pemberontak. Dia mengetuk pintu tiga kali dengan pola khusus—sinyal yang sudah disampaikan Mira kepadanya.

Suara langkah kaki mendekat dari balik pintu, lalu terdengar suara berat dari balik kayu, “Siapa kau?”

“Ares Arvenius,” jawabnya tegas, tanpa ragu. “Aku datang untuk menemui Liora Vex.”

Pintu terbuka sedikit, memperlihatkan mata tajam yang menilai Ares. Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, pintu itu terbuka lebar, memperlihatkan seorang pria besar dengan jubah hitam. Dia memberi isyarat kepada Ares untuk masuk.

Di dalam, suasana penuh ketegangan. Markas pemberontak bukanlah tempat yang nyaman—ruangan ini gelap, berbau lembap, dan dipenuhi dengan senjata serta peta yang tertempel di dinding. Beberapa orang duduk di sekitar meja, wajah mereka penuh waspada, menatap ke arah Ares saat dia melangkah masuk.

Di ujung ruangan, berdiri seorang wanita dengan postur tegap dan mata yang tajam. Wajahnya dihiasi oleh luka bekas pertempuran, namun aura kekuatannya tidak dapat disangkal. Inilah Liora Vex, pemimpin pemberontak yang penuh teka-teki.

“Ares Arvenius,” Liora memulai dengan suara datar, matanya mengamati setiap inci tubuhnya. “Prajurit yang seharusnya mati di penjara bawah tanah, kini berdiri di hadapanku. Apa yang membuatmu berpikir aku akan mempercayaimu?”

Ares tidak gentar di bawah tatapannya. “Aku tidak meminta kepercayaanmu, Liora. Aku hanya menawarkan kesempatan. Kau ingin menjatuhkan Ragnar. Aku juga. Kita punya musuh yang sama.”

Liora mendekat, menyilangkan tangannya di dada. “Musuh yang sama bukan berarti kita punya tujuan yang sama, Arvenius. Aku bertarung untuk rakyat, untuk menghancurkan korupsi yang telah menghancurkan kekaisaran ini. Apa yang kau inginkan? Balas dendam pribadi?”

Ares menatap langsung ke mata Liora, menunjukkan tekadnya. “Ragnar bukan hanya masalah pribadiku. Dia adalah racun yang menghancurkan seluruh Valyria. Jika dia tidak dihentikan, kekaisaran ini akan jatuh lebih dalam ke dalam kegelapan. Aku ingin menghentikannya, sama seperti kau.”

Ruangan itu hening sesaat. Semua mata tertuju pada mereka berdua, dua sosok yang sama-sama tangguh namun penuh ketidakpercayaan. Liora menimbang kata-kata Ares, tatapannya tajam dan penuh perhitungan.

“Aku mendengar banyak hal tentangmu, Arvenius,” Liora berkata perlahan. “Kau prajurit yang hebat, tapi kau juga pernah menjadi alat kekaisaran. Kau pernah berdiri di sisi Ragnar. Mengapa aku harus mempercayai bahwa kau benar-benar ingin menghancurkannya?”

Ares menahan napasnya sejenak, ingatan tentang pengkhianatan itu kembali menghantuinya. “Ragnar menghancurkan hidupku, menuduhku pengkhianat, dan menjebakku di penjara bawah tanah selama sepuluh tahun. Aku kehilangan segalanya karena dia. Jika kau ingin bukti niatku, lihat apa yang telah dia lakukan padaku.”

Liora terdiam, matanya melihat luka-luka lama di tubuh Ares, bekas-bekas rantai yang telah membelenggunya selama bertahun-tahun. Akhirnya, dia mendesah pelan dan mengangguk.

“Aku bisa memberimu kesempatan,” katanya dengan nada lebih tenang. “Tapi jangan berpikir bahwa kepercayaan datang dengan mudah di tempat ini. Kau harus membuktikan dirimu, Arvenius. Ada sesuatu yang harus dilakukan, dan jika kau berhasil, maka kita bisa berbicara tentang aliansi.”

“Apa yang kau butuhkan?” tanya Ares tanpa ragu.

Liora melangkah ke meja besar di tengah ruangan, menunjukkan sebuah peta kota yang penuh dengan tanda-tanda dan simbol. Dia menunjuk ke sebuah tempat di bagian timur Valyria. “Di sini, di bawah tanah istana lama, ada tempat yang dikenal sebagai Ruangan Hitam. Itu adalah tempat di mana Ragnar menyimpan dokumen-dokumen penting, termasuk catatan tentang semua perjanjian rahasia yang dia buat untuk menguasai kekaisaran. Jika kita bisa mendapatkan bukti dari sana, kita bisa memulai langkah untuk menjatuhkannya.”

Ares mengamati peta itu dengan cermat. “Apa yang membuat tempat itu begitu sulit dijangkau?”

Liora menatapnya serius. “Ruangan itu dijaga ketat oleh pasukan elit Ragnar, dan sihir kuno melindungi pintu masuknya. Hanya sedikit yang tahu cara memasukinya, dan bahkan lebih sedikit yang bisa keluar hidup-hidup.”

“Lalu, bagaimana kita bisa masuk?”

Liora menyeringai tipis. “Kita punya cara. Tapi untuk saat ini, kita butuh orang yang cukup berani untuk menyusup ke sana dan mencuri dokumen-dokumen itu. Itulah ujianmu, Ares.”

Ares menyadari tantangan yang dia hadapi, tapi dia tidak akan mundur. Ini adalah langkah yang dia butuhkan untuk mendekati Ragnar, untuk menghancurkan jenderal yang telah menghancurkan hidupnya.

“Aku akan melakukannya,” jawab Ares tegas.

Liora tersenyum kecil, sebuah senyuman yang menunjukkan kepercayaan diri dan sedikit kekaguman. “Baiklah. Tapi ingat, ini bukan sekadar misi bunuh diri. Kau harus kembali dengan dokumen itu, atau semua rencanaku akan berantakan.”

“Aku tidak pernah gagal dalam misi,” kata Ares sambil menatap lurus ke arahnya.

“Bagus. Kita akan lihat apakah kau bisa bertahan dalam dunia bayangan ini, Ares Arvenius.”

---

Malam itu, Ares memulai perjalanan pertamanya dengan kelompok pemberontak. Liora memberinya peta jalan menuju Ruangan Hitam, serta beberapa informasi tentang sihir yang melindungi tempat itu. Meskipun dia sudah bertarung dalam berbagai pertempuran sebelumnya, ini adalah misi yang berbeda. Bukan hanya kekuatan fisik yang dibutuhkan, tetapi juga kecerdikan dan kemampuan untuk bertahan hidup dalam bayangan.

Dalam perjalanannya menuju istana lama, Ares terus memikirkan apa yang dia pelajari dari Mira dan Liora. Ragnar Velheim bukan hanya jenderal yang korup; dia menguasai kekaisaran melalui intrik, sihir, dan kekuatan gelap yang belum sepenuhnya terungkap. Jika benar apa yang Mira katakan, bahwa kaisar mungkin sudah mati atau dikendalikan oleh sihir hitam, maka Ragnar adalah ancaman yang jauh lebih besar dari yang dia bayangkan.

Ares bergerak cepat di bawah bayangan malam, menuju ke istana lama yang sekarang telah ditinggalkan. Bangunan megah itu dulunya adalah simbol kejayaan kekaisaran, tetapi kini menjadi sarang misteri dan bahaya. Di bawah permukaannya, Ruangan Hitam menunggu, bersama dengan rahasia yang bisa mengubah arah pertempuran ini.

---

Beberapa jam kemudian, Ares tiba di gerbang istana lama. Tempat itu sunyi, dikelilingi oleh reruntuhan, tetapi dia tahu bahwa bahaya mengintai di setiap sudut. Dengan hati-hati, dia melangkah masuk, mengikuti petunjuk yang diberikan Liora.

Lorong-lorong istana terasa dingin, seperti tempat yang terlupakan oleh waktu. Ares merasakan getaran magis yang samar di udara—sihir kuno yang melindungi tempat ini. Setiap langkahnya dihitung dengan hati-hati, menghindari jebakan atau pengawasan yang mungkin dipasang oleh para penjaga Ragnar.

---

Di depan, Ares melihat sebuah gerbang besar dari baja yang berkarat, tertutup rapat oleh rune-rune bercahaya yang melingkari seluruh permukaannya. Ini adalah pintu menuju Ruangan Hitam, tempat di mana semua rahasia Ragnar disimpan. Dia bisa merasakan energi yang berdenyut melalui udara—sihir kuno yang menjaga pintu ini hanya bisa dibuka oleh mereka yang memiliki akses atau kunci khusus.

Ares mendekati pintu dengan hati-hati, mengingat petunjuk yang diberikan oleh Liora. Salah satu hal pertama yang dia pelajari adalah bahwa rune ini tidak hanya mengunci pintu, tetapi juga berfungsi sebagai jebakan mematikan bagi siapa pun yang berusaha meretasnya tanpa kunci yang benar. Rune ini bisa menghancurkan siapa pun yang salah langkah, melepaskan semburan energi yang bisa membakar seseorang hidup-hidup.

Ares mengeluarkan talisman yang diberikan oleh Liora, sebuah artefak kecil yang diambil dari pendeta kuno yang dahulu melayani kekaisaran. Talismannya terlihat sederhana—sekeping batu hitam dengan ukiran kuno—tapi Liora yakin bahwa benda ini bisa menetralkan sebagian sihir yang melindungi tempat itu.

Ares menempelkannya di salah satu rune utama, dan perlahan, cahaya yang berdenyut di sekitar gerbang mulai meredup. Seiring dengan itu, suara gerigi besi yang saling berputar terdengar samar, menandakan pintu mulai terbuka. Setelah beberapa saat, celah kecil cukup besar untuk seseorang masuk terbentuk di tengah pintu baja raksasa itu.

Ini baru permulaan. Ares tahu bahwa di balik pintu ini, tantangan sesungguhnya menunggunya.

---

Di dalam Ruangan Hitam, atmosfer berubah drastis. Dinding-dinding batu di sini terasa lebih tua, dipenuhi dengan simbol-simbol kuno yang hampir tak terlihat di bawah debu dan kegelapan. Udara di sini berat, seolah-olah menyimpan ribuan tahun rahasia yang tak pernah terungkap. Ruangan itu diterangi oleh beberapa obor yang tergantung di dinding, memberikan cahaya temaram yang nyaris tak cukup untuk menerangi jalan.

Di tengah ruangan, di atas meja besar yang terbuat dari batu hitam, terdapat tumpukan gulungan perkamen, catatan yang usianya mungkin sudah ratusan tahun. Ares melangkah hati-hati, memastikan tidak ada perangkap yang menunggu. Setiap langkahnya diiringi suara lembut gemerisik angin, meski tidak ada jendela di sini.

Dia mendekati meja itu dan mulai memeriksa gulungan-gulungan perkamen satu per satu. Kebanyakan berisi dokumen-dokumen tua—perjanjian antara bangsa-bangsa, persetujuan perdagangan, dan kontrak militer. Namun, di antara dokumen-dokumen itu, Ares menemukan sesuatu yang menarik: sebuah buku hitam tebal dengan simbol kekaisaran di sampulnya.

Dengan hati-hati, dia membuka buku itu. Halaman-halaman pertama tampak seperti catatan biasa—tanda tangan bangsawan, daftar aliansi—namun semakin dia membacanya, semakin gelap isinya. Buku ini mencatat perjanjian gelap yang dibuat Ragnar dengan entitas-entitas gaib untuk menjaga kekuasaannya tetap kuat. Di dalamnya tertulis ritual-ritual yang dilakukan untuk memperpanjang masa hidup Kaisar dengan sihir hitam, serta upaya untuk memperbudak kekuatan kuno demi memperkuat militer kekaisaran.

Ares menggenggam buku itu erat. Ini adalah bukti yang cukup untuk menjatuhkan Ragnar, tetapi dia tahu mengambil buku ini berarti dia akan segera menjadi target buruan. Ragnar pasti telah memastikan bahwa siapa pun yang mengambil rahasia ini tidak akan lolos dengan mudah.

Namun, sebelum dia bisa menyimpan buku itu, dia mendengar suara di belakangnya. Langkah-langkah ringan namun jelas terdengar mendekatinya.

Ares segera menyarungkan pedangnya dan memutar tubuh, bersiap menghadapi siapa pun yang datang. Di hadapannya, berdiri seorang pria tinggi dengan baju zirah hitam. Wajahnya terselubung oleh helm, namun matanya yang menyala merah memberi kesan bahwa ini bukan manusia biasa.

"Siapa kau?" tanya pria itu dengan suara berat, seolah-olah berasal dari kedalaman bumi.

"Siapa aku tidak penting," jawab Ares tenang, mengangkat buku hitam itu sedikit sebagai ancaman tersirat. "Tapi aku tahu siapa Ragnar Velheim, dan aku tahu apa yang dia lakukan di sini."

Pria itu tersenyum dingin, matanya bersinar lebih terang. "Ragnar sudah lama menunggu seseorang seperti kau, Arvenius. Dan aku di sini bukan untuk membunuhmu. Aku di sini untuk memastikan kau mendapatkan pesan yang jelas."

Ares mempersempit matanya, menyiapkan pedangnya untuk kemungkinan serangan. "Pesan apa?"

Pria itu tidak menjawab secara langsung. Sebaliknya, dia melangkah lebih dekat, hingga wajah mereka hampir sejajar. "Kaisar tidak lagi memerintah Valyria. Hanya bayangannya yang tinggal di atas takhta. Jika kau benar-benar ingin menghancurkan Ragnar, kau harus memahami bahwa dia tidak bertarung sendirian."

Pria itu mengulurkan tangan dan dari telapak tangannya muncul api biru kecil yang menari di udara. "Kau akan menghadapi sesuatu yang lebih dari sekadar kekuatan manusia biasa. Kau harus siap kehilangan lebih dari sekadar nyawamu."

Sebelum Ares bisa bereaksi, pria itu menghilang, menyatu dengan bayangan di ruangan. Ruangan itu kembali sunyi, seolah-olah dia tak pernah ada di sana.

Ares berdiri diam untuk sesaat, mencerna pesan aneh itu. Bayangan di atas takhta? Apa maksudnya? Jika kaisar sudah tidak lagi berkuasa, siapa yang sebenarnya mengendalikan kekaisaran ini? Dan apa hubungan Ragnar dengan entitas gaib yang disebutkan pria itu?

Dengan hati-hati, Ares menyimpan buku hitam itu di bawah jubahnya. Dia tahu bahwa waktunya terbatas. Penjaga istana atau mungkin lebih banyak makhluk seperti tadi bisa muncul kapan saja. Dia harus keluar dari Ruangan Hitam ini sebelum jebakan sihir lain mengunci tempat ini.

Ares melangkah cepat kembali ke pintu masuk, memastikan bahwa talisman yang dia gunakan untuk masuk masih berfungsi. Setelah memastikan bahwa rune telah dinetralkan, dia menyelinap keluar dari gerbang baja besar dan kembali ke lorong-lorong yang gelap di bawah istana. Dia berhasil lolos—setidaknya untuk saat ini.

Dengan buku hitam di tangan, Ares tahu bahwa langkah selanjutnya adalah kembali ke markas pemberontak dan bertemu Liora. Bukti yang dia bawa bukan hanya cukup untuk menggulingkan Ragnar, tetapi juga membuka tabir misteri tentang kekaisaran yang selama ini disembunyikan dari rakyatnya. Ragnar tidak hanya korup; dia terlibat dalam sesuatu yang jauh lebih kelam dan mengerikan daripada yang pernah dibayangkan Ares.

Namun, peringatan dari pria berzirah hitam itu terus terngiang di benaknya. Bayangan di atas takhta. Ada sesuatu yang lebih besar dari Ragnar, dan jika Ares tidak hati-hati, dia mungkin tidak akan bisa melarikan diri dari kegelapan yang akan datang.

---

1
Delita bae
mampir 😁 bagus cerita nya😊😇🙏
Apin Zen
Penjelasannya enak dibaca😍
خيراة.: terima kasih🤩
total 1 replies
Yurika23
Jendral Ragnar jadi inget Ragnar Lothbrok di Viking...keren...
cerita othor keren nih...
Yurika23
keren Thor...bahasanya enak dibaca
Delita bae: semangat untuk karya baru nya😁💪
خيراة.: makasiih..
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!