"Perkenalkan, dia yang akan menjadi suamimu dalam misi kali ini."
"Sebentar, aku tidak setuju!"
"Dan aku, tidak menerima penolakan!"
"Bersiaplah, Miss Catty. Aku tidak menoleransi kesalahan sekecil apapun."
Catherine Abellia, bergabung dengan organisasi Intel, Black Omega Agency, untuk mencari tau tentang kasus kematian ayahnya yang janggal. Berusaha mati-matian menjadi lulusan terbaik di angkatannya agar bisa bergabung dengan pasukan inti. Mencari selangkah demi selangkah. Ia mencintai pekerjaannya dan anggota timnya yang sangat gila.
Namun, ketika dia sudah lebih dekat dengan kebenaran tentang kasus Ayahnya, Catty harus bekerjasama dengan anggota Dewan Tinggi! Oh, really? Dia harus bekerjasama dengan orang yang gila kesempurnaan yang bahkan sudah lama tidak terjun lapangan? Wait, mereka bahkan harus terlibat dalam pernikahan? Ia harus menikahi pria yang memiliki kekasih? Tuhan, ini sangat buruk!
Oke, fine! Atasannya sudah gila!
Ayo, ramaikan lapak ini dengan Vote dan komen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seraphic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Tak ada hasil
Gadis yang keluar dari mansion mewah itu berjalan dengan penuh amarah. Di pintu utama, asistennya menyambut dan mengikutinya dari belakang. Lalu, dengan cepat mendahului Nonanya untuk membuka pintu mobil dan menutupnya kembali.
Di dalam mobil, gadis itu mengerang kesal dengan kaki yang menendang jok supir. Giginya dirapatkan ketika ia memerintah pada asistennya yang duduk di sebelah sopir. "Cari tau identitas istri Abercio! Aku ingin semua informasi tentang gadis busuk itu! Jalang, berani-beraninya menyentuh milikku."
...'*'*'*'*'...
...'*'*'*'*'...
Semua orang yang mengikuti sepak terjang dunia bisnis atau para wanita yang mengikuti setiap berita tentang Abercio Rolland, kasanova playboy abad ini, pasti masih di hebohkan dengan berita pernikahannya kemarin. Situasi di media sosial masih belum mereda, setiap akun gosip yang memberitakan hal ini pasti akan ramai. Orang-orang dari berbagai kalangan membicarakannya, tak terkecuali para wanita di berbagai belahan dunia yang mengenal seorang Abercio.
Termasuk juga, teman-teman baru Catty yang didapatkannya dari kampus. Ive, Melly, Joana, Vera, bahkan Janessa juga terkejut. Baru Minggu lalu gadis pirang itu mengetahui bahwasanya Abercio adalah Sean, yang juga dewan tinggi yang mengikuti mereka dalam misi kali ini. Menyamar sebagai dosen tamu di kampus mereka. Tapi, tiba-tiba saja kemarin dunia maya diguncang dengan beritanya yang tak lagi lajang.
"Kau mengetahui tentang hal ini?" bisik Janessa lirih. Matanya melirik curiga pada sosok di sebelahnya.
Catty menggeleng, ia hanya diberi izin untuk memberitahu Janessa tentang identitas pria itu. Tidak dengan misi mereka.
"Damn! Aku penasaran siapa istrinya!" pekik Vera dengan antusias yang tak tertahankan.
"Semua orang sangat penasaran sekarang, Vera!" sahut Melly kalem. Ucapannya memang benar, tak ada yang tak ingin tahu siapa sosok istri tak bermarga seorang Abercio. Pria sekelas dirinya menikahi wanita tanpa latar belakang yang sama, publik benar-benar akan mati penasaran.
Ive tertawa sekilas lalu menatap pada Catty, menelisik gadis itu dengan begitu serius. Tentu saja, Catty gugup ditatapi begitu. Apa Ive tau sesuatu?
"Catherine," panggil Ive dengan lembut, mengalihkan atensi semua orang pada mereka berdua.
Yang dipanggil hanya menyahut dengan tenang, menyembunyikan kegugupannya.
"Jujur padaku."
Catty menaikkan alisnya. "Tentang apa?"
"Ada apa denganmu hari ini?" tanya Ive merendahkan suaranya.
Melihat raut wajah gelisah Catty, Ive segera menepuk punggung tangan gadis itu. "Kenapa kau berdandan begitu cantik hari ini?!"
Catty tertawa keras mencoba menyembunyikan kegugupannya yang berakhir dengan canggung. "Aku menginap di rumah Janessa semalam, ini bajunya!" ujarnya sambil menepuk bahu gadis di sebelahnya, memaksa gadis itu mengikuti ucapannya juga.
Janessa menatapnya sebelum ikut tertawa canggung. "Ya, orangtuaku sedang keluar kota, aku meminta Catherine untuk menemaniku." Meski membantu Catty beralasan, Janessa tetap melayangkan tatapan sengit pada gadis bermata abu-abu di sebelahnya itu.
...'*'*'*'...
...'*'*'*'...
Tak ada informasi apapun selama hampir sebulan mereka menjalankan misi ini. Catty mengernyit dan menghembuskan nafasnya kesal. Bagaimana ini bisa terjadi? Apa informan mereka salah mendapat informasi, atau orang-orang ini yang terlalu hebat dalam menyembunyikan kebusukan mereka? Ini hari ke dua puluh lima Janessa dan dia terjun ke lapangan. Namun, selain mendapatkan ilmu bisnis, mereka tidak mendapatkan hal lainnya lagi.
Pria dengan setelan kaos putih yang di balut dengan jas santai itu sedikit mendongakkan kepalanya yang awalnya fokus pada makanan di meja. Ia bisa melihat, gadis di hadapannya ini menggerutu marah sambil mengunyah makanannya penuh dendam. Seolah-olah daging yang dia iris kasar hingga membunyikan suara peraduan pisau dan piring itu telah membuatnya kesal.
"Ada apa denganmu?" tanya pria itu setelah menelan makanan dalam mulutnya.
"Tak ada," jawab gadis itu, namun, daripada dia mati kesal lebih baik bertanya tentang kemajuan kasus ini pada pria di depannya saja. "Apa ada perkembangan tentang misi ini? Yakin tidak ada kesalahan saat penerimaan informasi?"
"Apa pengintaian kalian tidak menemukan hasil?"
Catty menggeleng sebagai jawaban. "Bagaimana denganmu?" tanyanya lagi.
"Informan sudah menyelidikinya dengan pasti sebelum agen terjun dalam misi. Sudah pasti di kampus itu telah terjadi pengedaran narkoba, namun, entah kenapa mereka tidak memiliki pergerakan apapun akhir-akhir ini."
"Apa mereka mengetahui keterlibatan kita?" Catty menebaknya asal. Tapi, melihat Sean menggeleng dengan pasti tetap saja membuatnya kesal. Lalu apa? Kenapa tidak ada berita dan pergerakan dari para manusia sialan ini?!
Sean hendak menjawabnya sebelum Joe mendekatinya dari belakang lalu memberikannya ponsel dengan panggilan yang masih terhubung.
Catty tidak tau siapa dan apa yang dikatakan oleh orang yang berada dalam saluran panggilan itu, hingga bisa membuat pria di depannya yang biasanya sangat tenang tanpa memperlihatkan emosi apapun, kini beranjak pergi meninggalkan sarapannya dengan buru-buru.
Melihat ia ditinggalkan sendirian oleh pria itu, Catty terbengong, sedetik selanjutnya hanya bisa mendengus kesal. Setelah ia menyelesaikan makannya, gadis dengan setelan kaos dengan luaran jaket denim dan rok jeans senada itu mengambil tasnya. Pakaiannya belum kembali normal! Ingatkan dia, harus berbelanja pakaian sepulang kampus nanti. Ia tak tahan harus memakai ini setiap harinya, tak ada kebebasan!
Ia berdiri, lalu terpaku setelah mengingat sesuatu. Sial, biasanya ia selalu berangkat dengan pria itu dan disopiri oleh Joe. Kali ini, dua manusia itu pergi entah kemana, meninggalkan Catty sendirian.
Rambut cokelat yang terurai indah di punggungnya mengikuti gerakan kepalanya ketika ia berbalik menghadap pada pelayan tua di depannya. "Kim, apa aku boleh mengendarai mobil Sean ke kampus?" tanya Catty mencoba peruntungannya.
Kim mendongak sekilas lalu segera menjawab, "Tentu saja, Nyonya. Anda ingin mobil yang mana?"
"Yang mana saja boleh. Ah, Kim, jangan panggil aku Nyonya, itu menggelikan! Cukup Catherine!" protes Catty merasa terganggu dengan panggilan bodoh itu.
Bisa terlihat bahwa Kim merasa terkejut dan ingin protes, namun, saat melihat raut wajah gadis belia di depannya yang merengut dengan bibir yang di cebikkan, Kim mengalah, tersenyum dan mengangguk. Wanita tua dengan seragam pelayan khususnya itu menemani Catty berjalan ke garasi kediaman.
'*'*'*'*'
'*'*'*'*'
"Sejak kapan dia seperti ini?" Suara dengan nada rendah yang dingin itu mampu membekukan semua orang hingga menciut ketakutan.
"Dua hari yang lalu, Tuan." jawab salah seorang perempuan yang berdiri bersama para pelayan yang ada di ruangan itu.
"Bukankah sudah ku katakan dari awal, jangan biarkan dia menyentuh benda itu lagi!" Suara itu tidak keluar dengan teriakan, namun, orang-orang di sana bergetar dan memohon pengampunan.
"Nona memaksa kami untuk memberikannya, Tuan. Tapi, kami benar-benar tidak ada yang memberikannya, entah darimana Nona bisa mendapatkan benda itu." Pelayan yang berdiri di ujung ruangan dengan rasa takut yang teramat sangat mencoba menjelaskan.
"Heh, benarkah?" tanya pria itu lagi meremehkan dengan sinis.
Semua orang segera mengangguk cepat. Mereka benar-benar sudah menjalankan tugas mereka dengan baik. Mencoba menyembunyikan barang terlarang itu dari Nona mereka.
'*'*'*'*'
'*'*'*'*'
Gaesss~
Welcome bwackkm to my chwannel!
Template ku tiap apdet sama.
Jangan lupa Follow + Subscribe agar kalian dapat notif apdetnya! ❤️
Jangan lupa Vote + Komen supaya aku makin semangat nulisnya!❤️
Chiki Chiki Paw Paw!
Penulis Pemalas,
Sera<3
penataan bahasanya loh keren