"Jika aku harus mati, maka aku akan mati karena Allah dan kembali pada Allah, bukan menjadi budakmu."
"Hati - hati Jingga, Semakin tinggi kemampuanmu, maka semakin Allah akan menguji dirimu. Tetaplah menjadi manusia yang baik, menolong sesamamu dan yang bukan sesamamu."
"Karena semakin tinggi kemampuanmu, semakin pula kamu menjadi incaran oleh mereka yang jahat."
Dalam perjalanan nya membantu sosok - sosok yang tersesat, Rupanya kemampuan Jingga semakin meningkat. Jingga mulai berurusan dengan para calon tumbal yang di tolong nya.
Dampak nya pun tidak main - main, Nyawa Jingga kembali terancam karena banyak sosok kuat yang merasa terusik oleh keberadaan Jingga. Jingga semakin mengasah dirinya, tapi apakah dia bisa kuat dan bisa menolong mereka yang meminta bantuan nya? sementara nyawanya sendiri juga terancam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 10. Penyesalan sosok pria di rumah sakit.
Jingga dan Gani membawa Ustad Sholeh ke rumah sakit karena luka di pelipis Ustad Sholeh luka terbuka, sementara Elang, ia dan ayah nya di suruh untuk tinggal di hotel lebih dulu demi keselamatan mereka juga, dan rumah itu di biarkan kosong sementara. Jingga dan Ustad Sholeh akan melanjutkan pembersihan di rumah Elang tapi saat Ustad Sholeh sudah baik - baik saja.
"Kok bisa sampai kepalamu bocor di hantam palu, Ustad?" Tanya ayah Ilham sambil terkekeh, ya.. Jingga membawa Ustad Sholeh ke rumah sakit di mana ayah nya bekerja dan kebetulan ayah nya yang menangani Ustad Sholeh.
"Udah tua makin ilang tenaganya, nggak selincah dulu." Sahut Ustad Sholeh sambil menyengir merasakan nyeri di kepalanya.
Jingga dan Gani yang menunggu di luar kini sedang membahas kelanjutan dari apa yang akan Jingga lakukan pada siluman ular itu, sampai Jingga kembali melihat sosok laki - laki yang menangis pada hari itu. Rupanya dia masih saja berada di sana dan sepertinya masih belum memiliki kemajuan pada proses nya.
"Gani, sosok yang kita liat hari itu masih ada di sini." Ujar Jingga, Gani pun terkejut.
"Jingga, jangan buka di sini.. papa kamu kan udah ngelarang." Ujar Gani, dia takut Jingga nekat menolong pria itu.
"Enggak kok, aku juga tahu batesan." Ujar Jingga.
Jingga lalu melihat perempuan yang sepertinya pasangan dari sosok laki - laki itu, dia terlihat menuruni eskalator dan sosok laki - laki itu terus mengikutinya. Jingga tiba - tiba bangun dan berlari kecil mengikuti perempuan itu. Saat Gani hendak mengejar Jingga, Jingga melarang Gani mengikutinya.
"Kamu jaga ustad Sholeh aja, Ni. Kalo udah kelar bawa Ustad Sholeh pulang." Ujar Jingga.
"Kamu mau kemana? Jangan ngelakuin hal yang bahaya, Ngga." Ujar Gani.
"Aku janji nggak akan kenapa - kenapa." Ujar Jingga sambil tersenyum, akhirnya Gani pun mengangguk.
Jingga sampai di lobby dan sepertinya perempuan itu sedang menunggu taksi, Jingga pun memberanikan dirinya untuk menyapa perempuan yang berwajah murung itu.
"Maaf tante, boleh nanya?" Tanya Jingga, perempuan itu langsung mengubah ekspresi wajah nya dari murung menjadi ceria di depan Jingga.
"Iya, ada apa?" Tanya perempuan itu.
"Tante saya ingin mengobrol dengan tante, apakah boleh?" Jingga bingung mau memberi tahunya bagaimana.
Sementara perempuan itu hanya bisa kebingungan karena dia tak mengenal JIngga tapi Jingga sudah mengajak nya mengobrol, Tapi perempuan itu tidak menaruh rasa curiga sama sekali dan mengira Jingga mungkin sedang butuh teman mengobrol, ia pun mengangguk sambil tersenyum.
Jingga bisa melihat sosok laki - laki yang terus mengikuti perempuan itu seperti siaga dan seolah melarang perempuan itu pergi bersama Jingga, karena dia tidak mengerti apa niat Jingga. Tapi Jingga tidak membawa nya pergi dan justru memberi perempuan itu nomor telepon nya.
"Tante, kalo tante udah nggak sibuk.. tante bisa telpon saya ke nomor ini? Nama saya Jingga. Dan apa yang akan saya obrolkan dengan tante ini ada sangkut pautnya sama pria yang lagi koma di rumah sakit ini." Ujar Jingga.
Perempuan itu terkejut mendengar ucapan Jingga, bukan hanya perempuan nya saja yang terkejut tapi sosok pria yang berada di sebelah perempuan itu juga terkejut karena dia sama sekali tidak mengenal Jingga bahkan melihat Jingga pun baru kali ini. Pria itu pun semakin ketakutan dan panik berusaha melarang perempuan itu mendengarkan Jingga.
"Jangan sayang! Aku nggak kenal anak ini, jangan sayang!" Sosok pria itu khawatir dengan wanita itu.
"Kamu kenal suami saya?" Ujar nya terkejut.
'Ternyata suaminya..' Batin Jingga.
"Tidak, saya tidak kenal. Tapi ini ada sangkut pautnya dengan kondisinya sekarang. Saya anak dokter Sidiq yang menangani suami tante, dan saya mau menyampaikan suatu hal sama tante mengenai suami tante." Ujar Jingga, akhirnya dia membawa nama ayah angkat nya.
"Oh.. Iya - iya, ternyata anak dokter Sidiq.. Kalo begitu kita bicara sekarang aja, nak." Ujar perempuan itu, Jingga pun mengangguk -angguk setuju karena itu justru niat nya.
Dan seperti yang Jingga katakan, ia tak mengajak wanita itu mengobrol di area dekat rumah sakit, ia membawa wanita itu datang ke cafe yang berjarak tak jauh dari rumah sakit. Meskipun di sana juga ada beberapa sosok tapi Jingga tidak khawatir karena di cafe tak sebanya yang berada di rumah sakit. Dua minuman datang dan kini mereka berdua berhadapan dengan minuman mereka masing - masing.
Jingga akhirnya menatap kearah sosok laki - laki yang terus berada di samping wanita yang Jingga ajak ngobrol dan sosok nya sampat terkejut karena bertatapan dengan Jingga, padahal semua orang bahkan istrinya pun tidak bisa melihat dirinya yang berada di sekitar istrinya.
"Kamu bisa liat saya?" Tanya sosok laki - laki itu.
"Ya, aku bisa liat om." Sahut Jingga, sosok laki - laki itu terkejut.
"K- kamu bisa liat saya!? Tolong! Tolong katakan pada istri saya, saya minta maaf.. Tolong, nak!" Sosok laki - laki itu langsung mendekat pada Jingga.
Istri dari laki - laki itu kebingungan dan menoleh ke kanan dan ke kiri nya, yang jelas - jelas tidak ada orang lain karena kondisi cafe itu sepi.
"Aku bisa liat suami tante, jiwanya." Ujar Jingga, dan perempuan itu kembali terlihat sedih.
"Maaf, nak. Saya sedang tidak bisa bercanda untuk saat ini, bercanda dengan nyawa seseorang itu tidak lucu." Ujar istri pria itu.
"Tapi jiwa suami tante memang di sini, dia nangis meminta maaf, dia menyuruhku untuk bilang ke tante, dia minta maaf." Ujar Jingga.
Air mata wanita itu menetes begitu saja, dan dia menangis di tempat. Jingga yang melihat nya pun tertegun karena wanita itu menangis dengan sangat - sangat pedih.
'Kesalahan apa yang om buat, sampe bikin tante nangis gini?' Tanya Jingga pada sosok laki - laki itu.
"Om selingkuh. Om nyesel udah selingkuh, om nggak ada niat nyakitin hati istri om, jadi om nikah diem - diem. Tapi ternyata istri om tahu, dia menangis meninggalkan om." Sahut sosok laki - laki itu dengan tersedu - sedu.
Jingga yang tidak tahu sama sekali hal tentang percintaan pun tidak mengerti harus bagaimana, dia hanya mengikuti logika nya saja.
"Kalo om nggak mau nyakitin tante, kenapa malah nikah diem - diem??" Celetuk Jingga, dan wanita itu langsung menatap Jingga terkejut.
"Aku nggak tau tentang hal percintaan, tapi kalo om beneran sayang sama istri om, harusnya om nggak ngelakuin hal itu, kan?." Sambung Jingga.
"Om nggak mau kehilangan istri om, dia perempuan baik - baik." Sahut sosok pria itu, dan dia mencoba memeluk istrinya yang tentu saja tidak pernah bisa di peluk.
"Itu namanya om egois, om cuma memikirkan kebaikan om doang dan nggak mikirin perasaan tante." Ujar Jingga, perempuan itu terus menatap Jingga dan dia percaya bahwa saat ini ada suaminya di sekitarnya.
"Apa suami saya ada disini?" Tanya wanita itu dan Jingga mengangguk.
"Dia di sebelah tante, nangis dan berusaha meluk tante." Sahut Jingga.
Wanita itu teidak melihat apapun dan tidak merasakan apapun juga, dia percaya Ghoib itu ada dan dia percaya Jingga tidak sedang mengajak nya bercanda dengan membawa - bawa suaminya yang sedang koma saat ini. Wanita itu mengendalikan dirinya dan mengatur nafas nya sebelum kahirnya bicara.
"Kenapa harus diem - diem nikah di belakang aku, mas? Aku tahu aku nggak bisa kasih kamu keturunan tapi bukan gini caranya.." Ucap nya sambil air matanya terus berjatuhan tak terkendali.
Dari perkataan wanita itu saja Jingga bisa merasakan sakit nya, seorang perempuan baik - baik harus menerima penghianatan dari suaminya hanya karena dia tidak bisa memberinya keturunan.
"Maaf.." Sosok laki - laki itu mengucap maaf berkali - kali, tapi Jingga masih hanya diam melihat nya saja.
"Tante, kita bicara di tempat yang lebih tertutup saja." Ujar Jingga, karena akan aneh jika di lihat orang lain yang tak mengerti dengan apa yang seang mereka bahas.
"Maaf.."
"Maafin aku, sayang.." Sosok laki - laki itu menangis meraung - raung.
'Betapa kejam nya hati manusia..' Batin Jingga..
BERSAMBUNG...
Bakar aja skalian dgn rumahnya. Jangan kasih kesempatan idup, berbahaya tuh orang
pokok Ny Makasih 😍,
Msh Ada 2 Jones Belum Ada Jodoh Ny tu