NovelToon NovelToon
Jodoh Di Tapal Batas

Jodoh Di Tapal Batas

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Janda / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Trauma masa lalu / Cinta Lansia
Popularitas:4.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Safira

Dokter Heni Widyastuti, janda tanpa anak sudah bertekad menutup hati dari yang namanya cinta. Pergi ke tapal batas berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada Bumi Pertiwi. Namun takdir berkata lain.

Bertemu seorang komandan batalyon Mayor Seno Pradipta Pamungkas yang antipati pada wanita dan cinta. Luka masa lalu atas perselingkuhan mantan istri dengan komandannya sendiri, membuat hatinya beku laksana es di kutub. Ayah dari dua anak tersebut tak menyangka pertemuan keduanya dengan Dokter Heni justru membawa mereka menjadi sepasang suami istri.

Aku terluka kembali karena cinta. Aku berusaha mencintainya sederas hujan namun dia memilih berteduh untuk menghindar~Dokter Heni.

Bagiku pertemuan denganmu bukanlah sebuah kesalahan tapi anugerah. Awalnya aku tak berharap cinta dan kamu hadir dalam hidupku. Tapi sekarang, kamu adalah orang yang tidak ku harapkan pergi. Aku mohon, jangan tinggalkan aku dan anak-anak. Kami sangat membutuhkanmu~Mayor Seno.

Bagian dari Novel: Bening

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 - Tidur Bertiga

Saat keduanya menoleh dan hendak melangkah menuju pintu utama, seakan kepergok satpam. Alhasil gandengan tangan dilepaskan secara refleks. Aya berdiri di depan teras bersama Fatih yang berwajah cem0ng tak karuan. Tentu saja itu semua hasil kreativitas putri sang komandan.

"Assalammualaikum putri Papa yang cantik jelita seantero desa. Kangen ya sama Papa sampai ditungguin depan rumah segala," sapa Mayor Seno yang tersenyum sumringah seraya merentangkan kedua tangannya dan berjalan menuju tempat Aya berdiri. Namun putrinya itu masih menatapnya dengan wajah jutek.

"Wa'alaikumsalam," jawab Aya dan Fatih.

"Kok seantero desa sih, Pa. Uh..." gerutu Aya semakin memajukan bibirnya ke depan mirip anak ayam yang lagi merajuk seraya kedua tangannya bersedekap di depan dada.

"Eh salah ya, Papa." Seno seketika menggaruk kepalanya dengan telapak tangannya. Padahal rambutnya enggak gatal. Efek grogi kepergok anak jadi salting sampai salah ucap. Niat hati ingin memuji Aya yang cantik, akhirnya jadi bumerang sendiri.

"Ya, salah. Harusnya putri Papa yang paling cantik di muka bumi ini. Gitu!" desis Aya.

Seno seketika berlutut di depan Aya. Lalu ia memeluk Aya untuk meredam amarah putrinya tersebut.

"Maafin Papa ya, sayang. Aya, putri Papa paling cantik di muka bumi ini."

Seketika pelukan itu pun dilepas Aya.

"Jangan peluk-peluk Aya. Enggak mempan. Aya sudah kepalang sebel sama Papa!" sungut Aya.

"Aya marah ya karena Bunda pergi sama Papa?" tanya Seno.

"Hem," jawab Aya masih sewot seraya memalingkan muka dari Seno tapi ekor matanya masih sekilas melirik sang Papa. Sungguh menggemaskan.

"Maafin Papa sama Bunda ya, sayang. Tadi Papa ajak Bunda pergi sebentar karena mau belikan hadiah kejutan buat Aya," sahut Dokter Heni yang berusaha membujuk Aya agar tidak terus marah pada Seno.

Sontak kepala Aya menoleh ke arah Dokter Heni dengan senyum mengembang dan rasa penasaran.

"Hadiah apa, Bun?"

"Cium dulu dong pipi Papa. Bilang maaf," perintah Dokter Heni dengan lembut.

Cup...cup...cup...

Aya tipikal anak yang penurut. Terlebih ucapan itu keluar dari bibir Dokter Heni. Seketika ia lakukan dengan senang hati. Bukan hanya satu kecupan. Tapi kecupan penuh cinta secara bertubi-tubi Aya layangkan pada seluruh wajah Mayor Seno.

"Aya sayang Papa. Maafin Aya ya Pa," cicit Aya seraya memeluk Seno.

"Iya, Nak. Papa sayang banget sama Aya," balas Seno yang juga memberi kecupan hangat di kedua pipi Aya dan membalas pelukan putrinya itu.

"Ayo kita masuk dulu, biar hadiahnya diambil sama Papa."

"Iya, Bun. Aya sudah kangen berat sama Bunda," cicit Aya yang kini sudah berada di gendongan Dokter Heni.

Keduanya masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Seno dan Fatih di teras. Sebelum masuk bersama Aya, Dokter Heni mengucapkan banyak terima kasih pada Fatih karena sudah menjaga Aya.

"Tolong ambilin kado buat Aya ada di dalam mobil. Nih kuncinya. Ada juga satu kotak makanan buat kamu dari Bu Komandan. Setelah itu kamu bawa masuk kado buat Aya ke dalam," perintah Seno pada Fatih seraya menyerahkan kunci mobilnya.

"Kado buat saya mana, Ndan?"

"Memangnya kamu hari ini ulang tahun?"

"Ya, enggak sih. Tapi hari ini juga bukan ulang tahun Aya," jawab Fatih dengan raut wajah yang lucu. Seno menatapnya datar nan dingin seperti biasa.

"Kan Aya, putriku. Mau aku kasih kado hari biasa bukan ulang tahunnya, apa ada masalah?"

"Enggak sih, Ndan. Baiklah, terima kasih nasi kotaknya, Ndan." Fatih memilih mengalah karena ia tahu jika lanjut berdebat dengan Seno, pasti dirinya akan kalah.

"Hem,"

"Kalau kamu mau buka job sampingan jadi badut, buat pamflet atau brosur. Nanti aku bantu sebarin biar laris manis," ledek Seno.

Fatih hanya bisa memasang wajah sebalnya pada Seno. Namun ia tetap melakukan perintah Seno untuk mengambilkan kado Aya di mobil. Setelah itu Fatih langsung pamit pulang. Tentu saja sepanjang melewati rumah dinas milik anggota lainnya menuju unitnya, ia harus mendapat ledekan lucu karena wajahnya masih belepotan persis badut.

☘️☘️

Malam ini Aya tidur dengan pulas hingga terlupa dengan rencana hukuman untuk Seno. Sebab, hatinya tengah berbunga-bunga atas kado dari orang tuanya. Sebuah boneka Twitto warna kuning berukuran besar. Ia tidur memeluk boneka besar tersebut seakan takut kehilangan.

Selepas dari padang ilalang, Mayor Seno dan Dokter Heni mampir sejenak ke sebuah toko boneka. Mereka berdua membeli boneka berukuran cukup besar dengan tokoh kartun kesukaan Aya yakni Twitto. Ide tersebut dari Dokter Heni. Sebab, ia khawatir Aya merajuk pada Seno di rumah. Dan ternyata tebakannya benar. Setelah membeli boneka untuk Aya, mereka pergi makan malam lalu pulang ke rumah.

"Sudah tidur apa belum?" tanya Seno dengan suara lirih.

Namun tak ada sahutan dari Dokter Heni yang tidur di bagian ranjang sisi kanan. Seno berada di ranjang sisi kiri. Seno pun melirik istrinya yang sudah memejamkan mata. Saat ini jam menunjukkan pukul satu dini hari.

Seno mencoba mencolek lengan Dokter Heni beberapa kali.

"Hem," ucap Dokter Heni yang sepertinya terbangun tapi masih belum sadar secara sempurna. Matanya masih terpejam. Namun bibirnya bersuara menjawab Seno.

"Kamu ngantuk?" tanya Seno kembali.

"Hem," jawab Dokter Heni bergumam.

"Ham, hem, ham, hem terus!" gerutu Seno dengan suara tertahan cenderung lirih.

"Bobo, Mas. Besok kerja," gumam Dokter Heni. Matanya masih setia terpejam.

"Matanya merem tapi bibirnya masih bicara," gumam Seno seraya menyindir Dokter Heni.

"Jangan berisik, Mas. Ajudanku ada di tengah-tengah kita. Nanti dia kalau kebangun terus minta ngadon adik bayi bersama-sama, lebih pusing lagi loh jelasinnya."

Saat ini Mayor Seno, Dokter Heni dan Aya berada di satu ranjang yang sama yakni berada di dalam kamar utama. Aya yang meminta tidur bertiga karena ia masih kangen sama Dokter Heni.

"Fatih memang kurang kerjaan. Masa bahas adik bayi ke Aya. Minta dihukum!" desis Seno.

"Sudah, jangan salahkan Fatih terus. Kasihan dia sudah jadi bulan-bulanannya Aya. Masa dia harus kena hukuman dari Mas hanya gara-gara cerita adik bayi,"

"Tiap malam apa kita begini terus? Tidur bertiga,"

"Nanti aku coba bicara lagi sama Aya. Sekarang yang Mas perlu lakuin merem terus tidur beneran," jawab Dokter Heni.

"Enggak bisa tidur. Gulingnya gak enak," gumam Seno dengan nada merajuk.

"Memangnya guling punya Mas kenapa?" tanya Dokter Heni yang kini sudah membuka matanya seraya melihat ke arah suaminya.

"Datar, enggak empuk, terus rata begini. Enggak ada yang bisa dipegang-pegang atau dicubit," jawab Seno seraya telapak tangannya melakukan gerakan pada guling pabrik miliknya dengan raut wajah kesal.

"Dasar mesyuum!" omel Dokter Heni seraya memukul wajah Seno dengan guling miliknya setelah ia paham yang dimaksud suaminya itu.

Dokter Heni pun memutuskan untuk melanjutkan tidurnya karena ia memang sedang lelah dan mengantuk. Terlebih Aya ada di tengah-tengah mereka saat ini.

"Nasib-nasib dah jadi kayak Fatih. Tidur cuma bisa meluk guling pabrik bukan guling hidup," batin Seno.

☘️☘️

Satu minggu kemudian.

Sudah dua hari ini, Dokter Heni sedang tidak berada di rumah. Dikarenakan ada tugas untuk membantu seorang ibu yang mulai mulas-mulas bersiap untuk melahirkan di sebuah desa tapal batas yang letaknya cukup jauh dari rumah dinas Seno. Desa tersebut masuk ke hutan-hutan kecil dan cukup terpencil.

Sebenarnya sudah ada bidan desa yang dijadwalkan membantu ibu tersebut untuk melahirkan. Namun mendadak sang bidan mengalami kecelakaan. Dokter kandungan yang biasa bertugas di puskesmas tapal batas pun sedang tidak ada di tempat. Sudah beberapa hari pergi ke kota karena tengah berduka, ayahnya meninggal dunia.

Alhasil Dokter Heni yang menggantikannya. Walaupun sebetulnya ia bukan dokter kandungan. Namun kondisi ini gawat darurat. Demi menolong nyawa seorang ibu dan bayinya, maka ia rela menempuh perjalanan cukup jauh untuk mengabdi dan membantu sebisanya. Tak mungkin dirinya hanya berpangku tangan saja. Jiwanya sebagai seorang dokter tentu tergerak untuk membantu setelah mendapat izin dari suaminya.

Seno pergi mendatangi puskemas. Ia bertemu dengan Amel, suster sekaligus asisten Dokter Heni. Amel sengaja tidak dibawa Dokter Heni ke tempat ibu yang akan melahirkan tersebut. Dokter Heni menyuruh Amel tetap berada di puskesmas khawatir lebih dibutuhkan daripada harus menemaninya.

"Belum ada kabar lagi, Mel?"

"Belum, Pak. Ponsel Bu Dokter saya hubungi kemarin masih aktif. Terus balas pesan kalau pasien sudah melahirkan dengan selamat sama bayinya. Harusnya siang ini Bu Dokter sudah pulang ke sini. Tadi pagi ponselnya saya coba hubungi lagi tapi enggak aktif. Yang saya tahu di sana memang susah sinyal sih, Pak."

"Aku boleh minta alamatnya? Mau aku susulin saja ke sana. Perasaanku kok enggak enak ya, Mel."

"Boleh, Pak. Tunggu sebentar," jawab Amel seraya menuliskan alamat di sebuah kertas. Lalu ia serahkan pada Seno.

"Makasih, Mel."

"Iya, Pak. Sama-sama. Semoga Bu Dokter baik-baik saja," ucap Amel yang juga tak kalah cemasnya seperti Mayor Seno saat ini.

Dengan segera Seno menghubungi Fatih untuk menjaga Aya di rumah selama ia pergi menjemput Dokter Heni. Seno mampir sejenak di markas untuk mengambil baju ganti. Lalu ia masukkan ke dalam ransel miliknya. Tak lupa ia juga membeli beberapa kudapan dan air putih. Pist0l dengan isi p3luurru yang cukup sudah ia siapkan juga. Berjaga-jaga untuk hal yang tak terduga nantinya.

"Bismillah. Semoga kamu baik-baik saja, Sayang."

Seno pun berangkat menggunakan motor khusus menuju titik koordinat setelah mengecek melalui maps atau peta di ponselnya dari alamat yang diberikan Amel. Sebab, medan yang akan ditempuh tidaklah mudah. Untaian doa di hatinya terus ia lantunkan. Berharap kondisi istrinya baik-baik saja. Menjemputnya pulang dalam kondisi sehat dan tak kurang suatu apa pun.

Bersambung...

🍁🍁🍁

*Covernya baru dari N T. Semoga kalian makin suka dan semangat membaca kisah Pak Mayor dan Bundanya Aya.💋

1
Ririn 123
pasti bunda Aya Halim
eh salah hamil maksudnya
Maya Intan
Luar biasa
Safira💋: 💋💋💋💋💋
total 1 replies
Andaru Obix Farfum
iya kak fira pasti ngasih bawangnya bnyk bngt
Ponikem Pemalang
Luar biasa
Safira💋: 💋💋💋💋💋
total 1 replies
Ria Lita
jadi mewek lagi thor
Ria Lita
seri thor
Priskha
bodoh banget sih kmu Seno, mbok ya didengarkan dulu penjelasan dr istrimu, saling percaya adalah kunci utama org ber rumah tangga
Ryan Jacob
semangat Thor
Priskha
biyuh bnr2 racun sesuai dgn namanya
Priskha
duch kelakuan purba dan kawan2 spt itu kok ya jd aparat negara mau jd apa nanti msh sklh aja sdh main bully2an apalagi klau sdh jd aparat beneran bisa2 semua rakyat di bully sm mereka
Rasti Si Cw Imuet
Luar biasa
Safira💋: 💋💋💋💋💋
total 1 replies
Priskha
namanya aja SIANIDA....si racun mangkanya ndak punya urat malu
Priskha
eng...ing...eng....mari kita lihat saudara2 siapakah yg akan jd pemenangnya.....
Priskha
ealah pak Gani sdh tua kok kakean polah selingkuh juga mmgnya msh kuat, org jatuh aja sdh ndak bs jln
𝑸𝒖𝒊𝒏𝒂
keturunan pak mayor kpan realis kak, udh kngen nih sm pak mayor 😁
Safira💋: semoga 2025 terealisasi eksekusi na 😁🤲
total 1 replies
istiqlal👻👻
👍👍👍 T.O.P B.GT thoor
Safira💋: 💋💋💋💋💋
total 1 replies
Aisah Aisah
Luar biasa
Safira💋: nuhun Kaka💋
total 1 replies
Ary Aryanie
Bagus
Safira💋: nuhun Kaka💋
total 1 replies
istiqlal👻👻
Luar biasa
istiqlal👻👻: sama2😊😊
Safira💋: nuhun Kaka💋
total 2 replies
Ubed80 Ubed80
Kecewa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!