Rama Abimana, seorang pengusaha mudah yang di khianati oleh tunangannya sendiri. Dia dengan sengaja berselingkuh dengan sekretarisnya karena alasan yang tak masuk akal.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membalas dendam dengan menikahi seorang wanita secepatnya.
Siapakah wanita yang beruntung di nikahi oleh seorang Rama Abimana?
Seorang pengusaha muda terkaya sekaligus pewaris tunggal perusahaan besar Abimana Corporation.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
David melangkah lebar menghampiri Rama dan dengan cepat mencengkram kerah bajunya setelah berdiri dihadapanya.
"Dasar kepar*t, berani sekali kamu memutus rezeki orang lain begitu saja." David mengguncang cengkramannya.
"Cih.. ini nih tipe orang yang sama sekali gak tau diri." Rama memalingkan wajahnya dari hadapan David.
Perkataan Rama membuat David semakin naik pitam, dengan secepat kilat ia langsung melayangkan tinjunya kewajah Rama.
Rama yang kini juga turut emosi setelah mendapat pukulan dari David langsung membalasnya saat itu juga.
Kedua pria itu kini sama-sama berdarah disudut bibirnya, membuat Syarin semakin panik, ia menarik lengan Rama untuk mundur.
"Sudah Mas, malu dilihat banyak orang."
"Oh kamu sudah mendapat pengganti Vika rupanya, tapi sayang sepertinya dia tak lebih baik dari Vika." David menyeka ujung bibirnya lalu menatap Syarin dari atas sampai bawah.
"Kamu pikir Vika jadi cantik karena siapa hahh? Jadi bukan hal sulit bagiku untuk merubahnya menjadi lebih cantik dari Vika, memangnya kamu yang justru membuat Vika menjadi kembali kumal dan hidup miskin seperti sekarang." Rama berkata sambil terus menuding wajah David.
"Vika jadi seperti itu juga gara-gara kamu, kalau saja kamu tak menyulitkanku mendapat perkerjaan Vika tak mungkin mengalami kondisi seperti sekarang, aku juga ingin merawatnya dengan baik." dadanya bergemuruh karena ucapan Rama lebih menyakitkan dibanding pukulannya tadi.
"Bisanya cuma nyalahin orang, kalau gak sanggup biayain, makanya gak usah sok-sokan ngambil punya orang. Asal kamu tau ya, bukan aku yang menyebakan kamu sulit mendapatkan pekerjaan."
"Tapi, kamu sendiri yang menyebabkan itu, kamu berani berkhianat pada keluarga Abimana maka tak ada orang yang akan percaya padamu lagi, mereka juga tak mau memelihara seorang penghianat didekatnya, dengar itu baik-baik, jadi berhentilah menyalahkanku dan katakan pada Vika untuk berhenti memohon padaku karena itu tak akan merubah apapun, selamat menikmati penderitaan kalian." Rama menepuk pundak Davin dan berlalu meninggalkannya.
Perasaan David bak dihantam palu besar setelah mendengar perkataan Rama, apalagi saat mengetahui kalau Vika sempat memohon padanya.
David mengacak rambutnya merasa semakin prustasi dengan keadaanya.
Ia memungut kembali berkas lamarannya yang tadi sempat terlempar lalu melangkah meninggalkan tempat itu dengan emosi.
*****
Rama dan Syarin kini sudah berada disalah satu toko pakaian, Rama ingin Syarin mengubah penampilan dan prilakunya.
"Pilih baju yang kamu suka sepuasnya dan buang semua baju yang tadi kamu simpan dilemari." Rama menghempas tubuhnya di sofa ruang tunggu.
"Cihhh .. emang ya kalau kita punya banyak uang, kita bisa memerintah orang seenaknya." Syarin menatap sinis Rama lalu melangkah meninggalkan Rama dengan kaki yang terus ia hentakan.
Syarin berkeliling mencoba mencari baju yang sekiranya cocok untuknya namun sama sekali tak ada yang membuatnya tertarik, rata-rata baju disini terlihat kurang bahan.
"Mana bajunya?" Rama mengerutkan dahinya.
"Aku gak suka baju-baju disini, semuanya kurang bahan." Syarin menjatuhkan tubuhnya disamping Rama.
"Ya ampun nih cewek emang agak lain ya." Rama menepuk jidatnya.
"Ya sudah biar nanti aku saja yang minta seseorang menyiapkan semua baju yang harus kamu pakai, mau gak mau kamu harus memakainya, ingat kamu itu akan menjadi seorang istri Rama Abimana pemilik perusahan terbesar dikota ini." Rama bangkit dari duduknya lalu melangkah pergi.
"Kita mau kemana lagi?" Syarin ikut bangkit dan berlari kecil menyusul Rama.
"Ke salon." Rama berkata tanpa menoleh.
Mereka kini sudah tiba salah satu salon langganan Vika.
"Berikan semua perawatan yang ada disini pada wanita ini." Rama menarik lengan Syarin yang berdiri dibelakangnya.
Syarin disambut hangat oleh para pegawai disana karena Rama menjadi salah satu tamu VVIP disalon ini setelah dulu sering mengantar Vika.
Syarin dibawa masuk ke salah satu ruangan tempat dilakukannya semua treatment yang ada disini.
Syarin merasa nyaman sekaligus sakit saat menjalani serangkaian treatment, mulai dari lulur, massage, masker, laser dan masih banyak lagi.
Usai menjalani serangkaian treatment tadi, tubuh Syarin kini terasa lebih ringan, wajahnya juga terasa lebih segar.
"Pantes aja banyak cewek yang pada ketagihan kesalon, ternyata rasanya senyaman ini." Syarin menatap pantulan dirinya dicermin sambil membulak balik wajahnya kiri-kanan.
"Udah beres?" Rama kini berada dibelakang tubuh Syarin ikut menatap pantulan wajahnya dicermin.
"Bisa gak datangnya itu gak usah kaya setan, muncul dibelakang orang tiba-tiba."
"Ganteng gini dikatain setan." Rama menyapu rambutnya dengan tangan didepan cermin.
"Ganteng sih, tapi sayang songong." Syarin berbalik meninggalkan Rama disana.
"Hehh mau kemana kamu?" Rama ikut berbalik menyusul langkah Syarin.
"Pulang!" Syarin berkata tanpa menoleh.
"Ganti dulu bajunya, masa mukanya udah seger bajunya masih kumal." Rama menarik lengan Syarin untuk menghentikan langkahnya.
"Kenapa sih aku gak boleh tampil apa adanya aja." Syarin menghempas tangan Rama.
"Kalau kamu mau jadi Istri orang lain terserah kamu mau tampil seperti apa, tapi ingat."
"Kamu akan menjadi Istri seorang Rama Abimana." Syarin melanjutkan kalimat Rama dengan nada malas.
"Seogah itu kah kamu jadi Istriku?" Rama menautkan kedua alis tebalnya.
"Kalau iya emang kenapa? Aku lebih suka jadi Istri orang yang biasa saja dari pada harus jadi Istri orang kaya tapi banyak nuntut kaya kamu." Syarin membusungkan dada hingga wajahnya hanya berjarak beberapa senti saja dari wajah Rama.
"Oke kalau gitu, kita lihat sampai mana kamu bisa menolak seorang Rama Abimana." Rama merangkul pinggang Syarin membuat jarak diantarnya semakin dekat.
Manik mata mereka saling tatap satu sama lain, melihat setiap inci demi inci pahatan sempura yang membentuk wajah mereka.
Hingga keduanya saling melepas satu sama lain, tak dapat dipungkiri jika sebenarnya mereka saling tertarik satu sama lain.
"Katanya harus ganti baju, ya udah ayo, mana bajunya, akan kubuat kamu semakin ingin menjadikan ku Istrimu." Syarin kembali menatap wajah Rama sengit.
"Ayo ikut aku." Rama menarik sudut bibirnya.
Kali ini Syarin di bawa kesebuah butik, ia diminta mencoba beberapa baju yang dipilihkan Rama.
1 baju..
2 baju..
3 baju..
Bahkan sampai 10 baju belum ada yang Rama rasa cocok untuk Syarin.
Hingga matanya menangkap sebuah baju yang terpasang dimanekin.
"Ayo coba yang ini." Rama memanggil pegawai butik untuk melepas pakaian itu dari manekin.
Butuh waktu sekitar 5 menit Syarin sudah menampakan dirinya keluar dari ruang ganti.
Mata Rama membelalak sempurna saat melihat penampilan Syarin saat ini.
Dress berwarna hitam sebatas lutut yang membentuk lekuk tubuhnya kini melekat ditubuh Syarin.
Menampakan punggung mulusnya dengan garis leher yang nampak seksi karena leher bajunya terbuka sampai bahu.
Benar apa yang dikatakan Syarin, penampilannya kini membuatnya semakin ingin menikahinya.
"Biasa aja liatnya, udah aku bilang gak usah sampe rubah penampilan segala. Jatuh cinta kan kamu? Ingat ya! Kita hanya menikah selama 2 tahun saja."
Perkataan Syarin berhasil mengembalikan akal sehat Rama, ia mengusap wajahnya beberapa kali lalu menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pemikirannya tadi.
"Siapa bilang aku jatuh cinta? Aku udah banyak melihat wanita yang jauh lebih cantik dari kamu."
"Terus kenapa liatnya sampe gak berkedip gitu?"
"Aku cuma bangga aja sama hasil karyaku, aku kembali berhasil merubah perempuan." Rama berkata dengan jumawa.
"Hasil karya!!! Emangnya kamu pikir aku patung yang dipahat terus nanti hasilnya kamu pajang?" Syarin berkata dengan nada kesal.
"Bisa dibilang begitu." Rama tertawa saat Syarin berkata yang seolah itu adalah cerminan dari kelakuannya.
Rama meraih salah satu wedges yang menurutnya cocok untuk melengkapi penampilan Syarin.
"Pakai ini." Rama menyodorkan wedges tadi pada Syarin.
"Aku gak bisa pakai sandal hak tinggi kaya gini." Syarin mendorong wedges itu dari hadapnya.
"Udah pakai aja, sekalian itung-itung belajar, kalau takut jatuh kamu bisa pegang tangan aku." Rama kembali menyodorkan wedges itu.
"Halah ... bilang aja modus." Syarin berguman pelan tapi masih sedikit bisa didengar oleh Rama.
"Kamu bilang apa tadi?" Rama mengerutkan alisnya seraya membungkukan badan.
**************
**************