Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18
"Hey berhenti...!" Arsy dan Arsa pun berhenti saat mendengar suara meneriaki mereka berdua. Keduanya pun menoleh kearah suara itu.
"Papa?" gumam keduanya serentak. Keduanya langsung menghampiri Ars yang sudah berdiri ditempatnya entah sejak kapan.
"Papa sudah pulang?" tanya Aleta yang juga baru menyadari suaminya yang ternyata sudah pulang kerja.
Arsa dan Arsy pun kembali ketempat duduk masing-masing. Dan kembali bergabung dengan Oma dan Opa buyutnya.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Ars pada kedua anaknya.
"Mereka cuma bermain Pa, lagipula mereka sudah terbiasa seperti itu," jawab Aleta. Sementara Arsa dan Arsy hanya tertunduk.
Ars tidak lagi bertanya, kemudian Aleta mengajak suaminya untuk kekamar. Karena suaminya baru pulang kerja.
Diva dan Darmendra tidak mau ikut campur jika Ars atau Aleta menegur Arsa dan Arsy. Biarlah mereka mendidik anak-anaknya dengan cara mereka sendiri.
Asal jangan menggunakan kekerasan, karena itu bisa merusak mental anak. Diva mendidik anak-anaknya dengan kelembutan, namun tegas.
Mengajarkan norma-norma sosial dan kebaikan untuk berbagi terhadap sesama. Dan banyak lagi kebaikan yang diajarkan, sehingga anak-anaknya hidup mandiri.
Dan kini ajaran itu diturunkan kepada cucu dan cicitnya. Walaupun mereka kejam jika di usik, tapi mereka sebenarnya baik.
"Kalian istirahatlah," ucap Diva pada Arsa dan Arsy. Keduanya pun mengangguk, lalu mencium tangan Oma dan Opa buyutnya itu.
Diva dan Darmendra tersenyum saat melihat mereka pergi dari situ. Kini hanya mereka berdua saja di taman belakang.
Sementara Arsa dan Arsy masuk kedalam kamar mereka masing-masing. Keduanya ingin mandi karena merasa gerah setelah main kejar-kejaran.
Namun saat Arsy ingin masuk kedalam kamar mandi, ponselnya berdering pertanda panggilan masuk.
Arsy mengambil ponselnya lalu menjawab panggilan tersebut tanpa melihat nama pemanggil. Karena Arsy sudah menduga jika itu adalah dari Naura.
"Assalamualaikum, Nau, ada apa?" tanya Arsy langsung ke intinya.
"Tadi kamu pulang diikuti cowok itu?" tanya Naura.
"Kamu melihatnya?"
"Ya, sekilas. Saat kalian keluar dari parkiran."
"Ya benar. Aku tahu dia punya maksud lain, tapi sepertinya bukan maksud jahat deh."
"Dari penampilannya, sepertinya dia cowok baik-baik. Maksudku tidak suka main perempuan."
Arsy hanya tersenyum, sepertinya Naura belum mengetahui identitas Zio yang sesungguhnya.
"Ya aku harap dia tidak seperti David," sahut Arsy. Arsy tidak ingin membongkar identitas Zio. Karena bisa saja itu melanggar privasi.
Zio berpenampilan seperti itu, Arsy anggap untuk menyembunyikan identitasnya didepan publik.
Merasa pada dirinya sendiri yang berpenampilan sederhana dan mengendarai motor biasa setiap pergi ke kampus atau pun restoran.
Setelah merasa cukup, Arsy pun menyudahi obrolannya. Karena percakapan mereka hanya membahas tentang Zio saja.
Arsy kemudian menyimpan ponselnya di tempat tidur. Lalu berjalan ke kamar mandi. Belum sempat ia masuk, pintu kamarnya pun diketuk.
"Siapa lagi sih?" dengus Arsy mulai kesal. Dua kali ingin masuk kedalam kamar mandi selalu gagal.
"Ada apa? Jangan ganggu jika tidak penting," tanyanya setelah membuka pintu.
"Jutek amat, lagi pms ya?"
Arsy hanya mendengus saja tanpa menjawab. Lalu ia masuk kedalam kamar mandi dan menutup pintunya.
Arsa bodo amat, dia pun duduk di sofa dan berbaring sambil bermain ponsel. Setelah beberapa saat Arsy pun keluar hanya menggunakan bathrobe.
Ia mengambil hairdryer untuk mengeringkan rambutnya. Baru setelah itu ia berganti pakaian lengkap.
"Dek, bagaimana dengan tuan mafia itu? Sepertinya dia ngintilin kamu terus," tanya Arsa tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
Arsy juga tidak tahu mau jawab apa? Entahlah, kali ini dia terlalu risih meski diikuti. Berbeda saat David mengikutinya.
"Jangan tanya hal-hal yang tidak penting. Kakak sekarang sudah seperti Naura, suka kepo dengan urusan orang," jawab Arsy akhirnya.
"Cuma sekedar bertanya, jangan bilang kamu suka dengan Zio itu?"
"Bahas yang lain saja kenapa sih? Eneg tahu gak mendengarnya?"
Kemudian Arsy pun keluar dari kamarnya. Dia malas membahas masalah itu. Dalam hati Arsy ngedumel sendiri.
"Tadi Nau-Nau, sekarang Sa-Sa," batinnya sambil menuruni anak tangga.
"Kenapa mukanya ditekuk begitu?" tanya Diva saat Arsy sudah duduk disamping Oma buyutnya di ruang tamu.
"Tidak ada apa-apa Oma, cuma kesal sama si Sa-Sa," jawab Arsy lalu merangkul Diva. Diva tersenyum sambil mengelus rambut Arsy.
Tidak berapa lama pelayan datang memberitahukan jika makan malam sudah siap. Karena memang sudah jadwalnya makan malam, mereka pun berkumpul di meja makan.
Diva tidak pernah lagi mencampuri urusan memasak, semua sudah di serahkan kepada pelayan mansion ini. Dan juga Aleta tidak mengizinkan Oma nya terlalu capek. Takutnya akan mempengaruhi kesehatannya.
"Arsa tidak ikut makan?" tanya Ars yang tidak melihat putranya di meja makan.
"Ikut dong Pa," jawab Arsa yang tiba-tiba muncul dan langsung duduk di kursi meja makan.
"Sebentar lagi Papa mau pensiun dan kamulah yang Papa harapkan untuk menggantikan Papa nantinya," ucap Ars pada putranya.
Arsa hanya mengangguk, ia sudah tahu itu. Dia adalah putra satu-satunya. Siapa lagi jika bukan dia. Sementara Arsy sudah diwariskan restoran untuk di kelola. Dan nanti, rumah sakit juga dia yang kelola.
Tanggung jawabnya lebih besar daripada Arsa karena mengelola dua tempat sekaligus. Sementara restoran cabang, ia percayakan pada orang lain.
"Sudah, makan dulu, nanti baru bahas masalah itu," tegur Diva.
Mereka semua diam dan mulai makan. Seperti biasa, hanya dentingan sendok dan garpu beradu dengan piring yang terdengar.
Setelah selesai makan, mereka kembali ke ruang tamu untuk mengobrol sebentar. Baru setelah itu mereka akan kembali ke kamarnya masing-masing.
Keesokan harinya ...
Arsy sudah bersiap-siap untuk pergi kuliah. Setelah selesai sarapan, iapun pamit kepada orang tuanya.
"Dek tunggu!" Arsa berlari kecil mengejar Arsy yang hendak keluar dari mansion.
"Tumben mau bareng?" tanya Arsy curiga.
"Pengen aja, gak boleh?" jawab Arsa.
Mereka berangkat menggunakan kendaraan berbeda. Setelah keluar dari pintu gerbang, keduanya pun melajukan kendaraannya masing-masing.
Mereka sengaja berangkat lebih pagi, agar terhindar dari kemacetan parah. Kebetulan Arsy memang ada kelas pagi hari ini.
Sebelum jam delapan harus sudah ada di kampus. Saat tiba di parkiran, ternyata ada yang lebih pagi dari mereka.
Ya, Zio sudah menunggu Arsy di parkiran dengan gaya culun nya. Tidak ada yang perduli dengan Zio karena penampilannya.
Karena itulah yang diinginkan oleh Zio, agar tidak menjadi pusat perhatian orang-orang, terutama para mahasiswi di kampus ini.
"Hai," sapa Zio. Kemudian menghampiri Arsy yang baru turun dari motor.
"Ternyata ada yang lebih pagi lagi," gumam Arsy, namun masih didengar oleh Zio.
Zio hanya tersenyum, karena dia memang sengaja menunggu Arsy.
lagi thor
paham...
jd jangan terlalu sombong