NovelToon NovelToon
Petals Of Greedy

Petals Of Greedy

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Reinkarnasi / Epik Petualangan / Perperangan / Masalah Pertumbuhan
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Fadly Abdul f

Ini merupakan cerita kelanjutan, pelengkap ending untuk cerita Pelahap Tangisan dan baca cerita pertamanya sebelum cerita ini.

Di sebuah kota terdapat seorang gadis, dia dikaruniai keluarga beserta kekasih dan hidup selayaknya gadis remaja. Hidupnya berubah drastis dikarenakan kekasihnya meninggal sewaktu tengah bekerja, disebabkan itu Widia sangatlah terpukul akan apa yang terjadi dan tidak sanggup menerimanya. Dalam keadaan kehilangan arah, tiba-tiba saja boneka yang diberikan kekasihnya hidup dan memberitahu jikalau jiwa kekasihnya masih bisa tinggal di dunia.

Dengan harapan itu, Widia memulai perjalanan untuk mewujudkan apa yang diinginkannya. Akankah Widia mampu mengembalikan nyawa kekasihnya? Yuk! Ikuti petualangan Widia untuk merebut kembali sang pujaan hatinya. Tetap ikuti dan dukung cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fadly Abdul f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10

Bab 10 Bunga Keserakahan

Maira menyarungkan kembali pedangnya, dia mengamati keseluruhan boneka ciptaan Widia dari darah yang dibawakan olehnya kemarin. Sekarang seluruh kawasan hutan menjadi wilayah musuh. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi, andaikan mereka menginjakkan kaki dalam waktu yang lama, Maira merasa pihaknya kini akan kalah.

"Perintah tetaplah perintah," batinnya.

Dia teringat kalau tuan lamanya tidak menyentuh Wiraka sampai sekarang, sebab kekuatannya cukup tidak lazim, dengan sekali perintah dalam wilayahnya dia mampu menciptakan ratusan keluarga naga dan dia memiliki Destyn dengan wujud naga meraksasa sebesar gunung.

Terakhir kali ketika bertemu, tuannya hanya memberikan luka kepada Destyn itu, memotong kedua kaki belakang dan membuat naga kesulitan bergerak. Sepintar apapun tuannya memiliki strategi, mereka dipaksa mundur sewaktu ratusan Wyfern serta Hydra raksasa berkeliaran dalam hutan dengan ukuran yang sangatlah merepotkan.

Maira menginjakkan kaki dan melewati perbatasan. Saat itu tanpa menunggu, Drake dan satu Hydra raksasa meraung keras sebagai suatu peringatan semasih belum mereka menerjang Maira. Maira pun membalas raungan dan mereka mulai bentrokan diantara kedua belah pihak.

***

Sebelum dewa dimusnahkan. Ketika para penyihir mulai bentrokan satu sama lain, waktu akan berhenti dan mereka takkan diketahui dunia bahkan takkan memberi dampak kerusakan pada bumi. Wiraka sedang terduduk menatap seseorang yang dikaguminya, Adiira yang menggunakan kekuatannya untuk menjadikan negara ini menjadi lebih baik, sehingga menjadikan contoh. Tapi....

"Ya Lisa, aku pula...ng...."

Wiraka yang baru pulang dari pekerjaannya membelalak sambil menjatuhkan tas kantornya, Adiira yang di depan wajahnya membisu, menggenggam sebilah pisau. Mereka berdua saling menatap dalam durasi yang lama, sebelum Wiraka meninju lantai memanggil Destyn-nya.

Adiira menyipitkan mata dan berkata, "pelayanmu mulai bisa mengecil, ya? Baguslah... Wiraka."

"Diam kau, bajingan!" Teriak lelaki, menjatuhkan air mata.

Naga berlari maju serupa komodo yang ingin memangsa Adiira. Tiba-tiba saja lantai bergetar, bukan karena langkah Destyn naga itu, melainkan Adiira menggunakan kekuatannya dan menumbuhkan ratusan duri-duri tajam. Sehingga naga seukuran mobil itu tertancap duri merah.

Wiraka melompat dan menghindari semua jebakan yang ada, dia memburu napas, merasakan dadanya sesak selepas pertemuan dengan Adiira. Dan tak lama Wiraka mendapati cairan merah keluar dari sela-sela ubin lantai rumahnya, menguap kemudian tampak mulai jadi racun.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Wiraka, emosinya sangat mendidih ketika tahu idolanya mencelakai kekasihnya.

Adiira mengerjap sebentar, sebelum ia mengambil sikap seraya menjawab, "untuk mendapatkan kekuatan dari kekasihnya, aku ingin kekuatan buat menciptakan benda."

Orang ini mampu mengambil kekuatan dari penyihir lain sebab itulah dia dijuluki keserakahan, menggunakan kekuatannya, Adiira mengambil darah penyihir lain serta membunuh mereka agar tidak ada lagi kekuatan serupa. Itulah yang diketahui oleh Wiraka, tapi Adiira membunuh penyihir dengan perilaku tidak baik, inilah pikirnya Wiraka.

Wiraka mengetahui jikalau kekasihnya seorang keturunan penyihir juga, karena itu dia lalai dalam memberikan penjagaan. Mengesampingkan itu Wiraka tidak mengerti dengan maksud mendapatkan kekuatan dari kekasihnya, padahal Wiraka tidak mempunyai kekuatan penciptaan.

Bermaksud bicara ingin mendapat penjelasan lebih detail tiba-tiba saja darah yang keluar dari lantai lebih deras, muncul ke permukaan memenuhi ruangan ini. Wiraka membisu tak mendengarkan suara apa-apa, senyap serta sunyi, selingkungan ia berpijak seperti ditelan ketiadaan.

Ditengah sunyi darah mengalir diam-diam menyirat tanpa suara, mengisi kehampaan. Wiraka segera panik karena indra pendengarannya serasa hilang.

"Kasihan...."

Adiira mengambil kuda-kuda menyerang, ia berlari tanpa bunyi langkah, usai Wiraka berada dalam jangkauannya. Dia mengayunkan tangan, melakukan tebasan tunggal dengan kekuatan penuh dan kilatan yang melangkahi suara. Dengan menjadi penyihir, Wiraka mampu bereaksi lebih cepat daripada manusia-manusia pada umumnya.

Namun, sebelum sempat mata dapat bereaksi terhadap serangan pedang, Adiira sudah menempelkan bilah senjatanya di leher Wiraka. Serangan barusan sangatlah cepat. Wiraka sebatas menatap Adiira dalam kengerian, memburu napas terintimidasi oleh penyihir keserakahan.

"Diriku takkan sekejam itu untuk membunuhmu sebelum kau menyadari tentang kekasihmu," ungkap Adiira bersamaan dengan pedangnya mencair, menjadi bentuk aslinya yaitu darah dan jatuh menggenangi lantai rumah.

Suasana hening pecah seketika setelah beberapa benda di rumah terbelah, tebasan itu tidak fokus pada satu objek, selama berada dalam jangkauan pedang. Segala benda akan tertebas, dengan potongan yang cukup tapi dan terjatuh setelah tergeser beberapa detik setelahnya.

Adiira menyentuh pundak Wiraka, sebelum berkata, "kau harusnya tahu lebih awal. Takkan ada hal baik yang menimpa anomali seperti kita, ingatlah baik-baik, kawan."

"... Lisa?"

Wiraka tertunduk dan bersimpuh dengan lemas, setelah mendengar ucapan Adiira, dia kembali menoleh kekasih gadisnya dengan laki-laki dari kekasihnya. Bersimbah darah satu sama lain.

Seusai kejadian itu Wiraka merasa terabaikan, perasaan itu tumbuh berkelanjutan menjadi rasa iri dan lama-kelamaan berevolusi jadi kecemburuan ekstrem. Terlahirlah penyihir kecemburuan, lalu entah bagaimana ia menarget keserakahan atas rasa sakit yang dirasakan.

Hitungan bulan usai kejadian itu Wiraka bertemu kembali dengan penyihir keserakahan. Karena naga Wiraka kembali berwujud bentuk sejatinya, mau tidak mau Maira dan tuannya, Adiira mendatanginya supaya berita-berita penampakan naga seukuran gunung itu berhenti beredar.

"Maira, bunuh mahkluk di lingkungan kita, bawakan darah sebanyak mungkin..." titah Adiira, tanpa menatap.

Maira membisu sebelum menjawab, "apakah tuan yakin? Disekitaran kita hanya ada hewan-hewan kecil dan... pemukiman warga."

"Tak masalah. Lakukan saja," titah Adiira.

Maira segera pergi membunuh semua mahkluk yang ada disekitarnya, tanpa pandang bulu. Selagi Adiira menatap naga itu mulai bangkit. Untuk ukurannya sebesar itu, gerakkannya cukup lambat, namun itu cuma dari perspektif Adiira yang melihat naga dari sudut pandang selaku manusia. Destyn ini benar-benar sebesar gunung.

Dengan helaan napas, Adiira mengambil pisau kecil saku menggores pergelangan tangan dan membentuk darahnya sendiri berwujud sebilah pedang. Perkumpulan Drake dan Wyfern mendatangi dirinya, berbondong-bondong seperti kelaparan melihat mangsa untuk pertamakali selama beberapa tahun ini tak makan.

"Berisik sekali, kalian!" Ujar Adiira, mengeluh dan memulai membunuh satu persatu dari mereka. Melumuri setiap sisi pedangnya dengan darah musuh.

Jumlah tak masalah. Berkali-kali dia digigit atau tubuhnya terluka parah, regenerasi senantiasa menyertainya, dengan begitu para penyihir enggan berurusan melawan manusia abadi itu. Entah mengayunkan kaki di kubangan darah, bermandikan darah musuh, atau hal mengetikan lainnya dia 'kan bangun kembali sambil menyeringai tipis.

Ketika dia terluka, darah kan mengucur, begitu pula darah musuhnya yang membuatnya semakin kuat. Karena itu Adiira merupakan musuh alami Wiraka, yang merupakan seorang penyihir dengan memanggil bawahan keturunan naga. Tentu dalam jumlah luar biasa serasa tanpa batas.

"Kalian tak habis-habisnya?"

Adiira menarik aliran darah di pijakan kaki, darah-darah di Drake menjadi padat dan berubah bentuk seperti rantai bergerigi. Mengikuti arah ujung pedangnya. Rantai darah bergerak dalam aliran berputar, Adiira berputar seraya menebas menciptakan serangan lingkaran yang mampu menggores dan memotong musuh dari berbagai sudut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!