Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Maxime Keano, bahwa dia akan menikahi seorang gadis yang masih SMA.
"Barang siapa yang bisa menemukan kalungku. Jika orang itu adalah laki-laki, maka aku akan memberikan apapun yang dia inginkan. Tapi jika orang itu adalah perempuan, maka aku akan menikahkan dia dengan cucuku." Ucap sang nenek.
Tak lama kemudian, datang seorang gadis remaja berusia 18 yang yang bernama Rachel. Dia adalah seorang siswi SMA yang magang sebagai OB di perusahaan Keano Group, Rachel berhasil menemukan kalung sang nenek tanpa mengetahui sayembara tersebut.
"Ingat, pernikahan kita hanya sementara. Setelah nenekku benar-benar sehat, kita akan berpisah. Seumur hidup aku tidak pernah bermimpi menikah dengan seorang bocah sepertimu." Maxime Keano.
"Kamu pikir aku ingin menikah dengan pria arogan dan menyebalkan sepertimu? Menikah denganmu seperti musibah untukku." Rachel Calista.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Pagi telah tiba, cahaya matahari telah mengintip seorang gadis cantik yang baru saja terbangun dari tidurnya. Rachel menggeliatkan kedua tangannya dengan wajah berseri-seri. Mungkin karena semalam dia bermimpi indah.
"Akhirnya aku tidak memimpikan si kuyang lagi!" Seru Rachel.
Rachel pun segera mandi. Dia tidak sempat sarapan pagi, karena takut terlambat datang ke sekolah.
Pagi ini Rachel terlihat terburu-buru sekali, dia berlari secepat mungkin menuju sekolah. Jangan sampai dia datang terlambat. Sangat memalukan jika seorang ketua OSIS harus terlambat datang ke sekolah.
Rachel memang termasuk seorang murid berprestasi. Karena itulah dia mendapatkan beasiswa di sekolah swasta tersebut karena dia berhasil menjuarai lomba cerdas cermat yang diselenggarakan oleh SMA Pelita ketika Rachel masih duduk di kelas 3 SMP.
SMA Pelita termasuk sekolah bonafit, hanya orang-orang yang berada bisa sekolah disana. Tapi walaupun begitu, Rachel sama sekali tidak merasa minder. Dan dia bukanlah orang yang gampang ditindas, meskipun banyak murid perempuan yang iri kepadanya. Mungkin karena banyak murid laki-laki yang naksir kepada gadis yang memiliki paras yang sangat cantik itu.
Rachel berlari secepat mungkin, agar cepat sampai ke sekolah. Dia sama sekali tidak peduli dengan rasa lelah yang dia rasakan.
Ckiiittt...
Namun, Rachel dikejutkan dengan sebuah mobil yang tiba-tiba saja berhenti tak jauh darinya sambil menyalakan klakson.
Rachel pun segera menoleh ke arah mobil tersebut, dia mengerutkan keningnya ketika melihat di dalam mobil tersebut ada seorang pria yang sedang tersenyum kepadanya.
Pria itu bernama Alvin. Alvin adalah guru matematika sekaligus pembina OSIS di sekolah. Mungkin karena Rachel adalah ketua OSIS, sehingga Rachel sangat dekat dengan Alvin.
"Pak Alvin?"
"Ayo masuk!" Alvin menyuruh Rachel untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Tapi pak..."
Alvin memotong perkataan Rachel, "Kalau kamu berjalan kaki, aku jamin kamu akan telat datang ke sekolah. Yang ada nanti kamu akan dihukum. Masa ada ketua OSIS di hukum?"
Rachel pun tersenyum memandangi gurunya itu. Mungkin pria seperti Alvin inilah tipe pria yang Rachel idamkan. Tampan, baik hati, dan murah tersenyum. Perempuan mana yang tidak menyukainya?
Tapi Rachel sadar diri hubungan dia dengan Alvin hanya sebatas guru dan murid. Lagian dia tidak pernah terpikirkan untuk berhubungan dengan seorang pria dewasa.
"Gak apa-apa nih, Pak?" Tanya Rachel kepada Alvin.
Alvin menganggukkan kepalanya. "Iya, gak apa-apa. Masuk aja!"
Rachel pun masuk ke dalam mobil Alvin. Kemudian Alvin segera menjalankan mobilnya. Disepanjang perjalanan tidak ada pembicaraan penting diantara mereka, mereka hanya membahas seputar kegiatan OSIS.
"Aku berhenti disini aja, Pak. Gak enak kalau ada yang melihat aku keluar dari mobil bapak." Pinta Rachel. Dia meminta Alvin untuk menurunkannya di depan toko yang tak jauh dari sekolah.
Alvin paham dengan apa yang dimaksud oleh Rachel. Dia pun tidak ingin memiliki kesan negatif di sekolah. "Oh ya udah."
Kemudian Alvin menghentikan mobilnya di depan toko. Kebetulan suasana di depan toko tersebut terlihat cukup sepi, sehingga tidak ada yang melihat Rachel keluar dari mobil Alvin.
"Emm... Terimakasih atas tumpangannya, Pak. Maaf jadi merepotkan." Ucap Rachel kepada Alvin. Ini bukan untuk pertama kalinya Alvin memberikan tumpangan kepada Rachel.
"Sama sekali tidak merepotkan. Sebagai seorang guru memang memiliki kewajiban untuk menolong muridnya, bukan?"
Rachel pun tersenyum tipis. Apa yang dikatakan oleh Alvin memang benar bahwa hubungan mereka hanya sebatas guru dan murid. Sehingga dia tidak boleh salah mengartikan dengan kebaikan Alvin. "Sekali lagi terimakasih, Pak. Kalau begitu aku keluar dulu." Pamitnya.
Alvin menganggukkan kepalanya, "Iya, Rachel."
Rachel pun segera keluar dari mobil Alvin. Lalu dia berjalan setengah berlari menuju gerbang sekolah.
Alvin memandangi Rachel dari kejauhan, kemudian dia tersenyum tipis. Padahal dia termasuk seorang guru yang sangat acuh kepada murid-muridnya. Tapi setiap kali bertemu dengan Rachel, dia selalu ingin memperhatikannya. Alvin merasa mungkin karena Rachel adalah seorang anak yang sangat menyedihkan, dia sangat yakin karena alasan itulah dia ingin memperhatikan Rachel.
Drrrrt...
Drrrrt...
Drrrrt...
Ponsel Alvin bergetar, Alvin pun segera merogoh ponsel di saku celananya. Rupanya dia telah mendapatkan pesan dari seseorang yang nomor kontaknya dia namai Elsa.
lari sejauh mungkin biar Max frustasi coz kehilangan kamu.
sy yakin sudah ada benih Max yg tertinggal di rahim kamu.
nenek mu maha benar ya maxime