Siapa sangka, cinta yang dulu hangat kini berubah menjadi api dendam yang membara. Delapan tahun lalu, Alya memutuskan Randy, meninggalkan luka mendalam di hati lelaki itu. Sejak saat itu, Randy hidup hanya untuk satu tujuan : membalas sakit hatinya.
Hidup Alya pun tak lagi indah. Nasib membawanya menjadi asisten rumah tangga, hingga takdir kejam mempertemukannya kembali dengan Randy—yang kini telah beristri. Alya bekerja di rumah sang mantan kekasih.
Di balik tembok rumah itu, dendam Randy menemukan panggungnya. Ia menghancurkan harga diri Alya, hingga membuatnya mengandung tanpa tanggung jawab.
“Andai kamu tahu alasanku memutuskanmu dulu,” bisik Alya dengan air mata. “Kamu akan menyesal telah menghinakanku seperti ini.”
Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Mampukah cinta mengalahkan dendam, atau justru rahasia kelam yang akan mengubah segalanya?
Kisah ini tentang luka, cinta, dan penebusan yang mengguncang hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
“Sumpah, Nad, dia memang merayuku, tapi untungnya aku tidak tergoda. Yang Sari lihat saat itu karena aku langsung keluar dari kamarnya setelah aku sadar sedang dijebak. Aku curiga dia menjadikan profesinya sebagai kedok untuk mendapatkan pria kaya. Aku tak mungkin tertarik padanya, dia bukan seleraku,” jelas Randy saat Nadia mencecarnya.
Randy juga berdalih bahwa anak yang Alya kandung jelas bukan lah anaknya karena ia hanya difitnah. Randy bahkan menduga bahwa Alya memang bukan perempuan baik-baik. “Bisa jadi dia hamil dengan majikannya yang terdahulu atau malah dengan sopir majikannya. Dia itu penggoda! Aku tidak terima difitnah begini, dia yang hamil dengan orang lain, tapi menuduhku yang menghamilinya.”
Meski pun begitu, Randy meminta agar sang istri tak memecat Alya dan mau menunggu paling tidak sampai bulan depan. Alasannya karena mereka sudah terlanjur membayar mahal pada yayasan untuk 3 bulan ini. Sebelum memecat Alya, mereka juga harus lebih dulu mendapatkan penggantinya. Padahal, yang sebenarnya terjadi adalah karena Randy masih ingin membalaskan dendamnya pada Alya di rumahnya.
Masih emosi, Nadia pun keluar dari kamarnya.
“Ah, apa benar Alya hamil karena malam itu? Kenapa aku jadi bingung? Bukankah kalau memang benar juga tak masalah, karena aku memang ingin merusak masa depannya. Tapi, kenapa aku jadi merasa bersalah begini?” gumam Randy tiba-tiba kebingungan.
Hanya sedikit rasa bangga yang ia rasakan, bisa membuat Alya hamil di luar nikah. Itu artinya, rencana balas dendamnya dengan merusak kehidupan Alya berhasil. Tapi selebihnya, Randy justru menyesal telah sejauh ini menyakiti Alya.
Sementara itu, Nadia yang lebih percaya pada suaminya, tak ingin lagi mendengar penjelasan Alya yang mengatakan bahwa Randy diam-diam mendatanginya di kamar untuk meminta dilayani.
Sampai menangis darah pun, ucapan Alya tak akan dipercaya. Hingga Alya lebih memilih menyimpan energinya dari pada habis untuk berbicara dan menangis. Ia pun pasrah menerima perlakuan sang majikan yang tak manusiawi ini.
Mendengar suara ribut-ribut di luar kamar, Randy pun bergegas menemui sumber suara.
Dilihatnya Alya sudah babak belur oleh istrinya sendiri dan juga Sari yang tampak membantu sang nyonya. “Cukup, Nadia!”
Randy melerai mereka, dan meminta Nadia berhenti berlaku bodoh. “Kamu bisa dipenjara karena menganiayanya! Dan kamu, Sari, jangan ikut campur!”
Seketika suasana menjadi hening karena bentakan suara Randy yang menggelegar dan hanya suara isak tangis Alya yang masih terdengar lirih.
“Pergi kalian, aku mau bicara pada dia yang sudah memfitnahku. Masalah ini tak bisa diselesaikan dengan kekerasan. Jangan kotori tanganmu,” pinta Randy pada sang istri.
Hingga Nadia dan Sari pun pergi meninggalkan mereka di ruang tengah.
Memandangi Alya penuh iba, Randy pun serba salah, rasanya seperti tega tak tega dalam melakukan balas dendam yang ia rencanakan sendiri.
Tapi tidak dengan Alya. Memandangi Randy penuh kebencian, ia mengepalkan kedua tangannya. Ia menghargai dan menghormati lelaki di hadapannya itu sebagai majikannya, tak peduli dengan kisah lalu mereka yang pernah memadu kasih. Kini, ia sudah kehilangan kesabaran untuk tetap sabar menerima segala perlakuan buruk. Dengan tegas, Alya mengucapkan kalimat yang membuat Randy tercengang.
“Kalian lebih jahat dari ibl*s. Bahkan binatang pun masih punya perasaan. Puas kamu? Andai kamu tahu alasanku memutuskanmu dulu,” bisik Alya dengan air mata. “Kamu akan menyesal telah menghinakanku.” Alya pun berlalu pergi ke kamarnya dengan jalan yang sedikit tertatih.
Randy yang masih mematung, berusaha mencerna kata-kata Alya. “Apa benar aku sudah keterlaluan?”
***
Saat semua orang tengah tertidur, Alya nekat kabur dari rumah dini hari ini. Sebelumnya, ia sengaja menyajikan teh hangat untuk satpam, yang sudah dicampur obat tidur berdosis tinggi. Ia pun juga telah mengetahui di mana satpam menyimpan kunci gembok pagar.
Hingga saat kondisi sekeliling rumah kondusif dan memungkinkan Alya untuk kabur, ia segera membawa tas-tasnya ke luar rumah menuju gerbang dan mulai membuka gemboknya.
Tuhan Maha Baik, taksi yang dipesannya pun segera datang sesaat setelah ia berhasil keluar dari gerbang.
Dengan hati yang hancur dan fisik yang lemah, ia menguatkan dirinya untuk pergi.
Sepanjang perjalanan, tak henti ia menyebut ayah dan ibunya yang sudah berpulang bertahun-tahun lalu lamanya.
Lalu, beberapa jam kemudian, saat Sari tengah terbangun karena suara hujan, ia terkejut melihat pintu rumah yang sudah tak terkunci, padahal tiap malam selalu ia cek berkali-kali. Takut terjadi apa-apa, ia berlarian ke arah pos satpam sembari menahan hujan dengan tangannya. Benaknya pun makin berisik kala mendapati satpam yang harusnya berjaga malah tertidur.
“Pak, bangun, Pak! Bisa-bisanya tidur, kalau ada maling bagaimana?” teriak Sari panik.
Setelah menyadarkan dirinya 100%, satpam bergegas memeriksa gerbang. Dilihatnya keadaan gembok pagar yang terbuka. Sari pun bergegas berlari ke dalam, disusul satpam untuk memastikan tak ada maling yang masuk. Hingga beberapa menit kemudian, suara ribut mereka pun membangunkan Randy dan Nadia.
“Ada apa sih, ramai-ramai?” tanya Randy menuruni tangga.
“Tuan, Alya kabur,” lapor Sari setelah mengecek CCTV.
Seketika Randy pun terperangah mendengarnya.
Sementara itu, hingga saat pukul 3 pagi, Alya tiba di sebuah panti asuhan milik sahabat mendiang ibunya.
Dengan wajah penuh memar dan basah kuyup, ia mengetuk pintu menunggu sang tuan rumah membukanya.
“Astaga, Alya!” Bu Puri, sang pemilik panti yang merupakan sahabat Bu Linda, terkejut melihat keadaan Alya yang berdiri di depan pintu.
Tak lama, Alya pun ambruk di pelukannya.
“Pak, Pak, tolong Ibu, Pak!” teriaknya memanggil sang suami, sembari menahan tubuh Alya agar tak jatuh.
***
Sementara itu, saat pagi harinya di kantor, Randy kembali dibuat tercengang setelah mendapat laporan dari Geni.
“Kami sempat kesulitan mencari jejak keluarga Nona Alya, Pak. Tapi, untungnya kami bisa menemukan berita ini melalui salah satu pekerja yayasan yang dulu bertugas mewawancarai Nona Alya,” ujar asistennya itu.
Randy lalu mempersilakan Geni untuk melanjutkan laporannya.
“Nona Alya sempat pindah rumah 8 tahun lalu sepeninggal ayahnya. Mereka sering berpindah-pindah kontrakan dan Nona Alya terpaksa berhenti kuliah karena tak ada biaya. Kalau dari keterangan pekerja yayasan yang dulu menerima Nona Alya sebagai ART di sana, Nona Alya kesulitan mencari pekerjaan dengan ijazah SMA. Akhirnya, ia nekat mendaftarkan diri ke yayasan untuk menjadi ART, setahun setelah ayahnya meninggal. Lalu tak lama setelah itu, diketahui ibunya meninggal,” lanjut Geni.
“Meninggal? Jadi ayah ibunya sudah meninggal? Kenapa saat kamu bernegosiasi dengan pemilik yayasan dulu tidak kamu cari tahu tentang itu semua?” tanya Randy cukup tertegun dengan berita ini.
Mengatakan bahwa pekerja yang menerima Alya saat itu sudah lama tak bekerja di yayasan, membuat mereka kesulitan mencari tahu tentang kehidupan pribadi Alya. Hingga akhirnya pemilik yayasan sendiri lah yang menyarankan anak buah Randy mencari tahu melalui mantan pekerjanya yang telah lama resign. Itu pun karena anak buah Randy terus mencari tahu tentang kehidupan Alya selama ini.
Seketika ada perasaan bersalah di hati Randy telah memperlakukan sang mantan dengan buruk. “Tidak, Randy, tidak. Kematian ayah ibunya memang karma untuk mereka karena telah menghinaku. Tapi, apa yang Alya maksud aku akan menyesal setelah tahu alasannya memutuskanku dulu?”
...****************...
alurnya teratur baca jdi rileks banyak novel yang lain tulisan nya di ulang ulang terlalu banyak kosakata aku senang cerita kamu terus deh berkarya walaupun belum juara
Semangat kutunggu Karya selanjutnya Thoor, semoga sehat selalu