Meski sudah menikah, Liam Arkand Damien menolak untuk melihat wajah istrinya karena takut jatuh cinta. Pernikahan mereka tidak lebih dari sekedar formalitas di hadapan Publik.
Trauma dari masa lalu nya lah yang membuatnya sangat dingin terhadap wanita bahkan pada istrinya sendiri. Alina Zafirah Al-Mu'tasim, wanita bercadar yang shalihah, menjadi korban dari sikap arogan suaminya yang tak pernah ia pahami.
Ikuti kisah mereka dalam membangun rasa dan cinta di balik cadar Alina🥀
💠Follow fb-ig @pearlysea
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pearlysea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Pengawas Rahasia•
Dua bulan berlalu, hubungan Liam dan Alina tampak mulai beranjak ke arah yang lebih baik, meskipun sikap Liam yang arogan dan angkuh masih sering terlihat.
Meski begitu, kini ia lebih sering memilih untuk mengalah dan tidak memperpanjang perdebatan dengan Alina, yang tampaknya membuat suasana rumah menjadi lebih hangat.
Di lain sisi, Liam memiliki kebiasaan baru yang tak diketahui Alina. Secara diam-diam, ia sering memperhatikan gerak-gerik istrinya melalui CCTV yang ia pasang secara tersembunyi di seluruh sudut rumah, memantau segala aktivitas Alina lewat layar komputer di meja kerjanya.
Entah sejak kapan, Liam mulai merasa ada kehangatan saat melihat Alina beraktivitas, seperti saat ia sedang menata bunga di taman, memasak di dapur, atau bahkan sekadar duduk dan membaca buku di ruang tamu, di sana ia juga bisa leluasa melihat wajah istrinya yang tak bercadar.
Alina hanya akan membuka cadarnya ketika ia sendirian atau ketika bersama sesama perempuan dan mahramnya, kecuali suaminya.
Ya, Alina masih tetap teguh mempertahankan cadarnya di depan Liam, sesuai keinginan pria itu di malam pertama mereka, bahwa Liam tidak akan pernah mau melihat wajah Alina apalagi sampai tertarik kepadanya.
Namun, kini Liam justru terjebak dalam kontradiksi. Bagaimana mungkin perempuan ini, yang dulunya ia pandang sebelah mata, sekarang menjadi seseorang yang ia nantikan untuk ia lihat, meski hanya dari layar?
Seperti saat ini, seusai sarapan Liam duduk di ruang kerjanya, matanya terpaku pada layar monitor yang menampilkan Alina di taman belakang. Pagi itu, ia sedang bercuti, tetapi kebiasaannya untuk memantau aktivitas Alina tak pernah absen.
Di layar, Alina tampak sedang menata bunga-bunga mawar yang baru ia tanam beberapa hari lalu. Ia mengenakan gamis sederhana berwarna pastel, dengan cadar yang melambai ringan tertiup angin. Tangannya yang mungil terlihat cekatan, memindahkan pot satu per satu sambil sesekali mengusap keringat di dahinya.
Alina mendadak berhenti, duduk di bangku kayu yang berada di sudut taman. Ia melepas cadarnya dengan hati-hati, membiarkan wajahnya tersapu lembut oleh angin pagi. Liam membeku di tempatnya.
Wajah itu, wajah yang selama ini ia tolak untuk ia lihat secara langsung, kini terpampang jelas di hadapannya.
Tidak ada riasan berlebih, hanya kecantikan alami yang seolah memancarkan ketulusan. Ia memperhatikan setiap detail, dari lekukan lembut pipinya hingga mata cokelat yang tampak sendu, seolah menyimpan banyak cerita yang belum terungkap.
Alina menunduk, kedua tangannya menangkup di pangkuan, seperti sedang merenung. Bibirnya bergerak perlahan, tetapi tidak ada suara yang keluar dari layar. Liam menyadari, dia sedang berdoa.
Entah mengapa, melihat pemandangan itu membuat dadanya terasa sesak. Ia mematikan layar komputernya dengan kasar, berusaha mengusir perasaan yang mulai merongrong pertahanannya. Namun, alih-alih lega, hatinya justru semakin tidak tenang.
Liam menyandarkan tubuhnya ke kursi, tangannya terangkat, meremas rambutnya yang mulai berantakan. Helaan napas berat lolos dari bibirnya, frustrasi.
Semakin hari, ia semakin terseret dalam kontradiksi yang ia ciptakan sendiri. Ia ingin menjaga jarak, namun hatinya justru terus mendekat. Sandiwara ini, yang awalnya ia ciptakan untuk menekan perasaan, kini berubah menjadi jebakan yang menyesakkan.
Dengan tangan gemetar, Liam kembali menyalakan layar komputernya. Di monitor, Alina sudah tidak lagi duduk di bangku taman. Kini ia tampak berjalan menyusuri lorong rumah menuju kamarnya.
Mata Liam tak berkedip, mengikuti setiap langkah wanita itu, debaran jantungnya semakin cepat seiring gerak tubuh Alina yang anggun.
Tatkala Alina membuka pintu kamarnya dan menghilang di baliknya, Liam semakin tak bisa mengalihkan pandangannya. Dengan napas tertahan, ia membuka kamera tersembunyi di kamar Alina, kamera yang ia pasang kemarin secara diam-diam ketika rasa penasarannya semakin tak terbendung.
Di layar, Alina melepas cadarnya perlahan, disusul dengan hijab yang melapisi kepalanya. Rambutnya bergelombang, panjang dan hitam berkilau terurai dengan lembut.
Liam terpaku, kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya, nafasnya semakin tak beraturan, berusaha menahan gelombang panas yang mejalar di dadanya.
Alina melangkah ke kamar mandi, dan Liam hampir memutuskan untuk mematikan layar, tetapi rasa ingin tahunya menahannya.
Dan ketika Alina keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang melilit tubuhnya, rambutnya yang basah meneteskan air, mengalir pelan di kulitnya, Liam merasa seolah seluruh dunianya berhenti.
Debaran jantungnya semakin liar. Ia menelan ludah dengan susah payah. Hasrat yang ia coba tahan mulai memuncak, dan ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar itu.
Ada keinginan untuk mendekat, untuk memahami, untuk meraih apa yang selama ini ia tolak mentah-mentah. Namun, rasa bersalah dan kebingungan membelitnya, menciptakan perang batin yang tak kunjung usai.
Hasrat Liam semakin tak terkendali saat melihat tubuh Alina terekspos sempurna tanpa sehelai benangpun saat akan mengenakan pakaian.
Liam semakin mendekatkan wajahnya ke layar, sementara jantungnya berdegup cepat, lekukan tubuh istrinya sangat sempurna dan ideal.
Alina dengan tinggi tubuh 170 cm dengan kulit kuning langsat, nampak berkilau dan lembut. Liam menggigit bibirnya, napasnya memburu, ia melihat ke bawah, di balik celananya.
"Ohh, Shiiit!" Liam menggelangkan kepala mencoba meredakan hasratnya, tetapi saat matanya kembali pada layar, keinginannya justru semakin Liar.
Adegan-adegan Me**m mulai menguasai pikirannya, ia sudah tidak bisa menahan diri, ingin menyentuh, ingin membelai, ingin memiliki Alina sepenuhnya, tanpa memperdulikan masa lalu dan trauma. Baginya sudah saatnya ia mulai berbenah untuk serius menjalani rumah tangga.
Tapi ia tahu semuanya tidak akan berjalan dengan mudah, Liam bingung harus memulainya darimana? ujug ujug mendatangi kamar Alina dan langsung meminta haknya, itu tidak mungkin, yang ada Liam akan terkesan mengemis pada Alina, dan ia tidak mau terlihat merendahkan diri.
Jadi sekarang ia terpaksa lagi, mengambil botol pelumas di laci meja kerjanya, karena hanya itu sajalah yang bisa menyelamatkan kewarasannya selama ini, selama mengawasi Alina.
Liam lalu berdiri hendak menurunkan celananya sambil matanya terus ke layar monitor yang masih menampilkan tubuh indah istrinya.
Tetapi kemudian ponselnya berdering nyaring, membuatnya kesal setengah mati, apalagi saat tahu yang menelponnya adalah Evan, adiknya yang bangor.
"Fu*k!" umpatnya, lalu menggeser ikon hijau dengan kasar, rahangnya mengeras menunggu sapaan dari adiknya.
"Halo kak, kak Liam tolong aku Kak!"
"Kau lebih baik mati saja daripada menggangguku saat ini!"
"Maaf kak, tapi ini urgent! Tolong Kak, aku di kantor Polisi sekarang." Suara Evan terdengar panik dan putus asa.
"Aku tidak sengaja menabrak Nenek-Nenek!"
...🦋🦋🦋...
...Jangan Lupa, Like, koment dan subscribe untuk dukung Alina dan Liam💕...
ud la ngalh salh satu ungkapin prasaan. tpi jangn alina y, liam az yg ungkapi lbih dulu dn bobok ny jang pisah kamar. eh, tpi jangn dulu nti khilaf. blum nikh ulang soal ny😅.
ayo hukumn ap dri liam. kn jdi mikir yg gk2😂. ap gk sebaik ny pernikhn mreka ni diperjels y. krna dri awal banyk x perjnjian2 dibuat liam.
sbelum ny liam mmbuat kontrk utk prnikhan mreka. dn skarang liam sprtiny ingin mlanjut kn prnikah sesungguhny. klw bgitu liam dn alina hrus ijab kabul ulang. krna disaat liam mmbuat perjanjian2 itu, ud trmsuk talak. nmany talak mudhaf. talk yg ud ditentukn.
ayo alina, bukn kh itu yg kau harapkn. saling mmbuka hati.
sehat2 jga buat author ny. biar bsa doble up😁✌️
Ku tunggu buktinya Liam.