Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Pulang larut malam
Viona segera menyambut sang suami yang baru saja pulang dari kantor. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam, sebenarnya Viona sudah mengantuk, tapi demi sang suami dia rela menunggunya yang pulang larut malam.
"Kenapa belum tidur..?" tanya Bara begitu yang membukakan pintu bukan pembantu, melainkan istrinya sendiri.
"Aku sengaja menunggumu pulang mas..." jawab Viona sambil mengambil tas kerja dari tangan suaminya lalu menggandeng tangan Bara dan berjalan ke ruang tengah.
"Mas sudah makan...?" tanya Viona.
"Sudah..." jawab Bara cuek.
Mereka berdua pun langsung naik ke lantai dua menuju kamarnya. Sampai di dalam kamar Viola meletakkan tas kerja suaminya di meja. Sedangkan Bara langsung membuka sepatu, jas, kemeja dan celana panjangnya dan melemparkannya ke atas kursi meja rias.
Viona pun mengambil semua pakaian sang suami dan memindahkannya ke dalam keranjang khusus baju kotor.
Dengan hanya menggunakan celana pendek dan kaos dalam, Bara langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Dia memang terlihat capek sekali malam ini. Viona hanya bisa menerka saja mungkin suaminya itu capek karena lembur kerja.
Tak butuh lama Bara terlihat sudah tidur pulas. Viona bisa mendengar dengkuran halus dari nafasnya. Viona pun hanya bisa menatap wajah sang suami yang tidur dengan sangat pulas.
Vivi mengusap pipi sang suami dengan kedua jarinya lalu mengecupnya dengan lembut. Iya, malam ini sebenarnya Viona sangat menginginkan suaminya. Sudah dua minggu sang suami tidak pernah menyentuhnya sama sekali dengan alasan dia capek karena banyak pekerjaan di kantor dan harus lembur hingga larut malam. Bahkan di hari sabtu minggu yang biasanya libur pun dia harus masuk kerja.
Viona lalu merebahkan tubuhnya di samping suami. Kemudian dia melingkarkan tangannya di perut Bara. Namun tiba- tiba Bara memiringkan badannya membelakangi Viona. Seketika hati Viona pun menjadi sedih.
Tak terasa air matanya turun.
"Mas, kenapa kau begitu cuek padaku sekarang..? Kau bahkan tidak mau menyentuhku dua minggu ini. Apa kau tidak kangen denganku...? Apa pekerjaanmu lebih penting dari pada aku...?" ucap Viona dalam hati.
Lama- kelamaan Viona pun akhirnya tertidur di samping suami.
***
Keesokan harinya pagi- pagi sekali Viola sudah bangun dan menyiapkan sarapan untuk suaminya. Dia memasak nasi goreng sea food kesukaan Bara.
Setelah selesai masak , Viona lalu menyiapkan sarapannya di meja makan, dia juga dibantu oleh bi Yuni menata piring serta sendok di atas meja makan tersebut.
Bara menuruni anak tangga sudah berpakaian rapi siap untuk pergi ke kantor. Dia terus sibuk dengan ponselnya sambil berjalan menuju meja makan.
"Mas, ayo sarapan, aku masak nasi goreng kesukaanmu..." ucap Viola sambil senyuman mengembang di pipinya.
Tapi Bara sama sekali tidak melihat ke arah sang istri dia hanya mengangguk saja lalu duduk di kursi meja makan. Dia masih fokus pada ponselnya dan sesekali dia tersenyum. Entah dia sedang berbalas pesan dengan siapa Viona pun tak tahu.
Viona lalu mengambilkan nasi goreng dan memindahkannya ke dalam piring lalu memberikannya pada Bara.
"Ini mas nasi gorengnya..." ucap Viola.
"Oh iya..." jawab Bara lalu meletakkan ponselnya di meja kemudian dia menyantap nasi goreng buatan Viona.
"Enak nggak mas nasi gorengnya...?" tanya Viola mulai membuka percakapan karena sejak tadi Bara hanya diam saja tidak mau bicara dengannya.
"Enak seperti biasanya. Kamu memang pandai memasak..." sahut Bara lalu mengusap rambut Viona.
"Kok kamu nggak makan...?" tanya Bara.
"I..iya mas ini aku mau makan..." jawab Viona lalu mengambil piring dan mengambil nasi goreng lalu memakannya.
"Mas..." ucap Viona.
"Hem..'' jawab Bara.
"Akhir- akhir ini mas Bara pulang larut malam terus, memangnya pekerjaan di kantor banyak banget ya..." tanya Viona dengan hati- hati takut Bara marah.
"Iya lah banyak, kalau pekerjaanku nggak banyak untuk apa aku pulang sampai larut malam. Mending di rumah tidur...'' jawab Bara.
"Karin juga pulang malam seperti mas Bara...?" tanya Viona.
"Iya lah sayang, Karin kan sekertaris aku, dia yang selalu membantu semua pekerjaanku..." sahut Bara.
Karin adalah adik kandung Viona. Dia baru bekerja dua bulan di perusahaan keluarga Bara. Kebetulan dua bulan lalu sekertaris Bara mengundurkan diri karena dia ikut suami pindah keluar kota.
Dan kebetulan sekali Karin baru lulus kuliah jurusan sekertaris dan sedang mencari pekerjaan. Mengetahui sang adik sedang butuh pekerjaan, Viona pun merekomendasikan Karin pada Bara untuk menjadi sekertarisnya di kantor.
Bara pun meminta Karin untuk datang ke kantor membawa surat lamaran pekerjaan. Dia pun harus menjalani tes dan interview seperti pelamar kerja lainnya. Karena kepintaran dan kecakapan yang dimiliki oleh Karin, akhirnya dia pun diterima di perusahaan Bara untuk menjadi sekertarisnya mengalahkan beberapa pelamar yang lain.
"Mas, gimana pekerjaan Karin...? Dia bisa bekerja dengan baik kan di kantor..? Dia tidak mengecewakan kamu kan mas...?" tanya Viona.
"Tentu saja tidak. Dia sangat cekatan dan cerdas. Selalu bekerja dengan baik walapun dia pegawai baru. Dia selalu memuaskanku sayang..." jawab Bara sambil tersenyum pada Viona.
"Syukurlah kalau begitu mas. Aku lega mendengarnya.Karin memang anak yang cerdas mas. Dari kecil dia sudah pintar. Di sekolah dia selalu mendapat peringkat pertama, dari kelas satu SD sampai kelas tiga SMA. Dia juga sering dapat beasiswa karena kepintarannya itu mas....'' ucap Viona terlihat bangga menceritakan kelebihan sang adik pada suaminya.
"Oya...?" tanya Bara.
"Iya mas, waktu kuliah dia juga dapat beasiswa , jadi ayah dan ibu tidak terlalu berat membiayai kuliah Karin karena biayanya sudah ditanggung pemerintah. Ayah dan ibu hanya mengeluarkan uang buat jajan dan ongkos jalan saja...." sahut Viona.
"Lalu kamu sendiri bagaimana..? Apa kau juga sering dapat juara kelas dan beasiswa seperti Karin...?" tanya Bara.
"Ehm..a..aku nggak mas. Aku nggak sepintar Karin. Aku paling dapat rengking sepuluh besar saja. Makanya ayah tidak mengijinkanku kuliah karena aku tidak punya beasiswa. Ayah sama ibu nggak kuat membiayaiku kuliah kalau tidak dibantu beasiswa. Makanya aku hanya sekolah sampai SMA saja..." jawab Viona.
"Ya percaya sih kalau kamu seperti itu. Jangankan menjadi juara kelas, yang harus berfikir dengan keras dan bersaing dengan teman yang lain. Memberiku seorang anak pun kamu nggak bisa kan..? Padahal pernikahan kita sudah masuk tahun ke tiga. Tapi sampai sekarang tidak ada tanda- tanda kamu akan hamil..." ucap Bara.
Mendengar ucapan sang suami hati Viona pun sakit bagaikan di tusuk sembilu. Iya, Viona sabar belum bisa menjadi istri yang baik, belum bisa membahagiakan suami dengan memberinya anak. Tapi mau bagaimana lagi, selama ini Viona juga sudah berusaha. Dia sudah datang ke dokter kandungan untuk berkonsultasi.
Dia juga sudah melakukan berbagai pemerikaaan. Tapi kata dokter tidak ada masalah dalam dirinya. Semua baik- baik saja. Mungkin karena dia belum diberi kepercayaan untuk mendapatkan momongan.
"Maafkan aku mas..." ucap Viona sambil menunduk merasa bersalah pada Bara.
Viona tahu selama ini Bara sangat menginginkan kehadiran seorang anak di tengah - tengah keluarga kecilnya. Itu bisa terlihat ketika mereka kumpul dengan keluarga besar Bara.Dia begitu senang bertemu dengan keponakannya yang masih kecil dan menggemaskan.
"Mas, bagaimana kalau kita ke dokter kandungan, kita konsultasi bareng. Kan selama ini mas Bara nggak mau kalau diajak ke dokter..." ujar Viona.
"Aku sibuk sayang, nggak ada waktu buat pergi ke dokter kandungan. Lagian yang bisa hamil kan kamu, ya kamu tinggal mengikuti saran dokter saja harus gimana. Aku nggak perlu ikut kan..." jawab Bara.
"Iya tapi kalau mas Bara ikut ke dokter kan mas Bara bisa tahu secara jelas apa yang disampaikan oleh dokter. Kemarin dokter menyarankan untuk inseminasi mas..." ucap Viona.
"Ya sudah ikuti saja saran dokter..." sahut Bara.
"Ya makanya mas Bara ikut ke sana..." ucap Viona.
"Ya sudah kamu konsultasi dulu ke dokter, nanti kalau aju dibutuhkan dan harus datang ya nanti aku akan datang..." sahut Bara.
"Tapi kalau minggu- minggu ini aku nggak bisa. Aku terlalu sibuk, kerjaan di kantor sangat banyak, aku nggak bisa meninggalkannya..." sambung Bara.
"Iya mas, nanti kita cari waktu yang pas, pas mas Bara nggak sibuk. Tapi benar ya mas, tolong disempatkan untuk datang..." ucap Viona.
"Iya sayang..." jawab Bara sambil mengusap rambut Viona.
"Aku berangkat ya, nanti malam kamu tidur duluan saja tidak perlu menungguku. Aku pulang malam lagi..." ucap Bara.
"Iya mas..." jawab Viona.
Bara lalu mengecup kening Viona dan setelah itu dia pergi berangkat ke kantor menggunakan mobilnya.
Viona mengantar keberangkatan suaminya sampai di teras rumah. Viona kembali merasakan kesepian ketika sang suami sudah pergi meninggalkannya untuk berangkat ke kantor.
Bersambung...
Viona
Bara
🌸🌺 Jangan lupa kasih dukungannya ya kasih like, komen dan vote 🌺🌸
sukur-sukur kalau kamu hamil anak laki2 yg diinginkan mereka 😏😌
Wah kayaknya Viona hamil nih...