Apa pun itu, perihal patah hati selalu menjadi bagian kehidupan yang paling rumit untuk diselesaikan.
Tentang kehilangan yang sulit menemukan pengganti, tentang perasaan yang masih tertinggal pada tubuh seseorang yang sudah lama beranjak, tentang berusaha mengumpulkan rasa percaya yang sudah hancur berkeping-keping, tentang bertahan dari rindu-rindu yang menyerang setiap malam, serta tentang berjuang menemukan keikhlasan yang paling dalam.
Kamu akan tetap kebasahan bila kamu tak menghindar dari derasnya hujan dan mencari tempat berteduh. Kamu akan tetap kedinginan bila kamu tak berpindah dari bawah langit malam dan menghangatkan diri di dekat perapian. Demikian pun luka, kamu akan tetap merasa kesakitan bila kamu tak pernah meneteskan obat dan membalutnya perlahan.
Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu penawar, tapi raciklah penawarmu sendiri, Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu kebahagiaan, tapi jemputlah kebahagiaanmu sendiri.
Kamu tak boleh terpuruk selamanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31
"Bimo, Bimo. Laras tidak bakalan sudi balik sama kamu, wong dia saja sudah di lamar sama orang yang lebih segalanya dari kamu. Calon Laras itu ganteng, kaya raya, baik dan tentunya sangat menghargai dan mencintai Laras. Jadi, lebih baik buang tuh omong kosong kamu yang ngarep balikan sama Laras." Balas bulek Tini sinis, membuat Bimo langsung diam dengan nafas memburu, tangannya terkepal erat, harga dirinya sudah di hina habis habisan oleh wanita tua yang sejak tadi terlihat tidak menyukai kedatangannya.
"Sudah cukup bulek, yang berhak menolak itu Laras, bukan bulek. Aku akan bicara sama Laras, aku sangat yakin kalau dia akan menerima ajakan rukukku. Karena Luna masih butuh aku, aku ayah kandungnya, dan akulah yang lebih tau bagaimana melindungi Luna dengan baik, bukan laki laki baru yang belum tentu punya niat baik." Sahut Bimo dengan rahang mengeras, bulek Tini cuma tersenyum sinis menanggapi ocehan Bimo.
"Ya, terserah kamu mau bagaimana. Tapi perlu kamu tau, Laras sudah punya calon suami yang jauh lebih segalanya darimu." Balas bulek Tini ketus, perempuan baya itu sedari dulu memang tidak menyukai perangai Bimo yang sombong dan kasar.
"Vika, ayo uti keloni di karpet depan televisi." Sambung bulek Tini yang beralih fokus pada cucunya yang nampak ngantuk, karena sudah beberapa kali menguap. Kalau saja bukan karena mengkhawatirkan Laras dengan kedatangan Bimo, bulek Tini sudah pamit pulang sejak tadi.
"Kamu tunggu saja di sini, paling sebentar lagi Laras juga sampai. Aku mau nidurin cucuku sebentar." Pamit bulek Tini dengan wajah datar, Bimo hanya mengangguk dengan wajah tak suka. Setelah kepergian bulek Tini, Bimo beranjak dari tempat duduknya, melihat lihat isi ruangan yang nampak bagus di matanya dengan pandangan kagum.
"Sebentar lagi aku akan tinggal di rumah ini, cukup leha leha uang akan mengalir sendiri. Ada banyak pintu yang di kos kan, bodohnya aku yang melepas Laras demi Munaroh yang sekarang hanya bikin muak saja." Gumam Bimo dengan wajah sumringah menelisik satu persatu barang barang yang ada. Terdengar suara mesin motor berhenti tepat di depan rumah. Bimo buru buru mengalihkan pandangannya dan wajahnya langsung ceria saat melihat orang yang di tunggu sudah datang.
"Luna, sudah pulang nak, sini Salim sama ayah." Sambut Bimo dengan mengulurkan tangannya pada Luna yang bahkan meliriknya pun tidak.
"Luna, kok diam saja. Gak kangen sama ayah?" Sambung Bimo dengan menahan rasa kesalnya, dia harus bisa bersikap baik di hadapan Laras dan Luna agar mendapatkan simpati dari mereka lagi.
"Enggak, bahkan Luna gak ingat kalau masih punya ayah." Ketus Luna tanpa beban dan melenggang pergi melewati Bimo yang terpaku mendengar jawaban putrinya, putri yang selama ini sudah dia abaikan.
"Ras." Tegur Bimo dengan tatapan tajam pada mantan istrinya, meminta penjelasan akan sikap Luna barusan.
"Bukan salahku dan juga bukannya salah Luna. Harusnya kamu cukup tau diri, mas. Bagaimana sikap kamu sama anakmu selama ini. Tak perlu aku jelaskan, aku rasa kamu cukup paham." Sahut Laras santai dan tetap tenang meskipun tau jika Bimo tengah marah dan tak terima dengan cara Luna menyambut kedatangannya.
"Tapi bagaimanapun aku ini ayahnya, ayah kandungnya. Harusnya kamu bisa mendidik Luna dengan baik, ajari dia untuk jadi anak yang beretika dan hormat pada orang tua." Balas Bimo tak mau kalah, Laras tersenyum kecut dengan wajah jengah melihat mantan suaminya itu.
"Aku sudah melakukan itu kok, Luna anak pintar, ramah dan berjiwa sosial yang tinggi. Tapi untuk sikapnya padamu, maaf aku angkat tangan. Luna sudah besar, dia cukup tau bagaimana menyimpulkan sesuatu." Sahut Laras dengan wajah datarnya, Bimo hanya bisa mendesah pasrah menahan kemarahannya.
"Baiklah, aku akan memaklumi sikap Luna untuk sekarang. Tapi aku harap, kamu bisa menasehati Luna untuk tidak bersikap seperti itu lagi padaku. Aku janji, mulai hari ini akan lebih perhatian dan mencurahkan kasih sayangku sebagai ayahnya. Aku kesini selain kangen ingin bertemu Luna, aku juga ingin memberikan uang nafkah pada Luna, terimalah." Bimo menyodorkan amplop putih pada Laras, senyum lebar terlihat menghiasi wajah Bimo yang nampak semakin tirus dan tak terawat, terlihat lebih tua dari usianya.
"Apa ini iklas, mas?" Sahut Laras dengan wajah mengerut dan memandang lekat pada Bimo yang masih setia memamerkan senyumnya.
"Kamu ngomong apa Laras, ini sudah kewajibanku untuk Luna. Aku janji, setelah ini akan rutin memberikan nafkah untuk Luna. Dan tolong, katakan pada Luna untuk memaafkan ayahnya ini." Balas Bimo dengan memasang wajah sedih, Laras hanya tersenyum tipis menanggapi drama mantan suaminya. Laras sudah hafal betul bagaimana sifat Bimo, Laras yakin jika Bimo sedang merencanakan sesuatu.
"Iya, terimakasih." Sahut Laras singkat, malas dan muak terlalu lama bercakap dengan orang yang banyak menyakiti hidupnya selama ini.
"Ras, apa kamu bersedia kalau aku rujuk kamu lagi?" Sambung Bimo dengan wajah tanpa dosanya, Laras menarik nafasnya panjang sebelum menjawab pertanyaan gila dari mantan suaminya itu.
"Maaf mas, aku sudah akan menikah dengan laki laki yang tepat, laki laki yang bisa menghargaiku dan yang penting dia tidak merendahkan harga diriku sebagai perempuan." Sahut Laras dengan sedikit sindiran untuk Bimo yang berubah pias.
"Siapa laki laki itu, Ras. Apa kamu gak takut kalau nanti Luna diapa apain sama dia. Ingat Ras, Luna anak perawan dan dia cantik. Kamu harus hati hati, jangan karena menuruti nafsu kamu sendiri, sampai kamu lupa dengan keselamatan Luna." Bimo menatap tajam ke arah Laras dengan dada panas, tak terima jika harapannya harus patah secepat ini.
"Aku bukan kamu, mas. Dan aku juga gak bodoh dalam menilai seseorang. Dia laki laki baik dan paham agama, dia tidak akan melakukan apa yang kamu tuduhkan. Aku lebih tau apa yang harus dilakukan dan tidak, jangan pernah campuri urusanku, seperti kamu abai pada kami selama ini, paham?" Balas Laras dengan wajah dingin, tak suka dengan sikap Bimo yang bicara seolah dia sudah paling baik.
"Aku cuma gak mau terjadi sesuatu sama anakku, aku ayahnya dan aku punya hak untuk melindungi putriku." Balas Bimo tak mau kalah, Laras justru tersenyum sinis menatap Bimo yang mulai nampak emosi.
"Kemana saja kamu selama ini, mas? Bertahun tahun kamu sama sekali tidak perduli pada Luna, tapi kenapa tiba tiba kamu perduli, aneh saja sih." Laras menatap tajam dengan wajah memerah.
"Kamu harus selidiki bagaimana laki laki itu, siapa tau dia cuma mengincar uangmu saja untuk numpang hidup enak. Aku tau kamu baru dapat warisan, jadi hati hati dalam memilih pendamping. Lebih baik kita balikan, lagian kamu sudah tau siapa aku, aku gak akan menyakiti kamu dan Luna, aku janji." Balas Bimo yang masih belum menyerah untuk meyakinkan Laras, namun Laras justru tertawa mendengar ocehan mantan suaminya yang terdengar ngawur dan sok tau. Laras semakin yakin dengan perubahan sikap Bimo yang tiba-tiba baik, ternyata memang ada maunya.
diihh .. khayalan nya terlalu tinggi pake segala ingin ibu nya tinggal disitu .. hadeuuhh .. dasar ga tau malu .. semoga aja Laras bisa melindungi diri nya dan Luna ..