Halo semua nya. Ini novel author yang ke 3. Di novel ini pemeran utama nya agak berbeda dengan dua pemeran utama di novel author yang lain.
Selamat membaca, dan semoga kalian suka.
Setelah di selingkuhi, dan di tinggal nikah oleh sang kekasih, Mawar di jodohkan dengan anak dari majikan Bapaknya. Bukan nya Mawar tidak mau, hanya saja laki-laki itu bertingkah layak nya wanita. Bapaknya yang seorang supir keluarga itu, terpaksa menerima perjodohan Mawar dan Angga. Banyak yang di harapkan dari pernikahan mereka berdua. Entah bagaimana nasib Mawar selanjutnya.. Selamat membaca. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Mawar dan Pak Budi sedang duduk di sofa milik keluarga Hartawan. Hari ini, tuan besar akan pulang dan ingin mengenal langsung siapa wanita yang akan menjadi menantu nya itu.
"Mawar, Om." Ucap nya sopan.
"Sudah lama sekali Om tidak melihat kamu, Mawar."
"Saya kuliah, Om."
"Kuliah dimana?"
"Di Universitas Xx jurusan Ilmu Komunikasi, Om."
Hartawan tersenyum saat mendengar jawaban yang di berikan Mawar. Biasa nya, seorang wanita akan menjawab dengan malu-malu. Berbeda dengan Mawar yang apa ada nya. Hartawan langsung menyukai Mawar pada pandangan pertama.
" Apa kamu sudah punya pacar? "
" Sudah, Om. Tapi di tikung adik tiri karena saya kurang cantik."
"Mawar!" pak Budi sangat malu saat Mawar berkata seperti itu.
Hanya Pak Hartawan yang tertawa sampai meneteskan air mata. Bagi nya, Mawar memang unik. Dan pasti akan cocok dengan anak nya.
"Besok di kafe Flamboyan, ada seseorang yang ingin berjumpa dengan mu. Silahkan temui dia."
"Baik."
Setelah berbincang lama dengan Pak Hartawan, Mawar dan Pak Budi keluar dari rumah itu. Rumah mereka memang tidak lah jauh.
Dari dulu, rumah supir di buatkan khusus dekat dengan rumah sang tuan. Agar jika perlu sesuatu, gampang untuk di panggil.
"Kamu itu nggak sopan. Kok begitu ngomong nya sama Tuan besar."
"Dimana nya yang nggak sopan? Coba bapak katakan."
"Mawar. Mawar. Contoh lah adik mu Rani. Tutur kata nya itu lemah lembut."
"Maaf pak, cita-cita Mawar bukan untuk menjadi perusak kebahagiaan orang."
"Itu lagi. Itu lagi. Ikhlaskan saja lah Mawar. Toh mereka sudah menikah dan adik mu sedang hamil."
"Trus, Mawar harus bilang wow, gitu? Dari dulu bapak memang suka pilih kasih. Dan sekarang malah tega jodohin aku sama pria gemulai itu."
"Namanya Angga. Angga pratama. Dia adalah satu-satunya pewaris langsung kerajaan Hartawan. Kau akan hidup senang jika menikah dengan nya."
"Pak, banyak uang tidak menjamin kita bisa hidup senang."
"Trus, Pria mana memang nya yang mau menikah dengan mu? Pria seperti suami adik mu itu? Apa kau akan menunggu mereka berpisah?"
"Ckk.. Aku tidak sudi memungut barang bekas." Ucap Mawar lalu pergi begitu saja.
Lelah sekali rasa nya menjadi Mawar. Bapak nya semakin hari semakin nampak saja pilih kasihnya. Belum lagi setiap hari harus melihat kemesraan adik nya itu bersama sang suami yang berhasil ia rebut.
Rani dan Suami nya Reno masih tinggal di sana. Alasan Reno supaya gaji nya bisa di tabung untuk biaya kelahiran anak mereka.
Bahkan terkadang, di meja makan pun mereka seperti tidak tahu diri. Harus nya mereka bisa menjaga adab jika ingin berciuman. Seperti kejadian di pagi itu.
"Huek..."
"Kau kenapa Mawar? Jangan bilang kau hamil."
"Tenang saja. Aku masih tersegel. Aku bukan perempuan murahan, Pak. Aku hanya mual melihat hidangan di depan ku."
"Jangan nyindir dong, kak."
"Maksud nya?"
"Tadi kakak bilang perempuan murahan. Kakak nyindir aku?"
"Kamu merasa? Bagus deh kalau gitu."
"Mawar,,"
"Udah ya. Mawar berangkat dulu."
"Mau kemana kamu?"
"Mau cari sarapan di luar. Yang di rumah udah basi."
Ia pun berlalu pergi. Seperti itulah kejadian yang selalu di alami oleh Mawar di rumah itu. Terkadang Rani seperti sengaja ingin memanasi Mawar dengan melakukan adegan mesra di depan nya.
*****
Angga telah sampai di kafe itu. Ia menunggu seorang wanita yang akan di jodohkan pada nya. Entah siapa wanita itu, Angga tidak ingin ambil pusing. Papa nya juga tidak mengatakan apapun soal wanita yang akan datang hari ini. Ia hanya di suruh datang dan berkenalan.
Angga selama ini tidak tinggal di tanah air. Hobi nya sebagai fotografer membuat ia menjelajahi seluruh dunia. Ia tidak ingin di atur dan tidak ingin ada yang ikut campur urusan pribadi nya.
"Permisi."
Angga mendengar suara seorang wanita yang tidak asing di telinga nya. Suara itu, dulu pernah menjadi favorit nya. Suara wanita yang selalu ia rindukan.
"Iya." Ucap Angga sok kalem.
"Maaf mbak, anda salah meja. Meja ini sudah di pesan oleh tuan Angga Pratama."
Saat itu Mawar tidak melihat wajah Angga. Wajah nya tertutup majalah. Sekilas Mawar hanya melihat rambut cantik dan panjang milik nya. Rambut yang panjang itu perpaduan hitam dan burgundy. Ah,, entah lah. Mawar pun bingung menjelaskan nya.
" Apa saya terlihat seperti wanita?" Ucap Angga sambil menurunkan majalah yang sedang ia baca.
Mawar terkesiap. Bagaimana ada laki-laki yang tampan sekaligus cantik dalam waktu yang bersamaan. Wajah nya lebih glowing dari wajah Mawar. Bahkan bibir nya pink alami dan di berikan sedikit sentuhan lip gloss.
Jari-jari nya yang lentik dan kuku-kuku indah itu membuat nya tampak seperti wanita pada umum nya. Mawar membandingkan diri nya dengan Angga. Sungguh sangat berbeda jauh. Ia bahkan merasa insecure.
"Iya. Bahkan dibandingkan dengan saya, kamu lebih cantik. Ntar di kira orang jalan sama kakak lagi. Eh kakak nya kok lebih cantik dari adek. Pasti gitu kan, di mata cowok semua sama. Lihat yang bening dikit, langsung lupa sama yang dirumah."
Mawar sama sekali tidak pernah bertemu dengan Angga sebelum nya. Ia hanya tahu Angga adalah seorang banci dari Rani. Rani bahkan selalu mengolok-olok diri nya yang akan menjadi istri dari seorang banci.
"Kakak memang cocok sama kak Angga. Kakak tenang aja. Kalau nikah nya sama kak Angga, kakak pasti akan jadi satu-satunya wanita di hidup nya. Soal nya, dia kan nggak normal." Ucap Rani dengan nada mengejek saat itu.
"Trus, urusan nya sama kamu apa?"
"Ya nggak ada sih. Kakak harus pinter-pinter. Dan harus banyak sabar. Mana tahu burung nya juga sudah nggak bisa on lagi."
Mawar sangat kesal saat itu. Bukan hanya Rani. Ibu tiri nya pun begitu. Ia selalu menyindir Mawar. Entah apa salah Mawar kepada mereka selama ini.
Sudah mereka yang salah, bukan nya minta maaf. Ini malah semakin menyudutkan Mawar. Dan Mawar, terpaksa mengiyakan. Ia tidak ingin di coret dari kartu keluarga.
Enak sekali hidup si Rani dan Nyonya Kantil itu jika nanti seluruh harta menjadi milik mereka semua. Karena hal ini lah Mawar masih bertahan sejauh ini. Mawar tidak mau mereka berkuasa.
Angga yang mendengar bagaimana Mawar bicara, merasa tertarik berbincang lebih lama lagi dengan nya.
Baru kali ini ia bisa bertemu dengan wanita yang selalu ia lihat dari jauh. Penampilan Mawar pun cukup sederhana hari itu. Ia hanya memakai gamis maroon dan jilbab segi empat yang di pakai kan peniti di bawah dagu.
"Kamu mau pesan apa?" Tanya Angga ingin mencairkan suasana. Ia juga bingung bagaimana menanggapi ucapan Mawar.
Pasal nya apa yang di katakan Mawar memang benar. Kebanyakan laki-laki pasti seperti itu.
"Jus Tomat aja. Sama kentang goreng."
"Itu aja?"
"Iya. Emang kenapa?"
"Nggak kenapa-napa sih. Cuma nanya aja."
Mawar menatap Angga lekat-lekat. Ia perhatikan wajah Angga dari ujung kepala hingga ke bawah bibir.
"Kenapa? Kok gitu liatnya?" Tanya Angga risih.
"Aku heran. Kok bisa sih ada laki-laki yang bisa jadi cantik kayak begini. Aku aja nggak bisa cantik dari dulu. Memang terhalang biaya sih. Mungkin kalau aku banyak uang kayak kamu, bisa jadi aku bakalan lebih cantik." Ucap Mawar dengan percaya diri.
Angga tersenyum. Mawar benar-benar membuat nya merasa ingin tertawa. Akan tetapi, ia tidak boleh terlalu memperlihatkan emosi nya di depan Mawar.
Bagi nya, Mawar itu unik. Mawar itu lucu. Mawar itu sudah mencuri hati nya dari dulu. Dari saat pertama kali ia tahu, bahwa ia telah di jodohkan dengan wanita itu.
Andai saja papa nya bilang kalau Mawar lah yang akan di jodohkan dengannya, pasti lah ia akan pulang lebih awal. Oh, Mawar.