Kaina Syarifah Agatha. Gadis cantik yang cerdas. Mengetahui dirinya dijodohkan dengan pria pujaannya. Sam.
Samhadi Duardja Pratama. Pria yang diidolai Kai, begitu nama panggilan gadis itu. Sejak ia masih berusia sepuluh tahun.
Sayang. Begitu menikah. Berkali-kali gadis itu mendapat penghinaan dari Sam. Tapi, tak membuat gadis itu gentar mengejar cintanya.
Sam mengaku telah menikahi Trisya secara sirri. Walau gadis itu tak percaya sama sekali. Karena Trisya adalah model papan atas. Tidak mungkin memiliki affair dengan laki-laki yang telah beristri.
Kai menangis sejadi-jadinya. Hingga ia terkejut dan mendapati kenyataan, bahwa ia mendapat kesempatan kedua.
Gadis itu kembali pada masa ia baru mengenal Sam selama dua minggu, sebagai pria yang dijodohkan dengannya.
Untuk tidak lagi mengalami hal yang menyakiti dirinya. Gadis itu mulai berubah.
Bagaimana kisahnya? Apakah Kai mampu merubah takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERCAKAPAN AYAH DAN PUTRINYA
Kai berdiri melamun. Pipinya masih merah bekas tamparan Trisya. Perih, tapi tak seperih perkataan ibunya, yang menyalahkan dirinya atas semua kejadian ini.
"Kenapa, Bu. Apa salahku padamu? Kenapa aku yang kau salahkan atas semua kejadian buruk yang menimpa putrimu Trisya! Aku juga putrimu ... hiks ... aku putrimu ...!" isak Kai.
Umar melihat tubuh putrinya bergetar bertanda menangis, menjadi sangat bersalah. Ia pun mendekatinya.
"Nak," panggilnya.
Kai membalikkan tubuhnya. Menatap sang ayah dengan padangan penuh tanya dan mata yang basah.
"Katakan Yah. Apa salahku?" ujarnya lalu menenggelamkan wajahnya di dada bidang sang ayah.
Kai menangis sejadi-jadinya di sana. Menumpahkan segala bentuk kegundahan hatinya. Umar pun menenangkan putrinya dengan membelai punggung Kau.
"Tenangkanlah dirimu. Minta pada Allah. Bukankah Dia yang Maha pembolak-balik hati manusia?" ujar Umar memberi saran.
"Maafkan, Ayah yang selama ini sudah mengabaikanmu, putriku. Maafkan Ayah," ujar Umar memohon maaf pada Kai.
Kai yang masih menangis di dada ayahnya hanya mengangguk. Umar membawanya masuk ke dalam kamar gadis itu, lalu mendudukannya di sofa merah jambu. Umar mengusap air mata yang membasahi wajah putrinya.
"Sayang, kenapa kau diam saja ketika kau dituduh macam-macam?" tanya Umar.
"Apa ada yang mendengarkanku saat itu?" tanya Kai berbalik.
Umar sakit mendengar pertanyaan itu. Memang dulu, ia tak pernah memberi kesempatan pada putrinya untuk membela diri.
"Maafkan Ayah, Nak. Memang Ayah ini bukan seorang tua yang baik," ungkap Umar jujur.
"Tapi, Ayah akan memperbaikinya. Selama ini, kau dituduh sesuatu yang tidak pernah kau lakukan. Sudah saatnya kau angkat kepala untuk membela dirimu," tukas Umar.
"Sudah lah, Yah. Mereka yang membenci tidak butuh pengakuanku. Biar lah. Yang penting Ayah sudah mengetahui semuanya," jelas Kai tidak ingin merasa terbebani.
"Tapi, Nak!"
"Yah, sudah biarkan. Bukankah nanti akan ketahuan sendiri siapa dalang rusuh sebenarnya?'
Umar pun akhirnya diam. Ia menyerahkan semua keputusan pada Kai.
"Kau tau, Ayah sangat berterima kasih pada Sam. Dia lah yang membuat Ayah mencari tahu kebenaran ini," ucap Umar.
Kai terkejut. Ia tidak menyangka jika kebohongan Trisya terkuak akibat adanya campur tangan Sam.
"Ketika itu, dia mendatangi kantor Ayah bertanya perihal dirimu. Menanyakan pendidikan dan hobbymu. Jujur. Ayah kelabakan karena tidak mengetahui apa yang digemari oleh putri kandung ayah sendiri," jelasnya kemudian.
Pria itu ingat sekali. Saat itu siang hari, menjelang waktu makan siang. Sam datang sendirian.
"Assalamualaikum, Om," sapanya saat itu.
Umar pun menjawab sapaan Sam, calon menantunya dengan wajah gembira sekaligus heran.
"Wah, ada keperluan apa ini sampai-sampai CEO ternama datang mengunjungiku?" kelakar Umar.
Sam tersenyum. Umar ingat, tidak ada basa-basi kala itu. Sam langsung dengan pertanyaan tentang Kai.
"Kai sekolah di mana?" Umar bisa menjawab pertanyaan itu.
"Berapa nilai Kai ketika lulus?" Umar masih bisa menjawab.
"Apa warna kesukaan Kai. Makanannya dan hobbynya?" Umar terdiam.
"Kalau hobby Trisya?' Umar menjawab dengan lancar.
"Kok, Om lebih banyak tahu tentang Trisya dibanding dengan Kai. Putri kandung Om sendiri?"
Pertanyaan itu yang membuat ia mencari tahu Kaina, putrinya sendiri. Setelah data terungkap. Barulah ia sadar jika selama ini, banyak kebohongan yang ia dapatkan tentang Kai.
Nilai akademiknya selalu tinggi. Mendapat beasiswa full di universitas nya. Tidak sembarang orang bisa mendapat beasiswa penuh itu jika memang otaknya tidak memadai.
"Cari tahu, dari mana Trisya mendapat transkip nilai palsu tentang Kai!" titah Umar saat itu.
Hingga sampai sekarang tim penyidik masih menelusuri, dari mana Trisya mendapat transkip palsu tersebut.
Umar menatap putrinya. Ia bersumpah dalam hati akan menjaga Kai dengan nyawanya sendiri.
"Kai," panggil Umar.
"Ya," sahut Kai.
"Maafkan Ayah sekali lagi," ujar Umar masih merasa bersalah.
"Iya, Ayah, jangan pikirkan lagi masa lalu, yang penting sekarang ayah sudah tahu," ujar Kai lalu tersenyum.
"Ayah akan melindungi mu mulai detik ini!" janji Umar.
Kai mengangguk ia percaya. Kai memeluk Umar lagi.
"Lalu, Ibu bagaimana?" tanya Kai masih mengkhawatirkan ibunya.
"Dia akan baik-baik saja," sahut Umar menjawab kegelisahan Kai.
"Ayah nggak akan ceraikan ibu kan Yah?" pinta Kai, "Jangan buat Ibu tambah benci sama Kai, Yah!"
"Maaf, Nak. Ayah tak bisa mengabulkan itu," ujar Umar dalam hati.
Umar tak yakin dengan perasaannya pada wanita yang telah bersamanya selam dua puluh dua tahun itu. Walau diakui Arin begitu piawai dalam melayaninya sebagai pria. Tetapi, Umar tidak yakin jika istrinya itu bisa menjalankan tugasnya sebagai ibu dan istri. Terutama untuk Kaina, putri mereka sendiri.
"Selama ini, aku tidak melihat ia melayaniku selain urusan ranjang. Aku masih harus mengambil bajuku sendiri. Makanan juga bukan dia yang masak, semua pekerjaan rumah ia serahkan pada pembantu," gumam Umar.
"Ayah ...," panggil Kai.
"Hmmm ...," sahut Umar hanya berdehem.
Kai menatap ayahnya yang murung. Tadinya ia ingin mengungkapkan keberatannya perihal perjodohan Sam dengan dirinya. Tetapi, urung karena baru saja sang ayah memuji pria itu. Karena berkat Sam. Semua kebohongan Trisya terungkap.
"Kai, jika Ayah lihat kau suka sekali warna hijau dan biru," ujar Umar ketika melihat gradasi warna kamar Kai.
Umar melihat tata letak barang-barang di kamar itu. Ranjang kayu antik dan lemari kaca rias dari bahan kayu. Susunan rak sepatu yang hanya beberapa pasang, juga lemari pakaian.
Umar berdiri dan membuka lemari itu. Hanya beberapa baju resmi dan jaket atau hoodie gambar tokoh kartun Disney. Sungguh bertolak belakang dengan wardrobe yang dimiliki Trisya. Gadis itu bahkan memiliki walk in closed sendiri.
Umar baru sadar jika kamar putri kandungnya jauh lebih kecil ukurannya di banding Trisya. Kai mendatangi ayahnya yang tiba-tiba menangis.
"Ayah ... jangan seperti ini, Kai nggak apa-apa kok ... hiks ... hiks!"
Umar memeluk putrinya dengan penuh penyesalan. Kini ia tersadar banyak yang ia lewatkan bersama putrinya. Kesibukannya sebagai presiden direktur terkemuka membuat ia jauh dan abai pada putri kandungnya.
Umar begitu menyesal, mempercayai laporan Trisya dan istrinya tentang keburukan Kai yang justru tak pernah gadis itu lakukan.
"Ayah macam apa aku ini ... kau putriku. Darah dagingku, aku malah tidak tahu apa pun tentangmu," sahut Umar dengan nada menyesal.
"Nak, sebagai permohonan maaf. Kita pergi berbelanja yuk. Ayah yang akan membayar semuanya!" Kai menggeleng.
"Kai nggak begitu suka shoping, Yah."
"Sayang, ayo lah. Hari ini ada sepatu dari perancang ternama. Apa kau tidak ingin memilikinya?" lagi-lagi Kai menggeleng.
"Ayah, aku nggak suka high heels!"
"Baju, perhiasan?"
"Tidak, Ayah. Terima kasih Aku hanya Ayah percaya sama aku. Itu saja," ujar Kai.
"Ayah pasti percaya padamu, Nak. Semua rumor yang diciptakan akan hilang dengan perubahan sikapmu, sekarang."
Kini Umar mencium kening Kai. Beruntung besok hari Sabtu. Mereka baru tertidur dini hari, setelah drama yang diciptakan Trisya.
Umar menutup kamar putrinya dan menuju tempat peristirahatannya. Memandangi kasur yang sudah satu minggu ini dingin. Pria itu mengabaikan istrinya.
Ada perasaan bersalah. Tetapi, ia rasa wajar.
"Semestinya yang paling kau sayang adalah putriku, buah cinta kita."
bersambung.
hmmm ...
next?
mertuaq awalnya baik. tapi stlh operasi bypass jntng, mnm bnyk obat, jadi brubah spt kurang waras. ada yg brpndpt krn kravunn obat