Ivana sudah berlari sejauh mungkin untuk menghindari Aston Harold, namun dunia seperti begitu sempit untuk pria itu. Sampai di kehidupan Ivana yang paling terpuruk Aston tetap mampu menemukannya.
"Jadilah simpanan ku, ku pastikan hidupmu akan baik-baik saja," ucap Aston.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSP Bab 11 - Senin Selasa
'Ya ampun, dia benar-benar memukul Tuan Aston,' batin Deon, dia hanya bisa membatin dan mengamati, tapi tak kuasa bergerak mesti hanya sedikit.
"Ehem, aku akan menyampaikan keinginan pertamaku," ucap Ivana, langsung bicara seperti ini ketika dia dan Aston telah sama-sama memasuki unit apartemen.
Berdehem dulu untuk mengumpulkan semua keberanian dan tekad untuk mengembalikan harga dirinya sendiri, setidaknya di hadapan Aston.
Ivana harus begini agar dia sendiri tidak merasa bahwa dia adalah perempuan yang begitu hina.
Mereka telah saling berhadapan di ruang tengah.
"Kenapa buru-buru sekali, kamu tidak ingin duduk dulu?" balas Aston.
Ivana menggeleng, "Tidak, justru bahaya jika kita duduk dulu."
Aston terkekeh, "Kamu takut aku menyerang mu?"
"Iya," balas Ivana jujur, akhirnya mulai berani mengungkapkan apa yang dia rasakan. Bahkan mulai berani menolak sentuhan Aston.
"Astaga, aku benar-benar terkejut. sepertinya selama ini diam-diam kamu memang menyimpan kebencian padaku."
Ivana mengangguk.
"Astaga," Aston benar-benar syok, sampai tak mampu berucap sepatah kata pun lagi.
"Dengar baik-baik, aku akan mulai menyampaikan apa yang aku inginkan."
"Hem, Katakan lah."
"Aku tidak ingin kita tidur di kamar yang sama, Aku akan kembali ke kamarku yang dulu. Di kamar itu," ucap Ivana, Dia menunjuk kamarnya yang dulu jadi tempat tidurnya. Saat dia masih mengandung anak Aston dulu.
"Baik, aku sedikit tidak senang saat mendengarnya, tapi tidak apa-apa, aku mengizinkannya."
"Ada lagi," ucap Ivana.
"Apa? ada lagi?"
"Iya, Jangan menyentuhku setiap hari, aku juga butuh waktu untuk istirahat."
"Apa? Bagaimana jika tiba-tiba aku ingin."
"Tahan dulu, setidaknya seminggu 4 kali."
"Tidak, seminggu 6 kali," tawar Aston.
"5 kali, titik," putus Ivana, sejujurnya selama ini dia sangat lelah melayani semua keinginan pria itu.
Tapi Ivana tidak berani menolak.
"Baiklah, sudah cukup, jangan minta apapun lagi," balas Aston, lama-lama Jadi menyesal sendiri karena sudah memberi kebebasan pada sang wanita simpanan.
Karena ternyata Ivana memiliki banyak maunya.
"Iya, memang hanya itu keinginan ku. Ah tidak, masih ada satu lagi."
"Apa?"
"Ini hanya pertanyaan, boleh atau tidak."
"Apa? Katakan? jangan membuatku penasaran."
"Apa aku boleh ... Em, anu_"
"Anu apa? bicara yang jelas."
Ivana jadi sedikit ragu untuk menjawab, sebenarnya dia ingin bertanya apakah boleh menjalin pertemanan dengan seorang pria, tidak mungkin kan dia hanya berteman dengan para wanita saja?
Apalagi saat berada di kantor, dia pasti akan berinteraksi dengan banyak orang.
Mungkin hal seperti ini tidak penting bagi Aston, tapi Ivana hanya tidak ingin pria itu salah paham. Karena itulah dia benar-benar ingin membicarakan semuanya.
"Katakan," ucap Aston sekali lagi, dilihatnya Ivana malah terdiam, terlihat ragu untuk mengucapkan pertanyaan yang ingin diungkapkan.
"Emh, apa boleh aku berteman dengan seorang pria?" tanya Ivana kemudian, lalu mengigit bibir bawahnya sendiri.
Aston tak langsung menjawab, sebenarnya dia sangat ingin melarang Ivana tentang hal itu. Dia Paling tak suka jika wanitanya didekati oleh orang lain. Tapi tak ingin membuat Ivana merasa terkekang, jadi akhirnya dia terpaksa menganggukkan kepalanya.
"Boleh," jawab Aston singkat.
"AA! terima kasih!" pekik Ivana, saking senangnya dia sampai sedikit melompat merasa kegirangan, bahkan menjerit juga.
"Tapi ketahui batasanmu, kamu adalah wanita ku."
"Siap Tuan," balas Ivana patuh.
Aston yang gemas hendak memeluk Ivana, namun gadis itu malah mundur.
"Jangan sentuh aku sekarang, jadwalnya adalah Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu. Senin Selasa biarkan tubuh ku beristirahat," ucap Ivana dengan bibir yang tersenyum lebar.
Rasanya senang sekali memiliki kendali seperti ini. Seperti bisa kembali merasakan power Nona muda yang dia miliki dulu.
Aston tak menjawab, melihat Ivana tersenyum dia jadi ikut tersenyum juga.
"Hari Rabu besok aku akan menghajarmu," ancam Aston.
"Tidak apa-apa, ingat hanya boleh sekali. Jadi pikirkan waktu yang tepat, pagi, siang atau malam," balas Ivana.
Lalu buru-buru berlari menuju kamar Aston, sore ini juga dia akan berkemas untuk pindah kamar.
"Aku tidak akan membantumu," ucap Aston, dia telah menyusul Ivana ke dalam kamar.
"Tidak apa-apa," jawab Ivana, riang sekali.