Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27 - Jangan Mengadu
...Happy Reading...
"Katakan, Mikhayla ... kamu kenapa sebenarnya."
Percayalah saat ini Mikhail benar-benar khawatir. Mengingat bagaimana dia dahulu, apalagi kala itu Mikhail bahkan meninggalkan Zia begitu saja ketika selesai permainan. Pikirannya jelas saja kacau dan berpikir jika Keyvan akan melakukan hal sama.
"Ma-malam pert_ hmmppp ...." Keyvan yang sudah was-was sejak tadi membekap mulut Mikhayla dengan tangannya, memang benar-benar mengkhawatirkan. Sejak tadi firasatnya sudah buruk, dan kini Keyvan ketar-ketir kala istrinya hendak mengadu.
"Khay? Mikha ... sayang, kamu kenapa?" teriak Mikhail terdengar jelas di sana, Mikhayla yang tiba-tiba berhenti bicara itu membuat kekhawatirannya kian menjadi.
Keyvan membisikkan sesuatu di telinganya, sebuah ancaman yang membuat Mikhayla mengangguk patuh agar Keyvan melepaskan tangannya.
"Aku tidak apa-apa, Pa ... jangan khawatir ya," ucap Mikhayla dengan mata yang masih menatap suaminya fokus, sungguh benar-benar menyeramkan.
"Kenapa putus-putus tadi? Keyvan di samping kamu?" desak Mikhail menduga jika putrinya tampak gugup karena pria gila yang ada di samping Mikhayla.
"Signal, Pa ... i-iya ada."
Sebelum menjawab ada atau tidak dia menunggu persetujuan dari Keyvan lebih dulu, dia mengangguk sebagai tanda mengizinkan untuk bicara sejujurnya pada sang papa.
"Keyvan kau dengar aku?"
Meski sempat membuat Mikhail bungkam beberpa waktu lalu, saat ini ada sedikit ketakutan dalam benak Keyvan karena memang dia yang keterlaluan saat ini.
"Dengar, Pa," jawab Keyvan sopan, tapi tidak terdengar seperti tengah ketakutan.
"Aku harap kau tidak lupa pesanku, jangan sakiti putriku meski dia sepenuhnya hakmu ... ingat, Mikhayla masih memiliki seorang papa yang mencintainya lebih dari apapun. Camkan itu!!" Mikhail serius, dia bicara sebagai sesama pria. Cintanya untuk Mikhayla sebesar itu, 18 tahun dia menjaga sang putri dengan kasih sayang, mana mungkin dia rela ada seseorang menyakitinya.
Tuuut
Belum sempat Keyvan menjawab, Mikhail memutuskan sambungan teleponnya sepihak. Ya wajar saja sebenarnya, mungkin sikapnya ketika pertemuan pertama bersama Mikhail dinilai tidak sopan hingga membuat mertuanya marah. Namun, untuk hal itu Keyvan terima karena memang itu faktanya.
Mikhayla hanya menatapnya dengan perasaan bersalah, senyuman kaku itu dia perlihatkan untuk Keyvan. Karena ulahnya, Keyvan mendapat wejangan dari sang papa cerewetnya.
"Kenapa mengadu? Masih sakit? Hm, atau apa?" tanya Keyvan menarik ponsel Mikhayla secara pelan tanpa paksaan. Jelas saja dia akan menyitanya untuk beberapa waktu setelah ini.
"Tidak lagi," jawab Mikhayla memilih diam dan tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Jarak Keyvan begitu dekat dengannya hingga hembusan napasnya terasa hangat di pipi Mikhayla.
"Jangan mengadu, bibirnya dijaga sedikit ... kamu bukan anak kecil lagi yang selalu lari pada papamu, hidupmu sekarang adalah milikku. Paham, Mikhayla?"
Sejak awal memang selalu kalimat Papa yang lolos dari bibirnya. Fakta jika istrinya anak manja tidak dapat dibantah, akan tetapi Keyvan tidak mempermasalahkan manjanya Khayla. Yang dia khawatirkan hanya satu, sikap pengadunya ini.
"Aku tidak mengadu, Papa cuma bertanya jadi aku jawab, salahku dimana?" tanya Mikhayla dengan wajah imut yang membuat jiwa Keyvan ingin berontak seketika, jangan sampai dia khilaf lagi siang ini.
"Jawabanmu yang seperti tadi sama halnya dengan mengadu. Jika sampai Papamu berpikir aku menyakitimu bagaimana?" Keyvan bertanya dengan kening yang kini berkerut persis baju belum disetrika.
"Ya tinggal jelaskan saja kebenarannya, aku ingat kronologinya ... dianggap menyakiti atau tidak itu tergantung penilaian Papa setelah mendengarnya."
Jawaban yang tidak benar, tapi memang tidak salah. Keyvan gusar mendengar semua jawaban Mikhayla, sungguh dia bingung sendiri dibuatnya. Pria itu meggigit bibir bawahnya, Mikhayla yang berceloteh itu hanya membuatnya seakan gila mendadak.
"Tidak begitu, Mikhayla ... itu privasi kita berdua, kamu sudah menikah dan tidak seharusnya semua hal kamu katakan pada orang tuamu," tuturnya halus, berusaha bicara baik-baik agar Mikhayla memahaminya.
Dia tidak menjawab, Mikhayla tampak terdiam dan berusaha memahami setiap ucapan Keyvan. Pria itu menghela napas kasar kemudian memeriksa ponsel Mikhayla.
Serba salah, Mikhayla kini khawatir karena Keyvan mulai mengutak-atik ponselnya. Ya, bisa dipastikan sorot tajam mata itu mengungkapkan amarah karena pada faktanya nomor ponsel keluarga besarnya tersimpan rapih. Dengan nama samaran yang sengaja berikan karena takut ketahuan Keyvan kemarin.
"Kanjeng romo siapa?"
"Opa," jawab Mikhayla pelan, di antara nama-nama yang dia sematkan hanya panggilan untuk Ibra yang normal sedikit. Sisanya, nama asal-asalan yang hanya dia ubah ujungnya saja, siasat mengelabui Keyvan akan tetapi ketahuan sebelum waktunya.
"Ini aku kembalikan ... tapi ingat, bukan berarti boleh mengadu setelah ini."
Masih perkara itu, Keyvan benar-benar dibuat hampir sakit kepala kala sang istri dengan santainya hendak mengatakan pada Mikhail jika sebabnya meriang adalah karena malam pertama.
"Iya, letakkan saja di situ. Aku mau tidur lagi, ngantuk."
Baiklah, mungkin memang istrinya ingin kembali mengarungi lautan mimpi. Pria itu meletakkan ponsel Mikhayla di samping miliknya. Kebetulan di sana juga tedapat foto pernikahannya bersama Liora, jiwa Keyvan yang merasa bersalah memilih untuk membalikkan foto itu tanpa pikir panjang.
Maaf, Liora ... kamu mungkin marah padaku. Keyvan membantin, dia membelakangi foto itu dan memilih memeluk istri kecilnya yang kini bersembunyi dibalik selimut tebal itu. Perkerjaan yang tadinya belum usai tidak lagi dia pikirkan, selain Mikhayla dia juga butuh istirahat.
"Tidur siang, dan dia mendengkur?"
Baru juga beberapa menit Mikhayla sadar seratus persen. Bisa-bisanya kini dia kembali tertidur tidak lupa mendengkur halus, mungkin tubuhnya yang tidak fit jadi alasan. Akan tetapi, sungguh jaraknya itu benar-benar cepat hingga membuat Keyvan tertawa sumbang.
-To Be Continue-
terima kasih banyak karyanya ya kak Desh... 😘😘😘😘😘