Nuri terpaksa menerima perjanjian pernikahan 9 bulan yang ditawarkan Sabda, kerena Dennis, pria yang menghamilinya meninggal dunia. Sabda adalah kakak Dennis dan sudah memiliki istri. 9 bulan itu menjadi masa yang sulit bagi Nuri karena dia selalu mendapatkan intimidasi dari mertuanya dan istri pertama Sabda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
"Nuri..."
Teriakan Yulia menggema didapur. Tapi karena yang dipanggil tidak ada, dia kembali berteriak.
"Nuri, Nuri."
Bukannya Nuri yang datang, tapi malah Tutik. Wanita berumur 30 an itu lari tergopoh gopoh menghampiri sang majikan.
"Saya memanggil Nuri, bukan kamu," bentak Yulia.
"Nuri keluar Nyonya."
"Keluar!" Mata Yulia hampir saja keluar dari tempatnya karena murka. Dia menganggap Nuri telah melanggar aturannya. Selama disini, Nuri dilarang keluar. Dia tak mau orang sekitar tahu jika ada wanita hamil disini.
"Cuma sebentar katanya Nyonya." Yulia tak menggubris perkataan Tutik, dia berjalan kedepan untuk menunggu Nuri disana.
Yulia mondar mandir didepan teras, dan begitu melihat Nuri memasuki halaman, rahangnya seketika mengeras.
Nuri yang melihat ekspresi Yulia, tahu betul jika mertuanya itu sedang marah besar.
"Dasar pembangkang," maki Yulia. "Ini sudah kedua kalinya kau melanggar peraturan yang kami buat." Bentak Yulia sambil menunjuk wajah Nuri.
"Saya hanya membeli paket data sebentar. Lagipula, perut saya belum kelihatan besar, tidak mungkin ada yang tahu saya hamil," jawab Nuri.
"Jangan banyak alasan. Salah tetap salah."
Nuri membuang nafas kasar. Benar kata mertuanya, salah tetap salah. Bahkan benarpun, tetap salah dimatanya. Sampai sampai, Nuri bingung mau berbuat. Karena semua yang dia lakukan, tetap salah dimata mertuanya.
"Ini untuk yang terakhir kalinya. Tidak ada lagi alasan apapun untuk keluar dari sini. Kalau kamu tak betah dan memang mau keluar, keluar saja dari sini selamanya. Jangan pernah muncul lagi dihadapan kami sekeluarga."
Sudah lelah jalan kaki sambil panas panasan, pulang-pulang malah kena omel. Kepala Nuri rasanya mengepul. Kalau saja tak ingat jika Yulia adalah mertuanya, ingin sekali dia balas memakinya.
"Kenapa hanya diam, ngerti gak?" bentak Yulia.
"Baik Bu." Jawab Nuri singkat. Dia lelah dan ingin segera istirahat. Jadi Lebih baik menurut saja biar urusannya cepat selesai.
"Mau kemana kamu?" bentak Yulia saat Nuri melangkah pergi.
"Mau ke kamar." Nuri merasa sedikit pusing karena berjalan cukup jauh disaat matahari sedang terik teriknya.
"Heh, enak saja mau tidur. Bersihkan dulu halaman belakang sekalian kolam."
Mata Nuri melotot mendengar perintah Yulia untuk membersihkan kolam. Kalau hanya memasak, menyapu atau menyetrika, terasa masih wajar, tapi membersihkan kolam?
"Kenapa melotot?"
"Tidak adakah pekerjaan lain? Saya sedang hamil Bu, mana mungkin saya membersihkan kolam?"
"Itu bukan urusan saya, cepat lakukan."
Nuri tersenyum getir. Heran dengan mertua yang sama sekali tak memikirkan kondisi cucunya. Dia dengar sendiri Yulia bilang ingin segera memiliki cucu, tapi kenapa seperti ini kelakuannya. Rasanya memang pantas jika Tuhan tak segera memberinya cucu.
"Kenapa tersenyum, cepat kerjakan."
"Bu, anak ini cucu Ibu." Nuri mengusap perutnya. "Setidaknya, jika Ibu memang tidak menyukaiku, pikirkan tentang cucu ibu."
"Heleh, tak ada bukti kalau dia cucu saya. Lagian kamu itu wanita murahan, bisa saja kamu tidur dengan banyak pria."
"Saya tidak seperti itu," tekan Nuri. "Saya berani bersumpah, jika anak ini anak kandung Dennis."
"Ada apa ini?" Tiba tiba Fasya muncul dari dalam.
Nuri menghela nafas. Kalau mereka kumpul begini, dia pasti akan makin terpojok karena dikeroyok. Menghadapi Yulia saja sudah bikin pusing tujuh keliling, sekarang masih harus ditambah dengan Fasya. Semoga saja Tuhan masih memberinya stok kesabaran ekstra.
"Ini, si Nuri, sudah dibilangin jangan keluar, masih aja bandel."
Fasya memutar kedua bola matanya malas sambil bersedekap. "Wanita kelas bawah memang seperti itu Bu, susah dibilangin."
"Kamu mau kemana?" Yulia melihat penampilan Fasya yang sudah rapi. Tak lupa, dia juga membawa tas jinjing mahalnya.
"Fasya mau keluar bentar, mau ketemu teman."
"Oh..ya sudah hati-hati." Keduanya lalu cipika cipiki.
Nuri menatap interaksi keduanya. Andai saja Yulia juga bersikap seperti itu padanya, dia pasti akan senang sekali.
"Ngapain kamu masih bengong disini? Cepat kerjakan yang saya perintah," bentak Yulia.
.
.
.
Fasya melajukan mobilnya menuju sebuah apartemen yang ada di pusat kota. Setelah memarkirkan mobilnya, segera dia masuk dan menuju sebuat unit yang ada dilantai 10. Setelah beberapa kali menekan bel, pintu dibuka dari dalam. Muncul seorang pria yang langsung tersenyum menyambut kedatangannya. Pria tersebut adalah Ringgo, mantan kekasih Fasya saat SMA.
Ringgo langsung menyambutnya dengan pelukan dan cipika cipiki. Wajah pria itu terlihat sangat bahagia, berbeda dengan Fasya yang hanya bereskpresi datar.
"Akhirnya kamu mau juga datang kesini Sya." Ringgo mengajak Fasya masuk lalu menutup kembali pintunya. Setelah 1 tahun yang lalu bertemu kembali disebuah acara Reuni, Ringgo selalu berusaha untuk mengajak Fasya bertemu. Beberapa kali mereka bertemu, tapi hari ini, pertama kalinya Fasya datang ke apartemen Ringgo. "Kamu kenapa, muka kamu kelihatan suntuk gitu?"
Fasya menjatuhkan bobot tubuhnya diatas sofa sambil memejamkan mata. Melihat Fasya yang sepertinya ada masalah besar, Ringgo duduk disebelahnya sambil menggenggam tangannya.
"Ada apa, cerita sama aku?" Ringgo yang memang masih mencintai Fasya, seperti mendapat celah melihat Fasya yang tampak banyak masalah.
"Suamiku nikah lagi Nggo."
"WHAT!" pekik Ringgo. "Keterlaluan sekali suami kamu itu Sya. Makanya, kembali saja denganku, tinggalkan suamimu itu. Aku akan membahagiakanmu melebihi dia."
"Tapi aku mencintai dia Nggo." Fasya membuka matanya, menoleh kearah Ringgo lalu menatap kedua netranya.
"Ok, kamu mungkin mencintainya. Tapi dia, apa dia juga mencintaimu?"
"Dia mencintaiku."
"Bulshit, gak ada pria yang mencintai istrinya tapi mau menikah lagi."
"Dia menginginkan keturunan, tapi aku belum juga hamil."
"Tapi itu bukan alasan untuk poligami." Ringgo makin memanas manasi.
"Wanita itu hamil anak Dennis, adik Sabda yang baru meninggal."
Ringgo mengernyitkan kening. "Kalau dia hamil anak Dennis, kenapa Sabda yang harus tanggung jawab?"
"Dia menginginkan anak itu."
Ringgo tertawa cekikian, membuat Fasya langsung menatapnya bingung.
"Jangan terlalu naif jadi wanita Sya. Menginginkan anak itu, bukan berarti harus menikahinya. Kenapa kalian tak mengadopsinya saja setelah dia lahir."
"Sabda ingin anak itu secara hukum berstatus anak kandungnya. Dia ingin mengikat wanita itu. Agar dia tak bisa pergi atau membawa anaknya. Mereka sudah membuat perjanjian pranikah. Jika terjadi perceraian, anak akan jatuh ketangan Sabda."
Lagi lagi Ringgo tertawa mendengar penjelasan Fasya.
"Bagaimana jika yang terjadi sebaliknya, gimana kalau setelah dia melahirkan, bukannya menceraikannya, Sabda malah menggeser posisimu dengannya?"
Fasya memukul lengan Ringgo sambil melotot. "Jangan menakut nakutiku."
"Bukan menakuti, tapi memperingati. Sudahlah Sya, tinggalkan dia, kembalilah padaku." Ringgo menggenggam tangan Fasya lalu menciumnya. "Aku akan mencintaimu lebih dari Sabda."
Fasya menarik tangannya hingga lepas dari genggaman Ringgo. "Saat ini, bukan hanya cinta yang aku pikirkan, tapi orang tuaku. Papaku bangkrut Nggo, dan sekarang, dia mendekam dipenjara karena kasus penipuan." Fasya memijit mijit pelipisnya. Dia benar benar pusing saat ini.
"Hanya Sabda yang bisa membantu perekonomian keluargaku. Tak hanya itu, aku butuh banyak uang untuk mengeluarkan papa dari penjara."
"Apa Sabda tahu tentang itu?"
Fasya menggeleng. "Dia tak boleh tahu jika papaku dipenjara. Kalau dia tahu, dia juga akan tahu jika selama ini, papa menjalankan bisnis ilegal."
karya nya ka Yutantia emg g pernah gagal skalipun bab nya pendek,,aq suka dgn cerita2 kaya gini...selain itu karya ka Yutantia tdk mengharuskan qta sbagai reader hrs membaca novel yg ada hubungan nya dgn cerita yg mo qta baca..qta asik2 aj baca nya tanpa hrs membaca novel sebelum nya...
the best lah bwt karya nya...👍👍👍❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
siap2 emosiku d acak2....😬