Maritsa tidak pernah menyangka jika nasibnya akan berubah menjadi janda..
Setelah kehilangan suaminya, Maritsa menemui beberapa rintangan dalam kehidupannya.
Bagaimana jika keluarga dari pihak mantan suami yang terus mengusik kehidupannya?
bahkan dia di tuduh merebut calon suami dari kakak iparnnya.
Mampukah Maritsa melewati semua itu?
Siapakah yang akan tetap bertahan disampingnya?
Yuk ikuti kisah Janda kuat yg satu ini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zi_hafs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Coklat Dan Tameng
Dengan kekuatan jari-jarinya, akhirnya Rayyan menemukan informasi tentang Zacky, dia reflek membelalakkan matanya.
"Apa? jadi Zacky adalah pewaris PT. Zxxx. Ya ampun Maritsa, kenapa kamu sekarang berhubungan sama orang berpengaruh seperti ini. Belum lagi ayah Fiona juga orang yang terkenal dalam dunia bisnis. Karena perusahaan mereka sekarang dalam kendali Zacky setelah pernikahan nya dengan Fiona. Pantas saja berita kematian Fiona dan Zafran tidak terhembus media. Aku jadi khawatir. Aku harus berada di samping Maritsa. Aku takut terjadi apa apa sama dia dan bayinya."
Setelah sampai rumah, direbahkan tubuhnya ke kasur yang empuk. Fikirannya sudah hanyut kemana-mana. Dia hanya memikirkan Maritsa.
****
Di rumah Mama Rianti..
"Bi, saya mau kerumah Maritsa sehari. nanti kalau Mas Bayu pulang, minta tolong langsung siapkan air hangat untuk mandi dan tolong siapkan makan juga." titah Rianti kepada Bi Idah asisten rumah tangganya.
Hari ini hari Minggu, Papa Bayu sedang pergi memancing dengan rekan kerjanya.
Ketika mau berangkat, tiba-tiba mobil Restu memasuki halaman rumah yang lebar itu. Dia memarkirkan mobil nya dan bergegas turun.
"Assalamualaikum Tante." ucap restu sambil menunduk menyalami tangan Rianti.
"Loh nak Restu sudah janjian belum sama Zetta, kan dia lagi ke mal sama temannya. Katanya mau cari keperluan make up sama beberapa baju."
"Eh iya saya sudah janjian Tan, mungkin Zetta masih belum selesai belanjanya."
"Mohon dimaklumi ya Res, wanita itu emang kalau belanja suka lupa waktu. Lihat ini itu kelihatan bagus. Eh akhirnya diborong semua." Rianti terkekeh dengan ucapannya sendiri karena memang dasarnya wanita rata-rata seperti itu.
"Oh ya, ngomong ngomong Tante mau kemana?"
"Tante mau ke rumah Maritsa, kemaren sempat janji buat temani dia dan Zyan seharian ini. Emm, atau gini aja, kamu daripada nunggu Zetta sendirian di rumah, mending anterin tante sebentar. Nanti keburu kamu balik kesini, Zetta pasti sudah pulang."
Seperti mendapat angin segar, Restu mengangguk dan tersenyum.
"Tentu, Restu akan antar tante dengan senang hati."
"Kamu memang calon mantu yang perhatian."
Mereka pun masuk mobil dan melaju ke rumah Maritsa. Di perjalanan, mereka ngobrol dengan ringan. tanpa terasa mereka sudah sampai di depan rumah Maritsa.
"Tante saya antar sampai di sini saja ya. Saya langsung balik." dia sebenarnya enggan langsung balik, karena ingin sekali melihat keadaan Maritsa. Tapi dia juga sadar diri, takut tidak bisa melupakan wanita yang dulu dia dambakan.
"Restu, ayo masuk dulu. Kamu gak pengen liat calon ponakan kamu?"
"Ehm, kalau tante memaksa, baiklah saya tidak akan pernah bisa menolak."
"Ah kamu bisa aja.." jawab Rianti sambil menepuk lengan calon menantunya itu.
.
.
"Assalamualaikum, Jeng Hawa."
"Waalaikum salam, Jeng Rianti, ayo masuk dulu. Eh ada nak Restu, mari-mari silahkan masuk."
"Maritsa mana jeng?"
"Maritsa lagi di kamar, menyus*i Zyan. Mungkin mereka ketiduran. Sebentar aku panggilkan dulu ya jeng."
Bu Lek Hawa masuk ke kamar Maritsa. Ternyata dia sedang menidurkan Zyan.
"Nduk, Zyan sudah tidur ya, itu ada mama kamu datang."
"Emmh.. tolong bilang aja Bu Lek biar langsung masuk ke kamarku. Biar istirahat sekalian disini."
"Mama kamu gak datang sendiri Nduk, tapi sama Restu. Calon nya Zetta."
"Hah ! Koq bisa? Kak Zetta gak ikutan?"
"Mereka cuma berdua, ayo cepat keluar, biar Bu Lek yang jagain Zyan."
Maritsa merapikan baju dan hijabnya sebentar. Kemudian bergegas ke ruang tamu.
dia meraih tangan Mertuanya dan mengecupnya dengan lembut. Sedangkan dengan Restu hanya menangkupkan kedua tangannya saja tanpa menyentuh.
"Mama kok bisa sama mas Restu? Kak Zetta mana?"
"Kakakmu lagi shopping, maklumlah suka lupa waktu. Sama kayak mama heheheh."
"Oh iya jadi lupa, tunggu sebentar ya, Maritsa buatin minum dulu."
Maritsa bergegas ke dapur dan membuatkan minuman untuk keduanya.
"Silahkan diminum ma, mas Restu. Maaf ya hanya bisa menyuguhkan ini."
"Tidak perlu repot repot Sa, terimakasih." jawab Restu dengan tersenyum.
Restu menatap Maritsa tanpa berkedip. Senyumannya terus mengembang. Untung saja posisinya sejajar dengan mama Rianti, jadi calon mertuanya itu tidak memperhatikan gelagat nya.
"MasyaAllah Sa, kamu makin hari makin cantik. Kenapa jantungku berdetak kencang. Apa rasa itu masih ada? Oh tidak, aku gak boleh seperti ini. Aku sudah punya Zetta, aku gak boleh menghianatinya." gumam Restu dalam hati.
"Oh ya mas Restu, kata mama, kamu teman kerja nya mas Zafran, apa betul?" Maritsa akhirnya membuka obrolan.
"Iya saya temannya Zafran, tapi awalnya tidak saling kenal. saat berkenalan sama Zetta, barulah saya mengenal Zafran."
"Oh Pantesan, perasaan aku gak pernah lihat mas Zafran datang ke acara nikahan kami."
"Nak Restu, katanya kamu dulu kenal Maritsa dikampus. Tapi Maritsa tidak mengenalmu. Apa Maritsa dulu terkenal, hehehe." tanya mama Maritsa sambil bergurau.
"Ih mama, aku dulu pendiam banget loh. Punya teman cowo cuma anak mama doang. Boro-boro kenalan sama cowo di kampus, anak mama itu langsung berubah jadi tameng." dengus Maritsa.
"Hahahah, iya-iya mama ingat, dia protektif banget sama kamu, padahal dulu kalian cuma sahabatan, gak lebih."
"Oh iya mas Restu, silahkan diminum. Mumpung masih hangat."
"Terimakasih Sa."
Setelah meneguk habis minumannya, Restu pamit kembali kerumah Zetta.
Di sepanjang Perjalanan Restu selalu tersenyum. Rasanya sangat bahagia meskipun sebentar saja dia ngobrol dengan Maritsa. dia jadi teringat masalalu.
Flasback On..
"Siapa nih yang naruh coklat di tas aku? Gak mungkin kan Zafran segabut ini. Eh tunggu, kok ada surat nya.
Setitik embun,
tak kan sanggup membasahi dedaunan kering.
namun senyumanmu,
mampu membasahi setiap relung hatiku..
. ~R
siapa R? Haduh puitis banget, jadi merinding.."
Maritsa mengusap tengkuknya yang terasa merinding. Dia sedikit takut entah kenapa.
Dari kejauhan, Restu yang melihat Maritsa membaca surat kecilnya, Dia senyum senyum sendiri. Sampai pada akhirnya senyuman itu berubah menjadi suram.
"Eh Sa, apaan tuh? Kamu ada yang ngasih coklat? Sini aku lihat. Eits ada suratnya pula."
Rayyan merebut coklat dan surat yang dipegang Maritsa.
"Sa, kamu punya penggemar? Gilaaa temen aku yang biasa banget ini bisa punya penggemar. Wekekek. Lucu banget. kebetulan aku laper. coklatnya aku makan ya." Zafran memang benar benar bikin Restu yang berada di kejauhan mengepalkan tangannya.
"Zafran, kamu itu ya. Datang-datang malah ngerebut coklat aku, itu kan punyaku. Huuft."
"Heh Sa, dengerin aku, coklat itu pasti ada pelet dan guna gunanya. Gimana kalau kamu makan coklat itu, kamu langsung linglung dan patuh sama penggemarmu itu, serem tau. Apa kamu mau?"
"Isshh, kamu ini over thinking aja. Lah sekarang kamu yang makan coklatnya, hati-hati aja kamu klepek-klepek sama yang ngasih. Diiih malah lebih serem tau gak."
"Ssssttt, udah yuk kita ke kantin. Pelet ini gak bakal mempan sama aku. aku udah kebal. ih emangnya aku cowok apaan..." Zafran berlagak letoy.
"Haahahah dasar gila kamu Zaf."
Mereka berdua langsung menuju kantin.
Sedangkan Restu yang sedari tadi melihat mereka, langsung meninju udara.
"Sial!" Restu sangat kecewa.
Flashback off.
Ketika Restu sampai di rumah Zetta, dia langsung masuk. ternyata Zetta sudah pulang.
"Sayang, kamu kok lama sih. Aku nungguin 15 menit loh. Katanya tadi kamu udah di jalan."
"aaku tadi emang sudah kesini, kamu belum nyampe. Aku lihat Tante Rianti mau pergi dan memintaku mengantarnya karena kasian lihat aku sendiri disini."
"Jadi kamu nganterin mama ke rumah Maritsa?"
Restu hanya menganggukkan kepalanya.
"Kamu seneng kan ketemu Maritsa. kalian bisa bernostalgia bareng."
"Ta, sudah ya. jangan memulai. Aku gak suka bahas yang gak penting." seketika Restu mood nya hilang.
Mereka enggan berbicara karena sibuk dengan pikirannya masing-masing
***
Mampir di karyaku jg ya