Genre: Urban Fantasy dengan elemen Aksi dan Misteri
Garis Besar Cerita:
"Power" adalah sebuah novel web yang mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Arya Pratama yang hidup di Jakarta tahun 2030. Dia menemukan bahwa dirinya memiliki kemampuan supernatural untuk mengendalikan listrik. Namun, kekuatan ini membawanya ke dalam konflik berbahaya antara kelompok-kelompok rahasia yang memperebutkan kendali atas kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Rifa'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Keputusan Yang Sulit"
Fajar menyingsing di atas Hutan Amazon, sinarnya menembus kabut tipis yang menyelimuti desa. Tim Penjaga Harmoni berkumpul di balai desa, wajah mereka menunjukkan kelelahan setelah malam yang penuh dengan diskusi dan perdebatan.
Arya berdiri di depan timnya, matanya menyapu ruangan sebelum dia mulai berbicara. "Setelah mempertimbangkan semua aspek, aku telah membuat keputusan mengenai tawaran Kage."
Semua mata tertuju padanya, menunggu dengan cemas.
"Kita akan bekerja sama dengan Bayangan," Arya mengumumkan, suaranya tegas namun ada keraguan samar di dalamnya.
Reaksi tim beragam. Citra mengerutkan dahi, jelas tidak setuju. Bima mengangguk perlahan, tampak memahami keputusan ini. Dewa, si ahli teknologi, terlihat antusias dengan prospek akses ke teknologi Bayangan.
"Tapi Arya," Citra angkat bicara, "bagaimana kita bisa mempercayai mereka setelah semua yang telah terjadi?"
Arya menghela nafas. "Kita tidak mempercayai mereka sepenuhnya, Citra. Tapi situasi yang kita hadapi terlalu besar untuk kita tangani sendiri. Kita membutuhkan informasi dan sumber daya yang mereka miliki."
"Bagaimana jika ini jebakan?" tanya Rama, anggota tim yang biasanya diam.
"Itulah sebabnya kita harus ekstra waspada," jawab Arya. "Kita akan bekerja sama, tapi dengan syarat dan batasan yang ketat."
Dewa mengangkat tangannya. "Aku bisa merancang protokol keamanan untuk melindungi data kita dan memantau aktivitas Bayangan."
Arya mengangguk. "Bagus, Dewa. Itu akan menjadi prioritas utama kita."
Sementara tim mendiskusikan detail rencana mereka, tiba-tiba terdengar keributan dari luar. Paulo, kepala desa, bergegas masuk dengan wajah pucat.
"Avatar Arya!" serunya. "Ada sesuatu yang aneh terjadi di tepi hutan!"
Tim bergegas keluar, mengikuti Paulo ke perbatasan desa. Di sana, mereka melihat pemandangan yang mengejutkan. Sebuah lingkaran energi, mirip dengan portal yang mereka lihat sebelumnya, muncul di udara. Namun kali ini, portal itu tidak stabil, berkedip-kedip dan mengeluarkan gelombang energi yang membuat pepohonan di sekitarnya bergoyang.
"Ini tidak bagus," gumam Arya. "Portal ini tidak stabil. Jika terus seperti ini, bisa membahayakan desa."
Tepat saat itu, sebuah sosok melompat keluar dari portal. Makhluk itu tampak seperti campuran antara serigala dan elang, dengan bulu keemasan dan mata yang bersinar. Dia terhuyung-huyung, jelas terluka.
"Tolong..." makhluk itu berkata lemah sebelum jatuh pingsan.
Arya berlari mendekat, diikuti oleh timnya. Dia memeriksa makhluk itu dengan hati-hati. "Dia masih hidup, tapi terluka parah."
Citra berlutut di samping Arya. "Apa yang harus kita lakukan?"
Sebelum Arya bisa menjawab, portal kembali berkedip, kali ini lebih kuat. Gelombang energi yang keluar membuat tanah bergetar.
"Kita harus menutup portal itu," kata Arya. "Tapi bagaimana?"
Tiba-tiba, suara familiar terdengar dari belakang mereka. "Mungkin aku bisa membantu dengan itu."
Tim berbalik dan melihat Kage berdiri di sana, sebuah perangkat aneh di tangannya.
"Apa itu?" tanya Bima, waspada.
Kage tersenyum tipis. "Ini adalah stabilisator portal. Teknologi Bayangan yang kami kembangkan untuk situasi seperti ini."
Arya menatap Kage, kemudian portal yang semakin tidak stabil, lalu ke makhluk yang terluka. Dia tahu dia harus membuat keputusan cepat.
"Baiklah, Kage," kata Arya akhirnya. "Tunjukkan pada kami cara kerjanya."
Sementara Kage menjelaskan cara menggunakan stabilisator, Citra dan Bima membantu memindahkan makhluk yang terluka ke tempat yang aman. Dewa mengamati teknologi Bayangan dengan seksama, mencoba memahami cara kerjanya.
Arya berdiri di depan portal, stabilisator di tangannya. Dia tahu bahwa tindakannya saat ini bukan hanya tentang menutup sebuah portal, tapi juga langkah pertama dalam kerjasama yang rumit dengan Bayangan.
Dengan nafas dalam, Arya mengaktifkan stabilisator. Sinar biru memancar dari perangkat itu, menyelimuti portal yang bergejolak. Perlahan tapi pasti, portal mulai stabil dan mengecil.
Saat portal akhirnya tertutup sepenuhnya, Arya berbalik menghadap timnya dan Kage. "Ini baru permulaan" ujar timnya.