Senyuman Kecil Untuk Maritsa
Hai Readers, selamat menikmati novel perdana ku ya.. Jangan lupa komen biar author makin semangat untuk berkarya, Kritik dan saran yang mendukung akan Author terima. Semoga rejeki kalian selalu dilancarkan...
*Drrrt tig tung ting Drrtt drrtt..
Bunyi getar nada dering ponsel yang menyala di atas kasur. Tapi sang empu masih belum segera mengangkat telpon dari sebrang sana.
Ternyata Maritsa sedang mengayunkan alat penggorengan dengan lincahnya sampai tidak mendengar dering ponsel yang sedari tadi berbunyi di kamar.
Hari sabtu memang Maritsa sedang libur bekerja berbeda dengan suaminya, Zafran yang tetap aktif bekerja di hari sabtu. Mereka memang bekerja di perusahaan yang berbeda.
Maritsa memutuskan untuk memasak menu spesial kesukaan Zafran yaitu sop iga karena hari ini adalah hari Anniversary pernikahan mereka yang pertama.
"Ah..Akhirnya selesai juga. Hmm.. aromanya wangi banget. Zafran pasti suka dan nambah-nambah terus."
Maritsa tersenyum sambil membayangkan sang pujaan hati lahap saat menyuap masakannya. Dia juga berharap nanti akan ada kejutan untuknya dari sang suami tercinta.
Setelah selesai memasak dan mematikan kompor, rupanya Maritsa baru mendengar ponsel nya berbunyi. Dia berjalan menuju kamarnya dan segera menyambar ponsel kesayangannya. Tapi ketika akan diangkat, panggilan itu sudah terputus.
Ternyata sudah 3 kali panggilan itu tak terjawab. Ketika melihat notifikasi yang tertera di layar ponsel, Tiara mengerutkan keningnya.
"Astaga, Zafran sampai menelpon 3 kali dan aku gak dengar, biar aku telpon balik saja."
Belum juga menekan tombol pada layar, pujaan hatinya itu kembali menelpon. Maritsa segera mengangkat telpon itu dengan senyuman lebar di wajahnya.
"Halo assalamualaikum sayang, maaf ya aku lagi masak jadi gak...."
Sebelum Maritsa melanjutkan obrolannya, tiba-tiba di sebrang sana sudah menjawab. Tapi ada keanehan ketika suara sang pujaan hati begitu formal dan nadanya tidak seperti biasa.
"Halo waalaikumsalam. Selamat siang, dengan keluarga Bapak Zafran Alfaro?"
"I.. iya betul saya istrinya, ada yang bisa saya bantu? Kenapa HP suami saya ada pada anda?" Maritsa berusaha mencari tau kepada sang penelpon.
Maritsa mengerutkan keningnya kembali. Kenapa ponsel Zafran ada di tangan orang lain? Apakah ponselnya terjatuh dan tidak sengaja ditemukan oleh orang itu?
"Maaf Bu, Kami dari kepolisian, mengabarkan jika Bapak Zafran Alfaro sedang mengalami kecelakaan. Saat ini masih dalam proses evakuasi, kami akan mengirimkan lokasi kejadian dan dimohon agar ibu datang ke lokasi untuk membantu proses selanjutnya."
Seperti disambar petir disiang bolong. Tangan dan kaki Maritsa bergetar hebat, rasanya air mata sudah enggan menunggu untuk jatuh dari tempatnya. Dada yang begitu sesak seakan melemahkan otot kaki nya untuk berdiri.
Perutnya pun tiba-tiba terasa kram dan didudukkan tubuhnya diatas kasur untuk menetralisir rasa shock nya.
Maritsa terus berdzikir dan berdoa agar dikuatkan hatinya saat ini. Sembari mengelus perutnya yang sedikit membuncit. Dia segera mengambil air minum.
Setelah meneguk segelas air putih, Maritsa langsung menyambar kunci mobil nya.
Ya, saat ini memang tidak ada siapa-siapa untuk diajak ke lokasi kecelakaan. Karena memang Maritsa dan sang suami tinggal berdua saja di kawasan perumahan yang memang lingkungannya menjunjung tinggi privasi masing-masing.
Jarak rumah mertua juga lumayan jauh dan memakan waktu hingga setengah jam.
Jika meminta bantuan temannya, takut merepotkan. Akhirnya Maritsa memutuskan untuk menyetir sendiri ke lokasi kejadian.
Dengan terus berdoa, berharap sang suami baik-baik saja dan dia juga sampai tujuan dengan selamat. Meskipun air matanya enggan berhenti, dia tetap fokus dalam mengemudi. Semoga Tuhan selalu melindungi nya saat ini yang sedang kacau.
Di kehamilan yang ke 6 bulan ini Maritsa memang mandiri, masih menyetir mobil sendiri saat pulang pergi bekerja. Jadi dia sudah terbiasa.
Maritsa menuju area puncak di kabupaten Mojokerto tepatnya di desa Pacet. sesuai arahan lokasi dari polisi. Jalanan yang lumayan menanjak membuat dia sangat berhati-hati. Beruntungnya dia tau haluan daerah ini karena memang dia pernah berwisata dengan teman-teman sekantornya.
Dalam benaknya kini menyimpan banyak tanda tanya, kenapa suami nya berada di lokasi ini sedangkan seharusnya Zafran berada di kantor. Rasanya tidak mungkin jika Zafran ada dinas luar yang mengharuskan untuk pergi ke arah puncak. Tapi Maritsa harus tetap berfikir positif demi kewarasannya.
Sekitar 1 jam berkendara, Maritsa tiba di lokasi. Dia berjalan pelan mengingat kandungannya yang sudah berada di trimester ke 2.
"P...Pak polisi bagaimana keadaan suami saya? Kenapa tidak langsung dibawa kerumah sakit? Dimana suami saya sekarang?" Maritsa mencecar pertanyaan kepada polisi yang berjaga saat mengevakuasi korban. Air matanya benar-benar terkuras habis.
Pak polisi yang kaget melihat Maritsa yang tengah hamil berusaha memberikan kekuatan agar bersabar. Polisi tersebut menyerahkan Ponsel beserta tas yang ternyata milik Zafran dan dengan pelan menjelaskan sedikit kronologi kejadian.
"korban masih berada di dalam mobil Bu, saat ini kami berusaha mengevakuasi korban. Ibu yang sabar. Silahkan duduk disini sebentar dan ini ada air mineral, silahkan di minum agar Ibu merasa tenang." Pak Polisi menjelaskan dengan pelan agar Maritsa tetap tenang.
Namun tetap saja, Maritsa sangat khawatir dan takut akan kemungkinan yang terjadi pada suaminya. Dia menggenggam erat pakaiannya. keringat dingin sudah mulai menetes disekujur tubuhnya. Air matanya pun juga tak henti-hentinya mengalir di pipi halusnya hingga kerudung nya pun terlihat basah. Sesekali dia berdiri dan mengamati jalannya proses evakuasi.
Setelah serangkaian proses evakuasi yang memakan waktu lumayan lama, Polisi yang mengevakuasi korban menyatakan jika kedua korban sudah dalam kondisi tidak selamat.
Seketika tubuh Maritsa seperti kehilangan tulangnya. Dia terhuyung, tapi beruntung Polisi yang berada di sebelahnya cepat tanggap dan menuntunnya untuk duduk kembali.
Maritsa berusaha kuat dengan selalu berdzikir dan berdoa.
"Ya Allah, ujianMu begitu berat. Mampukah hambaMu yang lemah ini menjalani semua nya?" Lidahnya terasa kelu, dia hanya mampu bergumam dalam hati.
Ketika kedua korban dimasukkan ke dalam ambulance, banyak pertanyaan yang berada di benak wanita cantik itu. Mengapa korbannya ada 2 yang berada di mobil, Sedangkan itu murni kecelakaan tunggal.
Kedua netra Maritsa membola dan semakin shock saat melihat jenazah suaminya beserta wanita lain yang ternyata punya masa lalu dengan suaminya itu. Tiara sangat mengenalnya karena mereka dulu sangat dekat.
Maritsa sudah tak sanggup lagi dan akhirnya...pingsan.
sanggupkan Maritsa menanggung semua ini sendiri...?
Bagaimana nasib anaknya yang nanti lahir tanpa didampingi seorang ayah?
Nantikan kelanjutan kisahnya ya..
Author usahakan agar bisa update tiap hari ^_^
Happy Reading..
**Nama dan Lokasi hanya gambaran saja, jika ada kesamaan murni hanya kebetulan semata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Nurhayati Firganingsih
bingun untuk berkata kata aahk. ..pusing oingsan ajah
2024-06-26
1
Ai
Nice story, Thor.
Mampir di karyaku jg ya
2024-04-03
1
ʜᴏᴋᴋɪs
aku mampir Thor..
2024-03-30
1