Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Perjuangan Cinta Zafira
Gemuruh nafas Zafira mulai tersengal. Langkah Fariz memang lambat tetapi cukup panjang dibanding langkah Zafira membuat gadis itu tidak dapat menyusulnya. Ditambah heels yang dipakai cukup tinggi menjadikan larinya tidak bisa cepat. Dia takut tubuhnya tidak seimbang dan akan terjatuh seperti kemarin di rumah Wilda. Karena itulah dia harus lebih berhati-hati agar tidak terpeleset.
"Fariiz." akhirnya Zafira memanggil Fariz berharap sang suami menghentikan langkah dan berbalik ke arahnya.
Namun orang yang dipanggil tidak sedikit pun mendengar. Suara bising kendaraan yang melintas di sekitaran membuatnya tak mendengar suara teriakan Zafira yang hilang terbawa ke dalam berisiknya suasana di jalanan.
"Fariiiizz." teriak Zafira lebih kencang namun sia-sia Fariz telah menghilang di sebuah pengkolan koridor yang tidak memungkinkan Zafira untuk mengejarnya lagi.
Zafira berdiri mematung dengan nafas ter-engah-engah. Dihentikannya lari dengan mata berkaca-kaca menatap hampa ke pengkolan yang telah membawa Fariz pergi.
"Fariz, aku sudah berjuang keras untuk membawamu kembali tapi kenapa kamu tidak kunjung kembali. Aku sudah berjuang sekuat tenaga mendapatkan cintamu kembali tapi kenapa hatimu seperti mati." gumam Zafira di sela isakannya.
Tasya yang tahu kalau pria yang dikejar Zafira adalah Fariz bergegas melanjutkan pengejarannya. Dia melintasi dan meninggalkan Zafira yang masih terpaku di tempatnya. Untung saja Tasya memakai sepatu kets sehingga memudahkannya untuk melanjutkan pengejaran.
Saat Tasya telah sampai di pengkolan, tampak dari kejauhan matanya melihat Fariz sedang berbicara dengan seorang juru parkir. Tasya semakin mempercepat lari meski nafas sudah hampir putus dari raganya.
Saat sudah berada tepat di hadapan Fariz yang akan masuk ke dalam mobil, Tasya mengambil oksigen sebanyak-banyaknya sambil membungkukkan tubuh memegangi dada berusaha menetralkan nafas yang rasanya nyaris terputus.
"Huuuufftt." Tasya menghempaskan nafas berulang kali.
Fariz menoleh dan mengurungkan niat masuk ke mobil saat mendengar nafas kelelahan yang terdengar jelas di telinganya. Dengan tatapan heran memperhatikan gadis yang terbungkuk serta tersengal-sengal di dekatnya. Dia belum menyadari kalau gadis itu adalah sahabat Zafira yang Fariz juga mengenalnya.
Setelah pernafasannya sedikit lega, Tasya mengangkat tubuh dan berdiri tegak berhadapan dengan Fariz. Fariz sedikit mengernyitkan alis berusaha mengingat sosok di depannya.
"Tasya?." ucapnya kemudian sedikit terkejut mengangkat kedua alis hitamnya.
Tasya mengulurkan tangan menjabat tangan Fariz yang langsung diterima pria itu.
"Bagaimana kabarmu?." tanya Fariz melepas jabatan tangan.
"Baik. Kamu sendiri?." balas Tasya menyelidik di sisa-sisa nafas yang masih tersengal.
Air muka Fariz berubah. Seperti ada yang dia sembunyikan dan Tasya sangat tahu itu, pasti masalahnya dengan Zafira yang enggan diceritakan pria itu padanya.
Tasya memperhatikan keadaan Fariz yang memang tetap tampan namun tidak dapat menutupi jika di balik ketampanan itu ada beban berat yang tersirat.
Tasya memaklumi hal tersebut. Tak lain karena masalah rumah tangga mereka. Lebih tepatnya masalah cinta. Semua orang pasti mengalami hal yang serupa jika telah berurusan dengan patah hati dan putus cinta. Fariz ingin membenci tetapi hatinya tak bisa melakukan itu. Fariz ingin pergi namun cintanya melarang melakukan itu. Dia sangat merindukan Zafira. Sangat. Namun dia masih memendam kekecewaan terhadap istrinya yang telah berani menyuruh pria lain masuk ke kamar mereka bahkan melakukan hal yang tidak pantas di depan matanya.
Melihat keterdiaman Fariz, Tasya pun melanjutkan ucapannya.
"Kamu tidak perlu menjawab. Aku sudah tahu semua." Tasya berkata jujur.
Fariz sempat terkejut tetapi dia langsung ingat, Tasya sahabat baik Zafira. Pasti istrinya telah menceritakan permasalahan yang saat ini terjadi di antara mereka.
"Pulanglah ke rumah. Zafira menunggumu." pinta Tasya tanpa basa basi.
Fariz terbungkam. Ucapan Tasya mampu membuat hatinya bergetar. Nama Zafira telah mengisi sesak di fikiran serta jiwa. Dia tidak mampu menepis bayangan gadis itu dari kepala, juga hatinya. Saat Tasya menyebut nama Zafira ditambah mengetahui kalau Zafira menunggunya mau tak mau memaksanya untuk berfikir ulang apa yang sebaiknya dia lakukan ke depannya nanti.
"Semua masalah ada jalan keluarnya, Riz. Kalau kamu terus menghindar serta bersembunyi maka kamu tidak akan menemukan titik terang dan lama kelamaan hubungan kalian akan semakin memburuk. Aku tahu siapa Zafira. Dia bukan gadis yang dengan mudahnya membawa seorang pria ke dalam kamarnya kecuali kamu. Jadi kamu harus memikirkan kembali keputusanmu untuk meninggalkan Zafira dalam waktu yang lama." terang Tasya mencoba membuka mata serta hati Fariz yang tertutup api cemburu.
Fariz menghela nafas panjang. Bayangan Zafira dan Ronald kembali mengusiknya namun dia mulai mencoba menepisnya dengan segera dan berusaha keras menghilangkan kejadian yang menyakitkan itu dari fikirannya.
"Dia mencarimu hampir setiap waktu. Dia juga menangis tanpa tahu tempat dan waktu. Aku harap kamu mengerti maksudku. Selesaikan dengan pertemuan. Itu adalah jalan yang paling baik untuk kalian saat ini." kembali Tasya memberi saran serta nasehat dengan harapan hati Fariz melunak dan bisa secepatnya menemui Zafira.
"Aku belum bisa memikirkannya sekarang. Aku masih belum bisa menerima dengan lapang dada kejadian menyakitkan itu. Tapi terima kasih atas saranmu. Tolong jaga Zafira. Aku permisi." Fariz berniat masuk ke dalam mobil.
"Tunggu!." suara Tasya membuat langkah Fariz terhenti.
Fariz mengurungkan masuk ke mobil kemudian berbalik menatap Tasya penuh tanda tanya.
"Aku akan menjelaskan kejadian di kamar antara Zafira dan Ronald. Semua tidak seperti yang kamu fikirkan. Zafira telah menceritakan semua padaku dan dia..,"
"Iya, aku juga sudah mendengar penjelasan dari Zafira. Dan aku akan meminta bukti darinya. Sekarang aku permisi."
Fariz masuk ke mobil. Tak lupa membunyikan klakson berpamitan dengan Tasya.
Tasya hanya bisa menggelengkan kepala melihat kepergian Fariz. Dia dapat melihat dari raut muka Fariz, pria itu belum sepenuhnya memulihkan rasa sakit di hatinya.
Setelah mobil Fariz menghilang dari pandangannya, Tasya tiba-tiba ingat Zafira. Dia pun bergegas berjalan menghampiri gadis itu takut terjadi sesuatu padanya.
Tasya melihat Zafira berdiri bersandar di tembok memegangi dada yang terasa sakit. Tasya langsung memeluk Zafira memberikan usapan di pundaknya.
"Harus kuat!." Tasya menepuk pelan pundak Zafira berulang kali.
"Aku lelah, Sya. Apa Perjuangan Cintaku ini masih belum cukup? Apa Perjuangan Cintaku ini harus kandas di sini? Perjuangan Cintaku ini bukanlah main-main, Sya. Aku sudah mempertaruhkan segalanya demi Fariz termasuk keselamatanku sendiri tapi semuanya tidak ada arti. Fariz tidak juga berniat kembali. Apa Perjuangan Cintaku ini harus aku akhiri di sini? Aku sudah tidak ingin berjuang lagi jika Perjuangan Cintaku pada akhirnya akan sia-sia." Zafira menangis tersedu dalam pelukan Tasya.
Zafira kembali terpuruk. Hatinya kembali rapuh. Semangatnya kembali jatuh. Mimpi indah hidup bahagia bersama Fariz seakan musnah. Berganti dengan rasa kecewa serta keputus-asa-an.
Perjuangan Cinta Zafira akankah berakhir sampai di sini? Setelah semua yang dia perjuangkan, akankah dia menyerah hanya karena dirinya sudah mulai lelah?
Mulutnya mengatakan ingin berhenti berjuang namun hatinya menyuruh jangan. Fikirannya mengatakan takkan mencari lagi namun hatinya memaksa untuk terus mencari.
Zafira mulai gamang. Antara hati, mulut serta fikiran tidak sejalan membuat isi di kepala terasa ingin buyar dari tempatnya.
Gadis itu mulai ragu dengan Perjuangan Cintanya akankah menemukan kebahagiaan di ujung perjuangan?
...*****...