Menceritakan seorang wanita yang memiliki perasaan cinta kepada suaminya sendiri. Penikahan paksa yang di alami wanita itu menyebabkan tumbuhnya beni cinta untuk sang suami meskipun sang suami selalu bersikap dingin dan acuh kepadanya.
Wanita yang bodoh itu bernama Andin. Wanita yang rela suaminya memiliki kekasih di dalam pernikahannya, hingga sebuah kecelakaan terjadi. Andin mengalami koma dan ketika sadar semua tidak seperti yang di harapkan oleh sang suami.
Apakah cinta Andin tetap bertahan meskipun ia menderita amnesia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Eliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergian
Rian yang terbangun langsung mencium dahi sang istri karena terharu dan senang sang istri telah terbangun.
“Aku begitu khawatir sayang... aku tidak bisa kehilangan kalian lagi” ucap Rian yang ternyata di sertai air mata yang terasa mengalir membasahi wajah Andin.
“Kamu menangis?” tanya Andin sambil mengerutkan dahinya.
“Kenapa? Apa aku harus tertawa di kala dirimu sakit? Aku bisa mati jika kamu dan anak kita terjadi sesuatu!” ucap Rian yang sukses membuat Andin memukul wajahnya.
“Kenapa? Ada yang salah?” tanya Rian bingung dengan perilaku Andin yang kasar dan sinis dengan dirinya.
“Apa kamu pikir aku akan menyerahkan hidupku dan anakku kepadamu, ANAK PEMBUNUH. Turun... aku benci kamu....” ucap Andin teriak lalu dengan cepat mencabut infus dan berlari ke luar ruangan.
Namun dengan cepat Rian menangkap Andin dan memeluknya erat.
“Aku bisa jelaskan semuanya. Apa kamu sudah ingat semuanya?” tanya Rian sambil memeluk Andin meski Andin memberontak ingin di lepaskan.
“Aku ingat semuanya, aku ingat bahwa kamu dan Ara... kamu anak pembunuh, aku tidak akan memaafkan kamu dan Ara.” Ucap Andin penuh penekanan.
“Tidak sayang... aku tidak ada apa-apa dengan Ara... aku mohon... kita bisa bicara baik-baik... aku sangat mencintaimu Andin” ucap Rian sambil mencium pucuk kepala Andin.
Andin sempat terdiam lalu menoleh ke atas untuk menatap mata Rian. Mata mereka sama-sama penuh Air mata. Andin melihat tidak adanya kebohongan dari tatapan itu.
Rian mencium bibir Andin dengan ganas dan menuntut membuat sang pemilik bibir terdiam tanpa membalas ciuman itu. Ketika Rian lengah dengan ciumannya yang panas, Andin segera menendang pusaka Rian dengan dengkulnya dan sukses membuat Rian menjerit kesakitan.
Andin lari sekuat-kuatnya keluar dari rumah sakit sampai ke sebuah jembatan.
Rian mengejar Andin, sambil menahan rasa sakit di ikuti satpam dan beberapa perawat.
Andin hilang tanpa jejak sejak saat itu. Rian seperti kehilangan sebelah nyawanya. Dadanya sesak dan dirinya seperti orang linglung.
“Andin...” teriak Rian di tengah-tengah taman ketika mencari Andin.
“Maaf kan aku Andin... Bundaku bersalah atas kehidupanmu” ucap Rian terjatuh bersimpuh lutut karena sedih. Hujan deras telah membasahi tubuhnya.
Rian merasakan kehancuran dalam hidupnya karena Andin tidak ia temukan. Pencarian telah terus di lakukan pada setiap pelosok namun hasilnya tetap nihil. Andin telah menghilang seperti di telan bumi.
Setelah 1 tahun kehilangan Andin, Rian baru teringat bahwa Andin pernah berhubungan dengan Samuel. Mungkin kehilangan Andin bisa terjadi karena ada andil dari Samuel.
Rian melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi ke rumah Samuel. Dirinya sudah tidak seperti Rian yang dulu. Rian sekarang seperti orang tidak terarah. Rian seperti kehilangan separuh dirinya.
“Beritahu atasanmu bahwa aku ingin bertemu dengannya sekarang juga” ucap Rian yang telah berada di ruang tamu rumah mewah milik Samuel. Dirinya telah menerobos masuk ke kediaman Samuel setelah sampai.
Kepala asisten rumah tangga itu segera pergi menuju ruang kerja Samuel untuk memberi tahu bahwa dirinya kedatangan tamu special.
“Tuan ada tamu seorang anak muda dengan penampilan tidak jauh seperti tuan” ucap sang Asisten.
“Antarkan dia ke ruangku sekarang” ucap Samuel sambil tersenyum licik.
Asisten itu keluar untuk menemui Rian sedangkan Samuel membuka lacinya untuk mengambil pistolnya.
“Kamu salah, datang kesini” ucap Samuel dengan senyuman liciknya.
Rian sampai di ruang kerja yang begitu besar milik Samuel.
“Ada apa? Aku rasa semua saham dan kesepakatan kita telah kamu putuskan sepihak, terus ada apa kamu datang kemari” ucap Samuel dengan dingin.
“Aku, aku tahu... kamu kakak kandungnya Santi” ucap Rian yang di sambut dengan wajah tanpa ekspresi dari Samuel.
“Aku minta maaf atas nama bunda kakekku” ucap Rian yang kini berlutut di hadapan Samuel yang berdiri berapa meter di depannya.
Samuel terkejut melihat seorang Rian berlutut dan menunduk di hadapannya. Tapi semua tidak sebanding dengan kehilangan yang dirasakan Samuel.
“Apa yang kamu pikirkan Rian, apa dengan kamu berlutut semua akan baik-baik saja?” tanya Samuel.
“Bukan begitu, aku minta maaf karena kakek dan bundaku telah merusak kehidupan adikmu, maafkan aku dan keluargaku" ucap Rian menunduk.
Suara tertawa kini jelas terdengar menggelegar, ketawa yang menyayat hati bukan tangisan tapi tertawa duka yang terjadi pada Samuel.
"Lucu sekali kamu ini Rian..." ucap Samuel langsung mengeluarkan pistolnya menekan kedahi Rian. Rian menoleh ke atas tepat matanya bertatapan dengan Samuel.
"Aku ingin kamu kembalikan Andin dan anakku, aku akan berikan semua yang kamu mau!" ucap Rian yang kini berdiri tegap menghadap Samuel dengan tatapan tajam.
"Kamu pikir Andin pergi ke Aku? Kamu pikir aku yang menyembunyikan istri dan anakmu?" tanya Samuel sambil mengusap-ngusap pistolnya dengan wajah bahagia.
"Akhirnya pembalasan akan kehilangan orang terkasih terbalaskan juga" tawa Samuel yang mendapatkan tatapan tajam ketidak sukaan Rian. Tapi mau bagaimana lagi? Rian mengakui kesalahan bundanya kepada keluarga Andin.
"Aku akan buktikan bahwa cintaku ke Andin akan membawa dia kembali kepelukanku" ucap Rian lalu meninggalkan Samuel yang tertawa.
Tawa Samuel perlahan berubah menjadi tangisan meski Rian tidak melihatnya karena Rian telah pergi dari kediamannya.
"Santi... Dimana cucumu? Dimana cucuku berada?" tangis Samuel. Dirinya tidak bisa menutup kekhawatiran mengingat Andin yang ia selidiki sesang hamil.
"Andin... Kenapa kamu pergi dari paman" liri Samuel
Di sebuah desa terdapat seorang wanita paru baya sedang mencuci popok bayi.
"Ayo cucu nenek, kita berjemur dulu" ucap wanita paru baya itu.
Wanita parubaya yang di panggil nek Siti itu berjalan tertatih tahi karena asam uratnya kambuh dalam beberapa hari terakhir.
"Biar aku saja nek, lagian nemek sudah capek berjemuran" ucap wanita cantik itu.
"Tidak apa-apa nak Andin... Biarkan nenek saja. Lihatlah cucu nenek yang tampan ini sudah pandai menegakan kepalanya" ucap sang nenek sambil menggendok Adrian kecil.
Andin memberikan nama bayinya dengan sebutan baby Adrian. Wajah sang bayi mirip dengan Rian namun kulitnya lebih condong mirip sang ibu. Adrian kecil baru berusia 3 bulan.
Andin tersenyum dan merasa beruntung bisa tinggal dengan nenek siti yang menganggapnya sebagai cucunya. Andin tersenyum dan tidak terasa air matanya menetes.
"Nenek... Kenapa ya setiap aku melihat nenek aku ingat ayahku" ucap Andin yang melihat nenek siti dengan nanar.
"Mungkin kamu kangen ayahmu, sudah sana ... Kamu mandi, biar Adrian nenek jemur" ucap sang nenek lalu membawa baby Ad berjemur.
Pemandangan desa yang tenang menyejukan hati dan pikiran. Andin sangat senang tinggal di desa ini.