Gairah Sang Casanova

Melihat Raga yang menolong Zoya, membuat Laura kembali memicing tajam dan merasakan benci yang luar biasa pada gadis itu.

Harusnya Raga membelanya, bukan membela anak wanita malam yang mencemari nama baik kampus mereka.

Raga membantu Zoya untuk berdiri, sementara lengan gadis itu masih mengeluarkan darah yang pinggirannya sudah mengering.

"Cih, dasar anak pelaacur, semua cowok digodain," cibir Laura dengan wajah geram.

Dan cibiran itu membuat Zoya kembali naik pitam. Gadis itu mengepalkan tangannya kuat, dia melangkah berniat untuk kembali memberi pelajaran pada Laura.

Tapi Raga menghentikannya, dia mencekal pergelangan tangan Zoya, hingga gadis itu menoleh, dan Raga menggelengkan kepalanya.

"Jangan!"

Pemuda itu membawa tubuh Zoya ke belakang tubuhnya, untuk melindungi gadis itu. "Laura, berhentilah bersikap seperti anak kecil, kamu ini mahasiswa. Harusnya kamu menjaga ucapanmu, dan beri contoh yang baik! Memangnya kamu tidak malu selalu membuat ulah?"

"Dia yang salah, Ga. Bukan aku, kenapa kamu marah-marah sama aku?" cetus Laura sambil menunjuk Zoya.

"Karena aku tahu bagaimana Zoya, dia tidak akan melawan kalau dia tidak diusik duluan. Dan terlebih, dia bukan kamu!" tegas Raga.

"Ga, tapi_"

Tanpa menunggu sanggahan Laura, Raga segera menarik tangan Zoya agar ikut dengannya. Membuat Laura berdecak kesal, dan meninju udara di sekitarnya.

Raga membawa gadis yang tangannya senantiasa genggam itu, ke sebuah taman yang ada di kampus.

Setelah sebelumnya dia membeli hansaplast dan juga kapas untuk membersihkan luka Zoya.

Keduanya duduk berdampingan, dan pemandangan itu sudah tidak aneh bagi para penduduk kampus.

Karena setiap hari Zoya dan Raga memang seperti itu, Zoya yang tidak memiliki teman, pun dengan Raga yang tak ingin memiliki teman selain Zoya.

Pemuda itu cukup populer dengan ketampanan dan kecerdasannya, tetapi dia selalu memilih untuk menemani gadis cantik di sampingnya, ketimbang harus bersama yang lain.

Raga membuka botol minum, dan membasahi kapas itu menggunakan air. Sementara Zoya bergeming, memperhatikan apa yang dilakukan oleh Raga.

"Sini lengannya," pinta Raga perhatian lengkap dengan tangan menengadah.

"Aku bisa sendiri, Ga," tolak Zoya.

"Shut up, aku akan mengobatimu. Jadi, jangan banyak bicara. Berikan lenganmu!"

Mendengar itu, akhirnya Zoya pasrah, pria satu ini pun sama saja tak bisa dibantah. Zoya menyerahkan lengannya pada Raga, untuk diobati oleh pria itu.

Dengan telaten Raga membersihkan luka di lengan Zoya, sementara Zoya meringis merasakan sedikit perih.

Raga meniup pelan luka Zoya hingga rasa perih itu sedikit mereda, dan terasa sejuk. Selagi melakukan itu semua, Raga selalu memperhatikan wajah cantik Zoya.

Dari sejak pertama mereka bertemu, Zoya memang sudah mencuri perhatiannya.

Setelah dibersihkan, Raga membuka hansaplast dan memasangnya untuk menutup luka Zoya.

Tak hanya itu, Raga juga meninggalkan kecupan kecil di luka itu, membuat Zoya membulatkan matanya melihat tingkah Raga.

"Kenapa harus dicium?" tanya Zoya yang tidak mengerti sama sekali dengan kelakuan Raga kali ini.

Sebelum menjawab, Raga lebih dulu mengulum senyum. "Kata Mama, kalo luka kita mau cepet sembuh, berarti harus dicium. Mama selalu melakukannya padaku sejak aku masih kecil, dan itu berhasil, rasa sakitnya langsung hilang begitu saja. Bagaimana denganmu? Enakan 'kan?"

Mendengar itu, entah kenapa Zoya jadi terkekeh, merasa lucu. Itu kan bentuk kasih sayang seorang ibu untuk anaknya, lalu bagaimana dengan Raga?

"Kenapa malah tertawa?" tanya Raga sambil mengacak rambut Zoya.

"Haha, aku ngerasa lucu aja. Tapi kamu benar-benar beruntung memiliki ibu seperti dia. Dia pasti sayang banget sama kamu."

"Setiap ibu pasti sayang sama anaknya, Zoy. Dan keberuntungan seseorang itu berbeda-beda. Jadi syukuri saja apa yang menjadi milik kita. Karena itulah keberuntungan yang sesungguhnya."

Seperti aku yang merasa beruntung berada didekatmu. Batin Raga.

Sementara Zoya langsung bergeming, otaknya langsung berkelana memikirkan nasibnya yang ia rasa jauh dari kata sempurna.

Lalu? Apa aku harus merasa beruntung karena jatuh pada lubang yang sama seperti Mommy? Apa aku harus merasa beruntung karena melakukan itu semua dengan Daddy?

*

*

*

Aduduaduduuuu....

Like, komen, kembang, kopi, mpotttnya jangan kendorrrrr 🔥🔥🔥🔥🔥

Neng Zoy😘