Kesalahan satu malam membuat Meisya harus menanggung akibatnya seorang diri. Kekasih yang seharusnya bertanggung jawab atas kehamilannya, malah mengabaikan dan mengira kehamilan Meisya sebagai lelucon.
Meisya yang ketahuan hamil, justru diusir oleh keluarganya dan terpaksa membesarkan anaknya seorang diri. Dia dituntut untuk hidup mandiri dan kuat demi anaknya.
Sampai akhirnya, takdir mempertemukan Meisya dan Ello, mantan kekasih sekaligus ayah dari anaknya. Akankah Meisya bersedia mengungkapkan kebenaran tentang anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesalahan Semalam Bab 17
Meskipun Meisya berusaha mati-matian untuk menyingkirkan Ello dari hati dan pikirannya, tapi tetap saja fakta tentang ayah kandung si kembar tidak akan pernah bisa dihilangkan. Meisya memutuskan untuk tetap menceritakan tentang Ello pada anak-anak tak berdosa itu jika suatu hari nanti mereka bertanya.
Setelah mendapat izin dari si kembar, akhirnya Meisya berangkat ke Paris untuk mengikuti pelatihan selama tiga bulan. Kedua bocah yang menjadi penyemangatnya pun turut mengantarkan Meisya ke bandara.
“Jangan bandel ya, Sayang. Jangan bikin Mama, Papa, sama Mbak Sus pusing ya. Zio sama Zoey anak baiknya Mommy, kan?” Meisya mengusap wajah polos kedua anaknya dengan perasaan sedih.
Ibu mana yang tidak bersedih jika harus berpisah dengan kedua anak menggemaskan itu. Zio dan Zoey tidak pernah berpisah darinya, tapi demi masa depan mereka yang lebih baik, Meisya harus meninggalkan kedua balita itu.
Air mata Zoey yang sejak tadi sudah menetes, kini meluncur semakin deras dan tangan kecilnya memeluk semakin erat. “Mommy, nanti tepon Zoey ya, Mommy cepet pulang!” ucap gadis kecil itu.
Zio menepuk pundak sang adik dan memberi kode bahwa yang dilakukan Zoey itu salah. Tidak seharusnya mereka menangis di depan sang ibu karena hal itu hanya akan membuat ibu mereka bersedih.
Sebenarnya Zoey mengerti maksud Zio, tetapi dia tak kuasa menahan segala kesedihan itu. Bocah itu terus menangis, membuat Zio turun tangan untuk mencegah sang ibu bersedih.
“Nanti kita beli es klim ya, Zoey!” ucap Zio sambil mengusap kepala adiknya. “Aku akan jaga Zoey, Mommy!” Bocah tampan itu berbisik pada sang ibu untuk meyakinkan Meisya agar tidak mencemaskan Zoey.
Meisya tersenyum menanggapi kepandaian Zio untuk menghiburnya. “Iya, Sayang. Terima kasih, ya. Anak Mommy hebat, pasti bisa saling jaga!”
Sekali lagi, Meisya memeluk kedua buah hatinya dengan erat sebelum meninggalkan keduanya untuk waktu yang cukup lama. Dengan penuh haru, mereka akhirnya dipisahkan oleh keadaan, karena Meisya harus segera check in untuk penerbangannya.
Wanita itu berpamitan pada semua orang termasuk Bu Laras yang turut mengantarnya ke bandara. Setelah itu, Meisya menyeret koper dengan perasaan campur aduk mengingat sorot mata si kembar saat melambaikan tangan ke arahnya.
Mirna segera menggendong Zoey untuk menenangkan bocah itu. Setelah membujuknya dengan makanan, Zoey akhirnya mau berhenti menangis.
“Ma, Zoey mau beli es klim sendili boleh ya!” ucap gadis kecil bersuara cadel itu.
Mirna menatap Rendy dan pengasuh si kembar bergantian. Sementara Bu Laras sudah meninggalkan mereka karena suatu urusan.
“Boleh, tapi Mama sama Papa tunggu di luar ya. Kalau kalian berdua aja tanpa pengawasan, pasti nggak akan dilayani!” sahut Rendy memberikan persetujuan dengan syarat.
Zoey mengerutkan kening, tampak menimbang-nimbang syarat yang diajukan oleh sang paman yang sudah seperti ayah baginya.
“Aku antal Zoey, Pa!” sahut Zio sambil menggandeng tangan kembarannya.
Rendy akhirnya memberikan sebuah kartu dan membiarkan kedua bocah itu untuk belanja sendiri. Namun, di belakang mereka sang pengasuh diam-diam ikut mengawasi.
Saat mengantre untuk memesan, kedua bocah itu tampak kompak memilih es krim yang akan mereka beli. Namun, karena antrean yang lumayan padat, Zio pun meminta Zoey untuk menunggu di kursi.
Baru saja gadis kecil itu menarik kursi, tiba-tiba boneka miliknya tersenggol seseorang dan tanpa sengaja terinjak kaki orang itu.
Zoey yang hendak duduk santai menunggu Zio pun menatap boneka baru pemberian Rendy itu dengan wajah sedih. “Momo!” panggilnya dengan suara parau.
Zio melihat sang adik, tapi dia tidak bisa membantu Zoey karena sudah terlanjur mengantre. Namun, mata elangnya terus memperhatikan sang adik dengan perasaan waswas yang terus menghampiri.
“Maaf ya, Om nggak sengaja!” ucap laki-laki yang telah menyenggol boneka Zoey. Dia mengambil boneka yang kepalanya sudah lepas itu dan coba mensejajarkan tubuhnya dengan Zoey.
“Kepalanya Momo patah! Zoey nggak bisa jaga Momo! Papa maafin Zoey!” Gadis kecil itu mulai menangis dengan suara lirih. Dia tidak mau Rendy mendengar tangisannya dan kecewa.
Laki-laki itu terlihat bingung melihat Zoey menangis. Dia hanya bisa mengusap rambut Zoey dan terus meminta maaf. Tangisan gadis kecil itu sudah mampu menumbuhkan rasa bersalah yang teramat dalam di hatinya.
“Anak cantik, maafin om ya. Om nggak sengaja. Boleh om perbaiki?”
Zoey tersadar ada orang asing yang sedang berbicara dengannya. Dengan kedua tangan mungilnya, gadis kecil itu mengangkat wajah untuk melihat laki-laki yang telah merusak mainannya.
Melihat tatapan mata Zoey, laki-laki itu seolah diingatkan dengan peristiwa beberapa tahun lalu. Tepatnya, saat Meisya mengatakan bahwa dirinya sedang hamil.
“Anak ini … matanya sangat mirip dengan Meisya. Apa ini karena aku terlalu merindukannya?”
“Nggak apa-apa, Om. Om kan nggak sengaja, nanti bial dibenelin sama papaku!”
***
Kembang kopinya jangan lupa 💋💋💋
tapi untuk kebodohannya luar biasa dan sangat luar biasa.
jempol terbalik buat Ello.