Seorang kultivator Supreme bernama Han Zekki yang sedang menjelajah di dunia kultivasi, bertemu dengan beberapa npc sok kuat, ia berencana membuat sekte tak tertandingi sejagat raya.
Akan tetapi ia dihalangi oleh beberapa sekte besar yang sangat kuat, bisakah ia melewati berbagai rintangan tersebut? bagaimana kisahnya?
Ayo baca novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M. Sevian Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Pagi itu, langit tampak cerah, namun keheningan yang aneh menyelimuti reruntuhan aula Sekte Langit Timur. Han Zekki dan Yuna berjalan perlahan-lahan keluar dari markas yang kini porak-poranda. Langkah mereka sedikit berat, terutama Zekki yang masih merasakan nyeri di seluruh tubuhnya. Luka-luka akibat pertarungan dengan Zhao Wujin masih terasa menyengat, tapi dia berusaha menyembunyikannya dari Yuna.
Mereka berdua melangkah tanpa kata-kata, masing-masing tenggelam dalam pikiran. Di satu sisi, ada rasa lega karena musuh yang begitu menakutkan akhirnya berhasil mereka kalahkan. Tapi di sisi lain, Zekki tahu bahwa ini baru awal. Masih banyak sekte lain yang sewenang-wenang, dan perjuangannya untuk menciptakan dunia yang lebih baik belum selesai.
Yuna, yang berjalan di sampingnya, sesekali melirik ke arah Zekki. Wajahnya tampak khawatir, tapi dia berusaha menyembunyikannya di balik senyum kecil yang lembut. "Zekki… kau baik-baik saja, kan?" tanyanya akhirnya, memecah keheningan.
Zekki tersenyum tipis, meski wajahnya tampak lelah. "Aku baik-baik saja, Yuna. Hanya… sedikit lelah," jawabnya, mencoba terdengar tenang meski tubuhnya terasa seperti dihantam ribuan batu. "Aku sudah sering terluka lebih parah dari ini."
Yuna mendesah pelan. “Kau selalu bilang begitu. Padahal, entahlah… kadang aku merasa kau tidak benar-benar memperhatikan dirimu sendiri.”
Zekki hanya mengangguk samar, tanpa membalas. Dalam hatinya, dia tahu Yuna benar, tapi dia tidak mau membuat gadis itu semakin khawatir. Lagi pula, dia sudah terbiasa dengan rasa sakit. Sejak kecil, dunia kultivasi memang tidak pernah bersikap lembut padanya. Hidup selalu seperti ini—keras, penuh perjuangan, dan tanpa belas kasihan. Namun sekarang, dengan Yuna di sisinya, ada sedikit perasaan hangat yang sulit dijelaskan. Rasanya… berbeda.
Namun, sebelum Zekki sempat melanjutkan pemikirannya, telinganya menangkap suara langkah kaki dari kejauhan. Langkah itu cepat, seolah-olah orang yang datang tahu ke mana ia harus menuju. Zekki menghentikan langkahnya dan memasang posisi waspada, sementara Yuna ikut menajamkan pendengarannya, siap kalau-kalau yang datang adalah musuh.
Dan, dari balik pepohonan, muncul sosok seorang pria dengan tubuh tinggi dan tegap. Rambutnya panjang, diikat ke belakang, dan sorot matanya tajam namun hangat. Pakaian yang dikenakannya terlihat seperti jubah khas kultivator dari Sekte Naga Emas, dengan lambang naga berwarna emas di dada. Senyum lebar merekah di wajah pria itu ketika melihat Zekki.
“Zekki! Hei! Lama tidak bertemu, ya!” teriak pria itu dengan nada gembira, melambai ke arah mereka.
Zekki tertegun sesaat, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tapi begitu dia mengenali wajah itu, sudut bibirnya perlahan-lahan terangkat menjadi senyuman kecil. “Li Shen… kau benar-benar masih hidup, ya?” katanya setengah bercanda, meski jelas ada nada bahagia di suaranya.
Pria itu, Li Shen, tertawa lepas, suara tawanya menggema di tengah hutan. “Tentu saja! Kau pikir aku semudah itu untuk dilenyapkan?” Dia berjalan cepat mendekati mereka, lalu langsung memeluk Zekki dengan kuat. Pelukan yang penuh kehangatan, seperti pelukan seorang saudara yang lama terpisah.
Zekki sedikit terkejut, tapi dia menepuk-nepuk punggung Li Shen sambil tersenyum kecil. “Sudah lama, Shen. Aku kira kau sudah… entahlah, menghilang entah ke mana.”
Li Shen melepaskan pelukannya dan menatap Zekki dengan senyum lebar yang khas. “Kau ini pesimis sekali! Aku memang sempat menghilang dari Sekte Naga Emas… yah, mereka tidak terlalu senang dengan pandanganku yang… berbeda.” Dia menggaruk-garuk kepalanya sambil tertawa canggung. “Tapi setelah mendengar kabar tentang seorang kultivator misterius yang mengacaukan sekte-sekte besar, aku langsung tahu itu kau.”
Yuna, yang sedari tadi diam saja, kini ikut tersenyum dan memperkenalkan dirinya. “Kau pasti Li Shen, sahabat lama Zekki, kan? Aku Yuna. Terima kasih sudah datang.”
Li Shen mengangguk dengan sopan, membungkuk sedikit sebagai tanda hormat. “Senang bertemu denganmu, Yuna. Kau pasti orang yang istimewa sampai-sampai Zekki membawamu dalam perjalanan gila ini.” Dia melirik Zekki dengan seringai menggoda.
Wajah Yuna memerah, tapi dia hanya tersenyum malu-malu. “Ah, aku hanya… aku hanya mengikuti Zekki karena… yah, dia… dia butuh teman, kurasa.”
Zekki menghela napas sambil melirik Li Shen dengan tatapan malas. “Sudahlah, Shen. Jangan mulai menggoda Yuna. Dia sudah cukup menderita selama perjalanan ini.” Tapi di balik kata-kata itu, ada senyum kecil yang tidak bisa ia sembunyikan. Dalam hati, dia merasa lega dan senang bertemu kembali dengan sahabat lamanya, seseorang yang selalu ada di sampingnya sejak mereka masih muda.
Li Shen tertawa lagi, lalu mengangkat bahu. “Baiklah, baiklah. Jadi, apa rencanamu sekarang, Zekki? Kau sudah mengalahkan Zhao Wujin, dan aku mendengar kau berencana untuk mendirikan sektemu sendiri. Apa itu benar?”
Zekki mengangguk, wajahnya serius. “Benar. Aku ingin mendirikan sekte yang berbeda dari sekte-sekte besar ini. Tempat di mana orang-orang bisa belajar dan berkembang tanpa harus terikat oleh politik, ambisi, atau penindasan. Aku ingin membangun Sekte Nusantara, sebuah tempat untuk melindungi mereka yang lemah dan tertindas.”
Li Shen mengangguk perlahan, matanya berkilat kagum. “Kau benar-benar berubah, Zekki. Dulu kau hanya ingin menjadi kuat untuk melindungi dirimu sendiri. Tapi sekarang… sekarang kau berbicara tentang melindungi orang lain.” Dia menepuk bahu Zekki dengan lembut. “Aku suka perubahan itu.”
Zekki hanya tersenyum samar, sedikit bingung bagaimana menanggapi pujian sahabatnya itu. “Entahlah, mungkin aku memang berubah. Atau mungkin aku hanya lelah melihat orang-orang tak bersalah menderita karena ambisi bodoh para kultivator besar.”
Li Shen menatap Zekki dalam-dalam, lalu dengan tiba-tiba, dia meletakkan tangannya di bahu Zekki, menatapnya dengan tatapan serius. “Kalau begitu… aku ingin ikut denganmu. Aku akan membantu membangun Sekte Nusantara, apapun yang terjadi.”
Zekki tertegun. “Kau serius, Shen?”
“Serius dong!” jawab Li Shen dengan senyum lebar. “Kita sudah bertarung bersama sejak dulu. Kau tahu, aku selalu ada di belakangmu. Aku juga muak dengan politik kotor di Sekte Naga Emas. Mereka tidak peduli pada siapa pun selain diri mereka sendiri. Aku ingin melakukan sesuatu yang berarti. Dan kalau kau memang serius dengan ide ini, maka aku akan menjadi pengikut pertamamu.”
Yuna tersenyum, merasa lega dan bahagia melihat kedua sahabat itu kembali bersatu. Dia bisa melihat bagaimana Zekki tampak lebih hidup ketika bersama Li Shen, sahabat lamanya. Ada percikan semangat yang tidak terlihat ketika dia sendirian atau hanya bersama Yuna.
Zekki mengangguk perlahan, matanya berkilat penuh tekad. “okelah, Li Shen. Kalau kau memang mau bergabung, maka kita akan memulai perjalanan ini bersama-sama.” Dia mengulurkan tangan, dan Li Shen langsung menyambutnya dengan penuh antusias.
“Mulai sekarang, kita bertiga,” kata Zekki sambil menatap Yuna dan Li Shen. “Kita akan memulai Sekte Nusantara. Ini bukan akan menjadi perjalanan yang mudah, tapi aku yakin, selama kita bersama, kita bisa menghadapi apa pun.”
Li Shen mengangguk mantap. “Tentu saja! Kita sudah melalui banyak hal bersama, Zekki. Sekte-sekte besar itu tidak tahu dengan siapa mereka berurusan.”
Yuna ikut tersenyum, meskipun dalam hatinya ada sedikit kekhawatiran. Dia tahu bahwa yang akan mereka hadapi jauh lebih besar daripada sekadar kekuatan dan teknik bertarung. Mereka akan menghadapi sekte-sekte besar, kekuatan yang sudah mengakar kuat dan berkuasa di dunia kultivasi. Tapi dia percaya pada Zekki, dan kini, dengan Li Shen di sisinya, dia merasa bahwa mereka punya peluang untuk sukses.
Mereka bertiga melanjutkan perjalanan, meninggalkan reruntuhan markas Sekte Langit Timur di belakang mereka. Sepanjang jalan, Li Shen dan Zekki berbicara tentang masa-masa lama mereka, saat-saat sulit yang mereka lewati bersama, dan juga tentang mimpi-mimpi mereka. Tawa mereka sering kali menggema di antara pepohonan, menghapuskan sedikit demi sedikit kepenatan dan luka yang tersisa dari pertarungan mereka sebelumnya.
Sesekali, Li Shen mengolok-olok Zekki dengan lelucon-lelucon yang membuat Yuna tertawa kecil. “Dulu, Zekki itu sebenarnya bukan orang yang kalem seperti ini, Yuna. Dia itu… sering sekali terlibat masalah,” kata Li Shen sambil tertawa.
Zekki menghela napas panjang, wajahnya sedikit memerah. “Huft... Shen, udahlah, jangan buka aibku di depan Yuna.”
Yuna menutup mulutnya, berusaha menahan tawa. Melihat sisi Zekki yang lebih santai ini, membuatnya merasa semakin dekat dengan mereka berdua. “Aku rasa, kalian berdua cocok sekali jadi sahabat,” katanya sambil tersenyum.
Di antara canda dan tawa, ada sebuah ikatan yang semakin kuat di antara mereka. Mereka tahu bahwa di depan sana, masih banyak rintangan yang akan mereka hadapi. Tapi kini, dengan Zekki sebagai pemimpin, Yuna sebagai pendukung setia, dan Li Shen sebagai sahabat yang siap bertarung, mereka yakin bisa melewati apa pun yang menghadang.
Mereka melanjutkan perjalanan menuju wilayah baru, sebuah tempat di mana mereka berencana untuk membangun Sekte Nusantara dari awal. Mereka tidak tahu apa yang akan mereka temui, tapi satu hal yang pasti: impian mereka untuk menciptakan tempat bagi para kultivator yang tertindas semakin mendekati kenyataan.
Langkah demi langkah, tawa dan obrolan mereka menggema di sepanjang jalan. Ini bukan sekadar perjalanan menuju tempat baru, tapi juga perjalanan untuk membangun masa depan yang lebih baik—bukan hanya untuk mereka, tapi juga untuk seluruh dunia kultivasi.
datng duel pergi datang duel pergi hadehhhhhh
apa gak da kontrol cerita atau pengawas
di protes berkali kal kok gak ditanggapi
bok ya kolom komentar ri hilangkan