Berawal dari Marley yang menolong gadis kecil yang ia beli dari Klub malam, dengan bayaran yang tinggi.
Sebagai seorang Cassanova, tentunya Marley menginginkan hal ranjang kepada gadis yang telah ia tolong.
Tapi, Bintang memberi syarat sebelum menyentuh nya harus menikahi nya terlebih dahulu. lalu bagaimana dengan Marley? apakah mereka akan menikah hanya karna darah perawan yang diinginkan Marley?
Ayo baca dan jangan lupa Vote, Follow, like, dan komentar agar novel ini bersinar terang:)
Follow IG:authorhaasaanaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode Sembilan Belas
Pertanyaan dari Marley membuat tubuh Alga membeku, ia merasa gaji nya di bulan yang akan datang.. Pasti terancam. Tangan dingin Marley memegang bahu Alga, semakin membuat Alga ketakutan.
“Kelihatan nya kau sudah kurang sibuk akhir akhir ini, hingga masih sempat untuk berpikir yang buruk.” Kata Marley, dengan cepat Alga menggelengkan kepalanya.
“Bukan begitu, Tuan.. Ah, aku lupa. Ada pekerjaan di kantor yang harus aku selesaikan, kau pasti cuti kan, Tuan?”
Belum Marley menjawab pertanyaan dari Alga, asisten pribadi nya itu sudah berlalu pergi.
Bintang tertawa kecil melihat nya, Marley langsung melihat kearah Bintang. Senyum yang lebar terukir indah di wajah cantik itu, melihat nya membuat Marley merasa tenang dan nyaman.
“Sekarang, tersenyumlah terus menerus. Jangan lagi bersedih, itu tidak cocok di wajah cantik mu.” Ucap Marley.
Bintang tersenyum tipis, ia tidak tahu harus merespon dengan kata apa. Setiap kata Marley benar-benar membuat hatinya hangat, pria itu sangat pandai memainkan perasaan nya yang mudah sekali bawa perasaan.
Marley menyajikan bubur ayam yang dibawa Alga tadi, dengan telaten ia menyuapi Bintang. Lalu ke dirinya sendiri, satu sendok bersama. “Apakah enak?” Tanya Marley.
“Enak”
“Yang enak bubur nya.. Atau karna kita satu sendok yang sama?” Tanya Marley lagi dengan kedua alis nya yang naik turun, jangan tanya wajah Bintang sekarang. Tentunya bersemu merah, ia kebingungan harus menjawab apa.
“Kedua nya”jawab Bintang, Marley langsung tersenyum manis mendengar nya.
“Ah iya, Tuan. Aku ingin menanyakan sesuatu.”
“Sebelum itu, jangan panggil aku Tuan. Panggil aku Marley saja, atau sayang juga boleh.”
“Kalau suami ku?” Pertanyaan Bintang seakan membuat jantung Marley berdetak kencang. Perlahan Marley mengangguk setuju, ia tertawa kecil.
Bintang tersenyum juga, ia tidak menyangka bisa mengatakan hal semanis itu kepada Marley. Marley mengusap rambut Bintang gemas, ia bahkan mencubit hidung mancung itu.
“Apa yang ingin istri ku tanyakan?”
Bintang jadi ragu untuk menanyakan nya, ia takut terlalu ikut campur dengan urusan Marley. Akhirnya Bintang mengambil keputusan, untuk menanyakan nya lain kali saja.
“Tidak ada, bukanlah pertanyaan yang penting.” Kata Bintang, ia makan dengan lahap sampai seluruhnya habis. Setelah makan bubur, Marley mengambil botol minum untuk Bintang.
Setiap pergerakan dari Marley diperhatikan dengan baik oleh Bintang, pria itu sekalipun terlahir dari keluarga kaya.. Tapi kelihatan sangat lihai dalam menjaga orang sakit.
Marley menggigit apel, lalu memberikan nya kepada Bintang. Bukan dengan tangannya, melainkan dengan bibir nya. Gigitan apel itu ia arahkan kearah bibir Bintang, walaupun Marley belum berbicara apapun.. Tapi, ia tahu apa yang di maksud pria itu.
Dengan malu malu Bintang menerima gigitan apel itu, hingga hidung nya bersentuhan dengan hidung Marley. Pria itu langsung tersenyum manis, bahkan Bintang belum menghindar dari nya.. Marley malah menarik tengkuk nya.
Marley masih menatap bibir mungil yang bergerak karena Bintang mengunyah potongan apel tadi. Benar-benar menggemaskan dimata nya, perlahan Marley mendekatkan bibir nya ke bibir Bintang.
Dan meluma* bibir itu dengan gerakan lembut, ia dapat merasakan.. Rasa apel yang menyebar di mulut Bintang. Bintang tak tahu harus melakukan apa, ini pertama kali untuk nya.
Marley melepaskan tautan bibir nya, ia melihat Bintang yang masih kebingungan.
“belum bisa juga?”tanya nya, Bintang menggelengkan kepalanya. Wajahnya menunduk, merasa bersalah.
Jari telunjuk Marley mengarahkan dagu Bintang agar menatap nya,bola mata berwarna cokelat itu menatap nya dengan tatapan sendu, benar-benar memporak-porandakan hati Marley.
“Jangan merasa bersalah gitu, ini salah ku. Yang tidak mengajari mu, aku akan mengajari mu sampai ahli.”
“Setelah ahli?”
“Setelah ahli jangan pernah berpikir untuk mencium pria lain, cukup aku! Dan hanya aku!”kata Marley dengan tegas.
“Lalu bagaimana dengan mu?” Tanya Bintang balik, bukankah hubungan itu sesuatu yang timbal balik.
“Aku akan melakukan hal yang sama juga, walaupun akan sulit.”
Bintang tahu apa maksud dari perkataan itu, Marley merupakan cassanova kelas atas. Sekalipun ia menghindari para wanita, tapi tetap saja para wanita akan mengejar nya.
Saat Bintang sedang berpikir dengan pikiran nya sendiri, Marley melakukan penyatuan bibir lagi. Kali ini ia bergerak sambil mengajari Bintang, awalnya Bintang bingung.. Tapi, perlahan ia tahu.
Bintang mulai menikmati nya, tangan nya mengalung di leher Marley. Dan ciuman itu berubah menjadi sesuatu yang bergairah, Marley tidak menyangka jika Bintang secepat itu bisa melakukan nya.
Hingga tautan bibir itu terhenti kala Bintang merasakan sesak didada nya, atau pasokan oksigen nya mulai menipis.
Marley tertawa kecil kala melihat Bintang yang terengah-engah, dan bibir nya yang bengkak akibat gigitan nya.
Tangan Marley mengusap bibir Bintang, lalu mengarahkan tangan Bintang untuk menerima apel tadi. Apel yang telah diabaikan beberapa saat karna ciuman itu, Bintang tak bisa berkata kata lagi.
Marley bangkit, ia berlalu keluar begitu saja dari ruangan. Membuat Bintang bingung, karena sikap itu.
Marley terus melangkah pergi menuju taman yang ada di Rumah Sakit, jantung nya berdebar kencang hingga membuat nya merasa sesak. Marley berdiri dengan tangan berkacak pinggang, ia terengah-engah.
Jangan sampai Bintang mendengar suara jantung nya yang berdegup kencang, karena akan memalukan. Marley sering melakukan kissing, tapi tak pernah merasakan kegugupan seperti ini.
Tangan Marley menyentuh bibir nya, bibir yang telah merasakan manis nya bibir mungil milik Bintang. Ia langsung tersenyum kala mengingat hal itu, ntah kenapa.. Ia merasakan debaran yang sangat aneh.
Bahkan debaran ini tidak pernah dirasakan oleh nya kala bersama Sarah dulu, “apa aku punya penyakit jantung sekarang? Aku yakin iya!”kata nya, Marley tidak ingin memikirkan hal yang diluar penyakit jantung.
Dengan perasaan gusar, Marley duduk di bangku Taman. Ia melihat sekeliling nya yang banyak orang sakit menikmati udara segar, tiba-tiba ia teringat akan Bintang.
Pasti wanita itu memikirkan tentang sikap aneh nya kali ini, yang tiba-tiba saja pergi tanpa sebab. Dengan cepat, Marley kembali lagi ke ruangan Bintang.
Bahkan ia sedikit berlari, takut kalau Bintang menangis karena ditinggal seorang diri. Ketika sampai di ruangan istri mungil nya itu, ternyata Bintang sedang makan apel masih dalam posisi yang tadi.
“Suami ku, kau dari mana?” pertanyaan dari Bintang membuat Marley tertawa kecil. Karena salah tingkah membuat nya melakukan hal aneh, dan tentunya akan memalukan jika Bintang tahu apa penyebab nya.
“Tadi.. Ada yang aku lupa. Oh iya, aku akan membawa mu ke Taman. Disana kita akan menikmati angin segar, agar tak bosan.”
Tentunya Bintang sangat senang, ia melihat Marley yang mengambil kursi roda yang ada di sudut ruangan.
Setelah itu, Marley menggendong Bintang dan membawa nya untuk duduk disana. Dengan tiang infus yang dipegang oleh Bintang, Marley pun mendorong kursi roda nya.
Banyak perawat wanita yang memerhatikan mereka, karena Marley sangatlah tampan di antara banyak nya orang. Penampilan nya sangat mencolok sekalipun Marley hanya memakai kaos pendek dengan celana panjang santai.
Senyum manis tiada henti terukir di wajah Bintang, ia mendongakkan sedikit kepalanya untuk melihat Marley. Jakun pria itu terlihat dengan baik, Marley terlalu fokus dengan jalan yang mereka lewati.
Hingga kini mereka sudah sampai di Taman, Marley membawa Bintang menuju dibawah pohon mangga besar. Disana angin berhembus sedikit kencang, membuat rambut Bintang berantakan.
Marley menemukan karet gelang, karena ikat rambut Bintang ketinggalan di ruangan. Dengan penuh kelembutan, Marley mengikat rambut Bintang. Agar lebih merasakan segar, rambut itu sudah sangat panjang.
“Setelah kita pulang dari tempat ini, aku akan mengajak mu untuk ke salon.” Ucap Marley, ia merasa jika mungkin Bintang risih dengan rambut panjang nya.
Bintang mengangguk saja, ia melihat orang yang banyak juga duduk disekitar nya. Dan ada anak-anak yang bermain, mungkin orang tuanya menjenguk orang yang sakit.
Marley merapikan anak kan rambut Bintang yang mengenai mata istrinya, ia mengelus pipi tirus itu. Wajah Bintang sangat lah cantik, kulitnya putih bersih hingga kala terkena cahaya matahari seperti ingin terbakar saja.
Padahal Bintang dulunya bekerja sebagai penanam padi, yang sudah pastinya selalu panas-panasan. Tapi, karena dasar nya memiliki kulit yang putih tidak mempengaruhi sama sekali.
Setelah selesai membereskan Bintang, Marley duduk di rumput dengan beralaskan sandal nya. Bintang di kursi roda, ia suka dengan momen ini.
“Bentar, ada yang mau aku tunjukkan.” Kata Marley, pria itu bangkit dan berjalan menuju bunga-bunga mawar.
Bintang memerhatikan setiap gerak-gerik Marley, pria itu memetik berbagai warna bunga mawar dan mengambil lidi yang Bintang tak tahu apa yang akan dilakukan pria itu.
Lama menunggu Marley, akhirnya pria itu selesai juga. Menyembunyikan nya dari Bintang, hingga ia tidak bisa melihat nya.
“Tutup mata”pinta Marley, karena penasaran yang tinggi membuat Bintang tak ingin bertanya lagi.
Bintang memejamkan mata nya, ia menunggu apa yang ingin dilakukan suami nya itu. Marley membawa tangan Bintang untuk memegang apa yang ingin ia tunjukkan, perlahan mata Bintang terbuka.
Bintang langsung tersenyum senang, mahkota bunga hasil karya Marley sangatlah indah. “Wah cantik sekali..” Puji nya, Marley tersenyum senang.
Marley memasangkan nya di kepala Bintang, sungguh kelihatan semakin indah.
“Cantik sekali, lebih cantik yang memakai nya.” Kata Marley, itu pujian yang sejujurnya.
Marley mengambil ponsel nya di saku celana, lalu membuka kamera dan memotret Bintang yang tersenyum sangat manis. Benar-benar sangat cantik, alami dan benar-benar menggemaskan.
“terimakasih, suami ku.”
“Begini, jika ingin berterimakasih.. Cium aku, itu aturan baru.”
Bintang mengangguk mengerti, ia menarik tangan Marley lalu mengecup bibir Marley sedikit lama.
Setelah itu langsung menyembunyikan wajah nya yang merona Merah dengan tangannya, “kenapa langsung dibibir? Kenapa tidak di pipi saja?” Tanya Marley dengan kedua alis yang turun naik dan tentunya tangan nya sudah menurun kan tangan Bintang yang menutupi wajahnya.
Bintang tak tahu harus menjawab apa, sejujurnya ia juga tidak tahu kenapa mencium dibibir.
“Ah aku kedinginan, ingin tidur..” Kata Bintang, ia akting sekarang.
Marley jadi panik, ia langsung membawa Bintang masuk kembali ke ruangan nya. Bintang lega, karna Marley tidak akan menanyakan hal ambigu itu lagi.
Tapi saat ingin masuk,
“Marley, apa yang terjadi?”
Suara itu membuat Marley langsung menahan napas nya, seakan-akan pasokan oksigen disekitarnya menipis.