Jillian Amberly, seorang gadis muda, menginjak usia 18 tahun yang masih duduk dibangku sekolah tidak sengaja melakukan One Night Stand di tempat kerjanya dengan seorang lelaki bernama Alfred Dario Garfield seorang pria Bergelar Dokter spesialis Patologi, ternama disalah satu rumah sakit besar di kota Milan.
Lelaki berprofesi dokter itu, berniat menikahi Jillian sebagai bentuk tanggung jawab atas kekhilafan nya yang tidak disengaja tapi Jillian menolak mentah-mentah seolah mengatakan dirinya tidak akan hamil hanya karena bercinta satu malam.
Tapi! semua itu hanyalah angan dan mimpi dalam tidur Jillian nyatanya saat ini ia memegang teshpeck yang menunjukkan garis dua, tangan Jillian bergetar air matanya sudah tidak dibendung lagi.
Bagaimana ia harus memberitahu kebenaran ini pada keluarganya? keluarganya saja tidak memperdulikan nya. Lalu pria yang bercinta dengan nya bagaimana? apa dia percaya dengan Jillian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 18
" Kapan aku bisa keluar dari rumah sakit Om? " tanya Jillian merasa bosan.
Ini sudah 1 minggu berjalan, wanita itu hanya diperbolehkan berada di tempat tidur sepanjang hari, semua aktivitasnya terbatas tidak boleh ini tidak boleh itu sangat-sangat membuat menjengkelkan.
Terutama melihat wajahnya Dario, lelaki itu melarang berbagai aktivitas yang Jillian lakukan, ia hanya dibolehkan berbaring, makan, tidur, jalan-jalan pagi dan sore itu saja sangat membosankan.
Apa lelaki itu tidak bekerja? hampir setiap hari Dario menghabiskan waktunya menemani Jillian saja. saking muaknya melihat wajah Dario, terang-terangan Jillian mengusir pria itu agar pergi bekerja.
" Sabarlah, jika kamu tidak bersabar. kamu akan tetap berada disini sampai kamu lahiran. " ucap Dario.
" Mulutnya ya! gak bagus banget! " dengus Jillian.
" Maka nya, jangan merengek terus. ini juga buat kebaikan kamu. " ucap Dario.
" Tapi aku lelah! " protes Jillian.
" Kerjaan kamu cuman makan, tidur doang masa lelah. " ucap Dario.
" Tetap capek jugalah! kalau cuman itu-itu aja, gak ada aktivitas lain yang dilakukan. " sungut Jillian.
" Bersabarlah, kalau kamu sabar akan membuahkan hasil. " ucap Dario lagi.
" Kalau aku masih lama disini, bagaimana sekolahku? " tanya Jillian.
" Sudah saya izinkan, kamu tidak perlu mengkhawatirkan masalah itu. " Ucap Dario lagi.
" Pekerjaan ku bagaimana? " tanya Jillian lagi.
" Semua sudah saya izinkan, kalau bisa mulai sekarang kamu berhenti saja bekerja. " ucap Dario.
" Kalau aku berhenti bagaimana aku makan dan kebutuhan sehari-hari ku dong. " tanya Jillian sewot.
" Sebentar lagi kita menikah, jadi kamu harus berhenti dari pekerjaan mu dalam waktu dekat. " Ucap Dario.
" Kan belum juga, baru berencana kan. " sahut Jillian.
" Setidaknya disaat acara pernikahan kita nanti, kamu tidak kelelahan dan bisa mempersiapkan diri dan lebih konsentrasi. " ucap Dario sabar.
" Tap- "
" Ini demi kebaikan kamu Jillian! " ucap Dario tegas tidak ingin dibantah.
" Oke, Fine! " jawab Jillian.
...✿ ✿ ✿ ✿...
Seorang lelaki terjaga dari tidurnya tidak ada rasa kantuk sedikitpun ia rasakan. ingatan nya kembali saat mereka bertengkar di sekolah. lelaki itu mengacak rambutnya kesal dan marah.
Sudah hampir 1 minggu lamanya mungkin lebih, Gebrian mencoba menghubungi Jillian tapi tidak ada jawaban hanya bunyi monitor saja. Gebrian merasa bersalah seandainya ia tidak memulai pemicu pertengkaran hari itu mungkin ia bisa tahu dimana dan bagaimana sekarang keadaan Jillian.
Semenjak hari dimana mereka bertengkar, mereka saling diam tidak saling sapa sama sekali sampai hari dimana Jillian tdak masuk sekolah lagi dengan alasan sakit. Gebrian cemas bukan main hampir stiap hari ia mendatangi rumah Jillian yang tampak sepi tidak terlihat kalau ada yang menghuni.
Nomor ponsel wanita hamil itu juga tidaklah aktif, yang jadi pertanyaan Gebrian adalah siapa yang mengizinkan wanita itu absen. setiap Gebrian bertanya Ms. Sarah hanya menjawab mendapat pesan singkat dari Bobby ayah kandung Jillian yang tidak langsung Gebrian percaya begitu saja pasalnya Gebrian tahu betul seluk beluk keluarga Jillian seperti apa serta sikap dan watak Bobby dalam menanggapi Jillian, Sudah pasti ada yang tidak beres.
" Ah! sial! kenapa aku melupakan dokter sialan itu! " pikir Gebrian baru mengingat hubungan Jillian dengan Dokter Dario yang tinggal diseberang rumah nya.
Tanpa membuang waktu, Gebrian keluar dari rumahnya ia tidak memperdulikan jam sudah menyentuh angka pukul 23.30 yang penting ia tahu dulu keadaan Jillian barulah ia merasa tenang.
TENG...
TONG...
TENG...
TONG...
" PERMISI! SELAMAT MALAM!!! DOKTER DARIO!!! " panggil Gebrian mengendor-gendor pintu rumah orang ditengah malam tidak hentinya ia menekan bunyi bell.
Terdengar suara ceklekan pintu terbuka dari dalam, hati Gebrian rasanya lega ada seseorang yang meladeninya.
" Ya? oh Nak Gebri, ada apa ditengah malam? apa Mommy mu sakit lagi? " tanya Jennifer yang membukakan pintu itu.
" Maaf menganggu waktunya, saya kesini hanya mau bertemu dengan Dokter Dario ada Tante? " tanya Gebrian.
" Dokter Dario ? dia lagi diluar? apa ada yang sakit? biar Tante telepon Dario suruh pulang. " ucap Jennifer.
" Gak ada Tante, aku cuman ada sedikit urusan dengan Dokter Dario. " ucap Gebrian.
" Oh, Dario nya lagi dirumah sakit. kalau boleh tahu ada urusan apa ya? "tanya JEnnifer.
" Em, masuk malam ya Tante? " tanya Gebrian mengorek informasi.
" Gak, lagi jagain calon istrinya jatuh sakit. " ucap Jennifer.
" Kalau boleh tahu rumah sakit apa TAnte? soalnya perlu banget nih, ada sangkut paut nya sama pelajaran sekolah. " ucap Gebrian beralasan.
" Oh, untuk pelajaran sekolah ya? kenapa gak bilang dari tadi, dia dirumah sakit San'Matteo. " ucap Jennifer.
" Makasih Tante, aku akan kesana besok, tapi kalau boleh tahu sakit apa ya Tan? " tanya Gebrian lagi.
" Tante gak bisa jelasin sama kamu, kamu langsung kesana aja sekalian jenguk calon istri nya Dario, kakak kamu kan cukup dekat sama Dario. " ucap Jennifer.
" Iya, Tan. besok aku sama Kak Fabrio kesana. " ucap Gebrian pamitan pulang.
Setelah mendapat informasi mengenai Jillian, akhirnya Gebrian bisa tidur nyenyak. setelah pulang sekolah Gebrian akan menemui Jillian.
" Sakit apa dia? ah sial! aku tidak bertanya di kamar berapa Jillian dirawat. " ucap Gebrian merutuki sifatnya yang gegabah.
" Besok saja, aku bertanya. " gumam Gebrian mulai memejmkan matanya.
KE ESOK KAN HARINYA.
Gebrian tampak termenung disekolah mencoret-coret buku pelajaran nya asal-asalan.
" Pagi Bro! " ucap Rey menepuk bahu Gebrian yang melamun.
" Ya. " jawab Gebrian.
" Oh ya, kamu udah dengar berita gak? " tanya Rey.
" Berita apa? " tanya Gebrian mengernyitkan keningnya.
" Bobby, Papanya Jillian kirim pesan ke aku, katanya anaknya pergi dari . " ucap Rey.
" Hah? yakin kamu, itu papanya Jillian yang cari dia hilang? " tanya Gebrian kurang percaya.
" Kamu bisa baca pesan nya. " ucap Rey memperlihatkan isi ponselnya.
" Tapi, kata Ms. Sarah Paman Bob sendiri yang izinkan dia absen. " sambung Rey bingung.
" Jangan-jangan dia diculik sama Tante Menor lagi. " pikir Rey.
" Kamu gak usah khawatir, dia pergi dari rumah pasti ada sebabnya. " ucap Gebrian.
" Tapi, ponselnya juga aktif loh! " ucap Rey lagi.
" Ck, sudahlah. gak usah dipikirkan dia baik-baik aja ditangan yang tepat. " jawab Gebrian jengah.
" Kok kamu bilangnya gitu sih? dia sahabat kita loh! " ucap Rey kesal.
" Kalau mau tahu, ikut aku setelah pulang sekolah. " ucap Gebrian lagi.
" Kamu mau kemana? ketemu Jillian? " tanya Rey.
" Nanti juga kamu tahu, mau ikut gak? " tanya Gebrian lagi.
" Gak dulu deh, Hehehe kamu aja. " jawab Rey.
Sementara dirumah sakit, Jillian baru saja selesai makan di suapin oleh Dario yang begitu telaten memberinya makan seperti anak kecil saja, dan sekarang perutnya terasa penuh sekali setelah dipaksa makan bubur dan makan buah-buahan.
Dan sekarang, Jillian masih menyuapkan sepotong Martabak Manis makanan ala indonesia hasil rengekan nya yang tidak berhenti karena Dario tidak menurutinya alasan nya makanan nya cukup aneh di lidahnya.
Ya, itu lidah orang Milan. berbeda dengan Lidah Jillian yang sangat khas Ndeso sekali kalau bukan ikut Papanya ia juga tidak mau tinggal di kota asing.