Amara harus iklas di nikahi seorang CEO berhati dingin yang tak pernah dia cintai. dua ke pribadian yang berbeda harus tinggal seatap dan berperan sebagai suami istri. Masa lalu yang telah lama terlupakan kini datang kembali ke tengah tengah mereka.
Apakah akan ada cinta di antara mereka dan bagaimana mereka mengatasi masa lalu yang belum usai.
Ayo ikuti kelanjutan ceritannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ndo'Uus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Walaupun Radit dan Amara menerima pernikahan ini namun hati mereka berkata sebaliknya. Mereka hanya tidak kuasa menolak permintaan terakhir Ayah Amara.Radit bersumpah di dalam hatinya akan membuat Amara tidak tahan hidup dengannya dan akhirnya meminta cerai darinya. Dengan begitu ibunya juga pasti akan pasrah menerima keputusan Amara.
Sintha mendekati Amara. "Sayang kamu jangan khawatir kami pasti menjaga dan menyayangi mu seperti putri kami sendiri. "Ungkap Sintha.
"Tapi dia terlihat sangat membenci Amara.Dari tadi dia melirik ke arah Amara dengan tatapan seram. " Rengek Amara.
"Tidak sayang Radit memang seperti itu ,sifat nya kaku dan pendiam. tapi sebenarnya dia anak yang baik dan penyayang. " Ungkap sintha sembari menginjak kaki Radit.
"Sakit ma...!!" Lirih Radit.
"Kenapa tatapan mu dari tadi seperti itu.Mau buat mama malu ya. ?"Bisik Sintha.
"Enggak ma. Radit cuma memperhatikan istri pilihan mama itu.. "
"Nak Radit, Tolong jaga anak bapak, sayangi dia lindungi dia seperti bapak menjaganya. Bapak tau nak Radit anak yang dapat di percaya.. "Tutur Darmawan. "Dan untuk mu Amara ,hormati suami mi kurangi sifat manja dan omongan mu yang suka ceplas ceplos. Amara bukan anak kecil lagi yang harus selalu di beri tahu ya nak ? "
"Iya ayah Amara ngerti. Tapi kenapa ayah bicara seolah ayah akan pergi, Ayah gak boleh pergi atau Amara gak akan dengerin semua perkataan Ayah."Pinta Amara.
"Ayah percaya Amara akan selalu ingat pesan ayah. "
"Kamu tenang saja Darmawan kami akan menjaga dan menyayangi Amara.. "Sahut Argadana.
"Uhuk.... Uhuk.... "
Keadaan Darmawan semakin memburuk nafasnya sesak dadanya sakit, sampai membuatnya susah untuk bernafas. Amara keluar memanggil suster tak lama dokter berlari memasuki ruangan.
Suster meminta mereka untuk meninggalkan ruangan. Amara enggan beranjak dari sana sintha merengkuh dan membawanya keluar. Amara terduduk memeluk lututnya dia tak sanggup membayangkan jika harus kehilangan ayahnya.
Air matanya terus menerus membasahi pipi cabi nya.Semua kenangan manis bersama ayahnya membayangi otaknya. Dia tak sanggup jika harus hidup sendiri di dunia ini. Sintha memeluk suaminya dia merasa prihatin dengan keadaan Darmawan dan Amara.
Beberapa saat kemudian seorang dokter keluar dari dalam ruangan. Muka lesu dokter membuat Amara semakin gelisah.
"Dok bagaimana keadaan ayah saya? "
"Maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi tuhan berkehendak lain. Pak Darmawan sudah meninggal. "
Mendengar pernyataan dokter Amara terjatuh lemas, kakinya seakan mati rasa. Dia menangis tanpa suara karena sesak di dadanya. Hatinya hancur cinta pertama anak perempuan adalah ayahnya namun kini telah pergi untuk selamanya.
Sintha memeluk dan menguatkan Amara. "Sabar sayang ini sudah ketentuan yang kuasa Amara harus kuat dan ikhlas menerima ya? "
"Kini Amara sendiri."Lirih nya.
"Amara gak sendiri sayang ada mama sintha ada ayah Argadana dan juga ada Radit suami Amara. "
Radit sedikit iba melihat Amara yang harus kehilangan ayah dan ibunya. Dia tak bisa membayangkan jika dia yang di posisi Amara. Sebenarnya Radit mempunyai hati yang lembut namun egonya lebih besar.
Amara bangkit dan berlari menghampiri tubuh ayah nya yang kini terbujur kaku tak bernyawa. Dia memeluk dan mencium kening ayah nya untuk yang terakhir kalinya.
Radit dan Argadana ayahnya mengurus semua keperluan untuk pemakaman ayah Amara. Mereka terus mendampingi Amara sampai pemakaman selesai .Amara tak mempunyai sanak saudara sama sekali di sini.
Dermawan berpesan dia ingin di makamkan di samping kuburan mending istrinya. Sebegitu cintanya pada istrinya Darmawan memilih tidak menikah lagi setelah istrinya meninggal. Dia lebih memilih membesarkan Amara seorang diri.
Dukung Author dengan Like, koment dan vote.
mampir dikaryaku jugaa yaa