Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
"Bagaimana? Apa kamu sudah menemukan gadis itu?"
"Belum kek, mencari orang hidup tidak semudah mencari orang mati."
"Anak nakal, uhuk ... uhuk ... uhuk!"
"Sudah kubilang, kakek belum sembuh."
Dengan telaten Zio membaringkan sang kakek ditempat tidur. Lalu menyelimutinya sebatas dada.
Walaupun ada pelayan, tapi jika Zio tidak sibuk, sudah pasti dia yang menemani sang kakek.
Ponsel Zio berdering, Zio pun keluar dari kamar sang kakek untuk menjawab panggilan telepon.
"Katakan!"
"Tuan, bagaimana dengan pertukaran senjata itu? Apa akan tetap dilanjutkan?"
"Lanjutkan saja, atur waktu dan tempatnya."
"Baik Tuan!"
Kemudian Zio pun mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Zio duduk di ranjang miliknya, karena tadi ia masuk ke kamarnya saat menjawab telepon dari Tio.
Tidak berapa lama, pesan masuk ke ponsel Zio yang mengatakan jika jual beli senjata akan di lakukan besok malam.
"Jaydon," gumam Zio sambil tersenyum.
Jaydon adalah seorang ketua mafia yang terkenal licik. Ia akan mengajak lawannya untuk melakukan pertukaran barang atau jual beli senjata.
Begitulah cara Jaydon menjatuhkan lawannya. Saat mereka sedang melakukan pertukaran, kelompok Jaydon akan menyerang dan membunuh mereka semua.
"Kau tidak akan bisa menjatuhkan ku," gumam Zio tersenyum miring.
Kemudian Zio menyimpan ponselnya di nakas. Ia pun masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah beberapa saat, ia keluar dengan memakai piyama tidur. Zio segera mengambil ponselnya saat ada panggilan masuk.
"Tidak ada nomor? Dari siapa ya?" gumam Zio. Namun meskipun demikian, Zio tetap menjawab panggilan tersebut.
"Hal ...."
"Orang yang kamu cari kuliah di universitas ternama di negara ini. Dan namanya Arshavina Arsy," potong suara dari seberang telepon.
Zio hendak berbicara dan menanyakan siapa yang meneleponnya? Namun panggilan sudah terputus duluan.
Zio mengernyitkan keningnya, karena suara penelepon seperti suara robot. Dan juga, tidak ada nomor pemanggil.
"Arshavin Arsy? Nama yang bagus," gumam Zio.
Zio merebahkan tubuhnya di ranjang, senyumnya mengembang saat mengingat nama itu.
"Akhirnya aku dapat informasi juga tentang gadis itu. Tapi siapa yang sudah menelepon dan memberi informasi tersebut?" batin Zio.
Saat Zio sedang berbahagia, ponselnya kembali berbunyi pertanda pesan masuk. Zio segera membuka ponselnya.
'Transfer ke sini untuk informasinya tadi.'
Zio kembali tersenyum. "Tidak ada yang gratis dalam dunia ini. Tapi tidak apa-apa, yang penting aku dapat informasinya walaupun tidak lengkap," batin Zio.
Zio mengirim sejumlah uang ke nomor rekening seperti yang tertulis di pesan. Bagi Zio, informasi tentang Arsy lebih penting dari sejumlah uang yang telah ia transfer.
Sementara orang yang sudah menerima uang dari Zio pun bertos ria. Kemudian mereka pun ingin tidur karena mereka besok akan sekolah.
...****************...
Zio sudah berada di perusahaan dan meminta Tio untuk masuk kedalam ruangannya.
"Ada apa Tuan?"
"Tio, aku sudah dapat informasi tentang gadis itu, kamu atur agar aku bisa masuk ke kampus itu. Aku ingin menjadi mahasiswa disana."
Tio membulatkan matanya, ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan tuannya itu.
"Apa cinta bisa sedahsyat itu? Bahkan seorang boss mafia pun tunduk?" batin Tio.
"Kamu dengar tidak? Dan juga, siapkan kacamata tebal tapi bukan yang minus, yang biasa saja," pinta Zio.
Tio semakin heran dengan sikap tuan nya. Namun ia tetap menuruti perintah itu. Dan Zio berpesan, supaya Tio mengurus perusahaan selama dia menjadi mahasiswa di kampus tersebut.
Tio kemudian menelepon Rektor untuk mempermudah Zio masuk ke universitas tempat Arsy belajar.
Rektor pun dengan senang hati menerimanya, karena sudah pasti ia mendapatkan uang saku dari Tio.
"Sudah Tuan, mulai besok Tuan sudah bisa masuk ke kampus tersebut," lapor Tio.
Zio manggut-manggut dan tersenyum sendiri. Tio malah takut melihat tuannya seperti itu. Karena menurutnya, itu bukan sifat tuannya yang sesungguhnya.
"Kamu handle perusahaan selama aku tidak ada, jika perlu apa-apa hubungi aku."
"Baik Tuan!"
Zio pun meminta Tio untuk keluar, Tio ingin membeli kacamata putih tebal karena Zio akan merubah penampilannya saat masuk ke kampus tersebut.
"Aku jadi semangat, terima kasih penelepon misterius. Tapi jika kau menipu ku, aku akan mencari mu walau ke lubang semut sekalipun," batin Zio.
Zio tidak tahu jika yang menelepon nya adalah Mr C, seorang hacker misterius yang disegani karena ke jeniusannya.
Saat Zio sedang melamun, ponselnya kembali berdering, Zio melihat tidak ada nomor pemanggil.
"Halo, siapa ini?" tanya Zio yang masih penasaran dengan penelepon nya.
"Kamu jangan sombong, meskipun kamu seorang ketua mafia, aku tidak takut. Silakan cari aku kalau kamu bisa."
Zio menoleh kesegala arah. "Bagaimana dia bisa tahu?" batin Zio.
"Aku sudah membantumu, dan selebihnya itu urusanmu."
"Halo ... halo." Zio melihat ponselnya ternyata panggilan telepon sudah terputus.
"Apa dia hacker misterius itu?" gumam Zio.
Zio semakin penasaran dibuatnya. Bahkan orang itu tahu jika dirinya ketua mafia. Dan orang itu seolah menantang nya.
"Apa dia juga bisa membaca pikiran orang lain? Bagaimana dia bisa tahu jika aku akan mencarinya jika dia menipu?"
Pertanyaan demi pertanyaan hadir dalam benak Zio. Namun tidak ada satupun yang terjawab.
Zio masuk kedalam kamar pribadinya, ia benar-benar di buat pusing oleh penelepon misterius itu. Bahkan suaranya pun berubah-ubah dari pendengaran Zio.
Tidak berapa lama Tio masuk dengan membawa kacamata yang baru ia beli. Zio melihat kacamata tersebut lalu mencoba.
"Cocok gak?" tanya Zio meminta pendapat Tio.
"Maaf Tuan, sebenarnya apa yang ingin Tuan lakukan?" Bukannya menjawab, Tio malah balik bertanya.
"Aku akan menyamar, apa kamu tidak dengar tadi yang aku katakan?"
Tio tidak menjawab, ia hanya tertunduk. Kemudian pamit dan pergi dari ruangan itu.
Sementara di kampus tempat Arsy belajar, David terus saja membuntuti Arsy seperti anak bebek mengejar induknya.
"Ar, Arsy!" panggil David. Namun Arsy tetap berjalan tanpa menghiraukan panggilan David.
"Bicarakan baik-baik, ilfil aku dia ngikutin terus," kata Naura.
"Kamu saja deh, aku malas banget cowok kayak gitu," ujar Arsy.
"Daripada seperti itu, apa kamu lihat mereka memperhatikan kita?"
"Bodo amat, aku tidak menggangu mereka."
Kemudian Arsa dan Naufal pun menghampiri mereka. Naura memberi kode kepada Naufal agar menjauhkan David dari mereka.
"Bro, jika cewek tidak mau jangan dipaksa," kata Naufal menghadang David.
"Kalian siapanya? Ini urusanku dengan Arsy."
"Kami bukan siapa-siapa, tapi kami tidak seperti kamu."
David mengepalkan tinjunya, lalu melayangkan satu pukulan kearah Naufal. Naufal hanya memiringkan wajahnya sedikit. Dan pukulan itu tidak mengenai sasaran.
"Jangan sok jago jika masih berada dibawah ketiak mami," ejek Naufal.
David kembali melayangkan tinjunya keadaan wajah Naufal. Kali ini Naufal menangkap tangan David lalu memelintirnya.
Kemudian David didorong oleh Naufal hingga tersungkur. Naufal sebenarnya malas meladeninya. Akhirnya ia mengajak Arsa pergi dan masuk kedalam kelas.
lagi thor