Alena Ricardo sangat mencintai seorang Abian Atmajaya, tidak peduli bahwa pria itu kekasih saudara kembarnya sendiri. Hingga rela memberikan kehormatannya hanya demi memiliki pria itu.
Setelah semua dia lepaskan bahkan dibuang oleh keluarga besarnya, Alena justru harus menghadapi kemarahan Abian. kehidupan rumah tangganya bagaikan di neraka, karena pria itu sangat membencinya.
Akankah Alena menemukan kebahagiaannya? Dan akankah Abian menyesali apa yang selama ini diperbuatnya, setelah mengetahui rahasia yang selama ini Alena simpan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 12
Suasana di dalam kamar tersebut berubah menjadi kacau, suara pukulan dan juga tangisan memenuhi seluruh ruangan. Alena terus menangis karena tidak tega melihat Abian di pukuli Dad Antoni, wanita itu bahkan memohon pada Alana untuk menghentikan Daddy mereka.
Namun Alana hanya diam saja, tatapan matanya menyorot tajam pada sosok Alena. Dia tidak menyangka adik kembarnya bisa melakukan hal kejam seperti itu kepadanya, menusuknya dari belakang dengan tidur bersama calon tunangannya.
"Cukup Dad! Aluna menyerahkan Mom Daisy pada Alona, untuk menghentikan Daddy mereka yang gelap mata memukuli Abian. "Kita harus bawa Mommy ke rumah sakit," pinta Aluna.
Antoni yang tersadar dengan keadaan Daisy yang pingsan, mendorong Abian dengan kasar, mendorong tubuh yang sudah babak belur karena pukulannya.
"Kalian berdua harus menjelaskan semuanya, aku tunggu di mansion! Terutama kau bajingan!"
Antoni beranjak dari ruangan tersebut, lalu menggendong Daisy untuk dibawa ke rumah sakit. Tidak lupa dia pun menarik Alana, karena Antoni tahu putri tertuanya itu pasti terguncang melihat adiknya tidur bersama calon tunangannya.
Dan kini di ruangan tersebut hanya tersisa Abian dan Alena. Abian yang merasa kesakitan di wajah dan tubuhnya, tidak mempedulikan sama sekali Alena yang menangis.
"Kau! Apa yang kau taruh di minumanku?" Abian mulai mengingat kejadian tadi malam. Bagaimana dirinya menyentuh Alena, menyentuh wanita itu di dalam kamarnya berulang-ulang kali.
Abian ingat betul, bukan karena mabuk yang membuatnya menyentuh Alena, meskipun dirinya menghabiskan beberapa sloki minuman beralkohol. Tapi ada sesuatu yang tidak beres di tubuhnya setelah ia meminum gelas terakhir, dan beranjak dari Club.
Tubuhnya terasa sangat panas, dan ada desakan di bawah sana yang membuatnya ingin sekali menyentuh wanita. Abian yang belum menyadari dengan apa yang terjadi, menerima begitu saja tawaran Alena yang mau mengantarnya pulang tanpa rasa curiga sama sekali. Karena memang dia tidak bisa konsentrasi untuk menyetir di saat pikirannya tak terkontrol.
Setelah sampai di apartemen, Abian semakin tidak bisa mengontrol keinginan dari dalam tubuhnya, saat tangan Alena menyentuh keningnya. Ada rasa sensasi terbakar yang membuatnya hilang akal, dan tanpa sadar menarik Alena ke dalam kamar. Mencumbunya dengan penuh gairah hingga terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya.
"Abian aku tidak melakukan apapun," Alena meringis saat lengannya di cengkram dengan sangat kuat.
"Bohong! Jelas-jelas tadi malam kau begitu menikmatinya. Bahkan sama sekali tidak menolak apa yang aku lakukan!"
Alena hanya diam tidak menyahuti perkataan Abian.
"Wanita murahan!" umpat Abian. Turun dari atas tempat tidur menuju bathroom. Tanpa mempedulikan Alena yang menangis.
Flash back off.
Lamunan nya buyar begitu saja, saat terdengar suara mobil yang berhenti di depan gerbang. Dapat ia lihat Alena turun dari taksi, berjalan masuk ke dalam dengan kepala yang menunduk. Tampaknya wanita itu tidak menyadari dirinya yang berada di atas teras, tengah menatapnya dengan tajam.
"Bagus sekali!" sentak Abian.
Alena yang tengah menunduk, begitu terkejut saat mendengar suara Abian. Apalagi saat melihat sosok pria itu berdiri dihadapannya dengan raut wajah penuh amarah.
"Abian..."
"Berani sekali kau pergi dari kediaman Atmajaya tanpa ijinku!" Abian menarik tangan Alena dengan kasar, membawa wanita itu masuk ke dalam rumah.
"Abian lepas! Aku bisa masuk sendiri," Alena berusaha melepaskan cengkraman ditangannya. Namun usahanya sia-sia, karena dia tidak mempunyai tenaga sama sekali. Kepalanya begitu pusing dan tubuhnya terasa begitu panas.
"Kau harus mendapatkan hukuman!" Abian menyeret Alena masuk ke dalam kamarnya.
"Tidak Abian, jangan sekarang," pinta Alena dengan memohon. Karena tubuhnya sedang sakit, jadi mana mungkin dia sanggup melayani suaminya itu.