Raisa, seorang gadis berparas cantik, adalah primadona desa yang hidup dalam kesederhanaan bersama ayahnya. Kehidupannya yang bahagia berubah drastis ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil pada awal pernikahan mereka. Raisa terpaksa harus menjanda dan menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.
Di desa kecil mereka, di mana kabar berita menyebar dengan cepat, gosip dan fitnahan dari masyarakat selalu menghampiri Raisa. Kehadirannya yang sebagai pengantin baru dan langsung ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal membuatnya menjadi sasaran ejekan dan celaan. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan.
Namun, Raisa adalah seorang wanita yang kuat dan tegar. Dia tidak menyerah pada keadaan dan bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa bangkit dari penderitaan yang menimpanya.
Bagaimana kisah Raisa dalam menjalani kehidupannya? Ikuti ceritanya di novel yang berjudul "Janda Tapi Perawan Tulen"
Jangan lupa kasih like, subcribe, vote rate 5...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10 - Radit & Raisa?
\*\*\*
"Radit kemana ya? Bukannya tadi dia bilang aku di suruh menunggu disini... Ah, sudahlah, aku pulang sendiri."
Raisa celingukan mencari keberadaan Radit yang tidak terlihat batang hidungnya. Tidak terlalu menghiraukan, Raisa pun beranjak pergi dari halaman rumah sakit dan seketika terhentinya saat seseorang memanggilnya.
"Raisa maaf, tadi aku ke kamar mandi dulu... Kamu lama menunggu ya?."
Raisa merasa heran melihat Radit yang kecapean karena mengejarnya lalu tersenyum. "Nggak kok... Aku juga tadi bertemu seseorang, jadi aku kira kamu pulang duluan."
Setelah beberapa saat, mereka pun pulang bersama. Tapi, ada yang aneh pada sikap Radit, dia seolah mengamati sekitar dan menghindari sesuatu. Ketika Raisa tanya dia hanya mengelak dan mengatakan baik-baik saja.
"Lihat, mereka terlihat dekat sekali, bukannya anak Pak Roni itu baru menjanda dan belum beres masa idah nya, tapi dia sudah menggaet laki-laki baru," seru salah satu ibu-ibu yang sedang merumpi di pinggir jalan. Dan mereka pun semakin asyik menggunjing Raisa.
Jalanan kampung yang akses angkutan umum hanya bisa sampai batas jalan, menjadikan Raisa harus menghadapi tatapan dan sikap sinis orang-orang yang memandangnya sebelah mata terutama kaum ibu-ibu.
Bukannya tidak mendengar, Raisa hanya berjalan menatap lurus karena tidak ingin membuat masalah dengan warga. Hal seperti itu juga sudah biasa untuknya.
Pada awalnya Radit ingin menegur mereka, tapi Raisa mencegahnya karena merasa tidak perlu. Dan Radit pun hanya bisa menuruti kehendak Raisa dan terus berjalan bersamanya.
Akhirnya mereka sampai di rumah Raisa. "Radit, terima kasih karena kamu sudah membantu membawaku ke rumah sakit, dan maaf... Karena aku, kamu jadi bahan gunjingan orang."
"Tidak apa-apa, aku senang melakukannya, dan untuk orang-orang seperti mereka aku tidak mempermasalahkannya, asal mereka tidak sampai menyakitimu," jawab Radit sambil tersenyum.
Niat hati, dalam beberapa hari ini Raisa tidak akan membuka warung kopinya karena kondisi tangannya yang belum pulih. Namun, para pelanggan berdatangan dan dengan terpaksa Raisa pun membuka warung dan melayani pembeli.
Satu ketika, saat Raisa sedang meracik kopi pesanan pembeli, dia di hampiri seorang laki-laki yang melihat Raisa dengan tatapan mesum.
Laki-laki itu berada tepat di belakang Raisa dan menatap lekuk tubuh Raisa dengan penuh nafsu. Tanpa di duga laki-laki itu berniat meremas bo*ong montok Raisa namun tiba-tiba Radit menangkis tangan pria itu dan mendorongnya hingga terjerembab ke lantai.
"Kurang ajar! Berani-beraninya kau mendorongku!," ucap pria mesum tersebut tidak terima.
Raisa merasa terkejut melihat kejadian di depan matanya karena dirinya tidak menyadari niat buruk pria tersebut padanya.
"Jangan bersikap kurang ajar! Dasar pria mesum!," kata Radit dengan menahan emosinya.
"Radit ada apa ini?!," tanya Raisa tegang, namun tidak mendapat jawaban dari Radit karena tiba-tiba ia mendapat serangan dari pria mesum tadi dan perkelahian pun tidak terelakkan.
Perkelahian antara Radit dan seorang pelanggan warung kopi Raisa menyebabkan kehebohan di kampung tersebut. Kabar tentang insiden tersebut dengan cepat menyebar, dan orang-orang berbondong-bondong menuju warung kopi untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Suasana menjadi semakin tegang, dengan teriakan dan kerumunan orang yang berdatangan. Ketua RT setempat yang mendengar tentang perkelahian tersebut segera turun tangan untuk mengendalikan situasi.
"Berhenti kalian sekarang juga! Ini adalah kampung kita yang harus kita jaga, bukan tempat untuk saling bertengkar!," tegur Ketua RT dengan suara yang keras.
Orang-orang di sekitar mulai meredakan suasana dan mendengarkan ketua RT. Radit dan pelanggan tersebut kemudian dipisahkan oleh warga yang hadir, dan mereka berdua diarahkan untuk tenang dan menyampaikan masalah mereka dengan cara yang lebih damai dan teratur.
"Aku tidak bersalah Pak Rt, dia yang memulai duluan!," kata pria mesum dengan menunjuk ke arah Radit.
Lalu Pak Rt hendak meminta penjelasan dari Radit, tapi seketika ia terkejut dan bersikap baik saat melihat orang yang ada di hadapannya sekarang.
"Ternyata Anda Pak Radit, maaf... Maaf sudah membuat Anda repot oleh warga disini," kata Pak RT merasa tidak enak hati.
"Tidak apa-apa Pak RT, hanya saja orang mesum seperti dia tidak layak di biarkan berkeliaran begituan saja, agar tidak mengganggu kerukunan warga," jawab Radit berwibawa.
Warga sekitar yang melihat betapa hormatnya ketua RT mereka pada Radit membuat sebagian orang mengira jika Radit adalah orang penting yang bahkan RT setempat pun menghormatinya.
"Bubar, bubar! Masalahnya sudah selesai kami akan memberi sanksi pada orang-orang yang bersalah," seru Pak RT, dan warga pun sedikit-sedikit pergi meninggalkan tempat namun masih ada juga yang berbisik-bistik dan keheranan tentang sosok Radit.
Radit memang merupakan sosok yang dihormati di desa tersebut. Meskipun tidak semua orang mengetahui latar belakangnya yang sebenarnya, mereka melihatnya sebagai seorang yang dermawan dan peduli terhadap perkembangan desa.
Radit sering memberikan bantuan dalam berbagai bentuk kepada warga desa, seperti memberikan sumbangan untuk pendidikan, dan memberikan pelatihan keterampilan kepada penduduk desa.
"Kalau begitu saya permisi dulu Pak Radit, saya minta maaf atas ketidak nyamanannya," kata Pak RT lalu pamit undur diri.
"Coba aku lihat!," kata Raisa sedikit ketus sambil membawa peralatan P3K. Radit menoleh dan merasa heran melihat Raisa yang menekuk wajahnya.
"Seharusnya kamu tidak perlu melakukan semua ini, kamu jadi terluka karena aku," ucap Raisa sambil merawat luka di wajah Radit.
Mendengar dan melihat Raisa yang perhatian padanya, Radit pun tersenyum bahagia dan menatap Raisa kagum.
"Kenapa senyum-senyum? Memangnya tidak sakit?."
"Aku tidak apa-apa, tapi aku mau berterima kasih karena kamu sudah merawat lukaku," jawab Radit dengan menatapnya intens.
Raisa lalu menghentikan tangannya dan meletakan alat P3K ke tempat semula. "Maaf, aku harus membereskan warung dulu," kata Raisa lalu pergi dari hadapan Radit yang tersenyum simpul.
Semenjak kejadian itu, Raisa sedikit menghindar dari Radit karena merasa tidak nyaman jika terlalu dekat dengannya. Namun Radit tidak menyadari hal tersebut dan malah semakin sering berkunjung ke rumah Raisa dan berbincang dengan ayahnya.
"Raisa, kenapa warung kopinya tidak buka?," tanya Radit pada Raisa yang menyuguhkan minuman untuknya dan ayah Raisa. "Kopinya habis, dan aku belum sempat belanja," jawab Raisa.
"Kalau gitu, aku akan mengantarmu ke pasar."
"Nggak usah!," jawab Raisa spontan. "Aku bisa sendiri kok, dan sudah terbiasa sendiri," lanjutnya, dan Radit pun mengangguk mengerti.
"Kenapa Raisa seperti menghindariku? Apa ada yang salah?," batin Radit. Tidak lama berselang, Radit pun pamit dari sana dengan beberapa pertanyaan di hatinya.
"Nak... Apa kalian punya masalah?," tanya Roni pada Raisa yang baru keluar dari kamar saat Radit sudah pergi.
"Tidak ada apa-apa Ayah, Ica hanya merasa tidak nyaman jika terlalu dekat dengan Radit... Ayah tau sendiri kan, Ica baru saja menjanda dan Ica tidak mau sampai ada kabar yang kurang sedap mengenai kami."
Tanpa Raisa dan ayahnya sadari, ternyata Radit masih bisa mendengar perkataan mereka dari luar.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Bersambung...
karakter raisa terlalu lemah,
smoga raisa jd wanita yg smart
semoga hari2 kalian bahagia 🤲💪 semangat y untuk authornya 😘😘😍